07 - MY MARRIAGE & YOUNG MAN

1350 Words
MMYM.07 PERJALANAN BISNIS KE TOKYO (3) Hari ketiga… Sesuai dengan jadwal yang telah di buat bersama pihak Maxwell Inc, hari ini aku dan Sandra Tan akan pergi bersama pihak perusahanaan tersebut untuk mengunjungi Miraikan. Pada pukul 10 pagi waktu Tokyo, kami telah dijemput oleh supir yang di utus oleh Tuan Hiroshi, yang selalu mengantar jemput kami selama kami berada di Tokyo. Dan kemudian kami berkumpul di gedung Perusahaan Maxwell Inc sebelum berangkat bersama dengan beberapa staff perusahaan lainnya ke museum sains tersebut. Sambil menunggu yang lainnya untuk berangkat bersama, Tuan Hiroshi yang duduk di sampingku di lobby perusahaan Maxwell Inc berkata, “Maaf Direktur Lea, jadwal kunjungan kita ke Miraikan di undur satu jam. Karena kami harus menunggu Tuan Nicholas Maxwell yang sedang mengadakan rapat terlebih dahulu. Meski nanti ia tidak satu rombongan dengan kita, tapi kami harus tetap menunggunya. Karena Ia juga akan berkunjung ke Miraikan.”  Aku menganggukan kepala dan tersenyum, “Tidak apa-apa, Tuan. Aku mengerti.” “Terima kasih atas pengertiannya, Direktur Lea. Kalau begitu aku permisi sebentar. Ada hal yang harus aku urus.” “Silahkan Tuan Hiroshi.” Selang beberapa menit kemudian, aku melihat serombongan pria keluar dari lift melewati lobby. Aku menoleh ke rombongan yang sedang lewat itu. Terlihat beberapa orang pria berpakaian rapi dengan jasnya berwarna hitam berjalan dengan pasti keluar gedung. Aku juga melihat pria yang semalam menghampiriku berjalan di depan memimpin rombongan tersebut. Dan juga ada Tuan Hiroshi yang berjalan di sampingnya sambil berbincang-bincang mengantar pria yang bernama Nichol beserta rombongannya itu memasuki mobil yang telah menunggu di depan lobby. Setelah rombongan pria itu memasuki mobil dan pergi, Tuan Hiroshi pun kembali menghampiriku dan berkata, “Direktur Lea, sekarang kita sudah bisa pergi. Harap menunggu mobil yang mengantar Direktur Lea dan Nona Sandra tadi di depan lobby. Maaf aku tidak bisa semobil dengan kalian. Karena aku harus menemani Tuan Osvald Maxwell di mobil yang lain.” “Baik, Tuan Hiroshi. Tidak apa-apa.”  Aku dan Sandra Tan pun melangkah keluar dan berdiri di depan pintu lobby sambil menunggu mobil yang akan mengantar kami. Tokyo siang ini cukup dingin dengan suhu udara 11 derajat celcius. Meski cuaca terlihat cukup cerah, namun udara di Tokyo menjadi kering karena hujan dan salju jarang turun. Dan kelembapan udaranya hanya mencapai 30%. Cukup membuat orang yang terbiasa di iklim tropis sepertiku kedinginan. Untung saja sebelum berangkat James Phillip telah mengingatkanku. Jadi aku sudah membawa persiapan dengan membawa long coat yang tebal dan sepatu boot. Setelah mobil yang akan mengantar berhenti di hadapan kami, kami pun dengan segera memasukinya. Terlalu lama di luar ruangan membuatku merasa akan segera membeku. Untung saja mobil yang kami tumpangi ini memiliki penghangat, jadi aku tidak lagi merasa kedingingan. Aku dan Sandra Tan duduk di kursi penumpang belakang dengan tenang sambil melihat pemandangan kota Tokyo di musim dingin dari balik jendela mobil. Beberapa menit kemudian, mobil yang kami tumpangi pun sampai di Miraikan. Terhanyut dengan pemandangan Tokyo di musim dingin di sepanjang perjalanan membuatku merasa jarak tempuh dari gedung perusahaan Maxwell Inc ke Miraikan sangat dekat. Saking aku merasa dekat, aku pun tidak tahu sudah berapa lama kami duduk di dalam mobil hingga akhirnya sampai di tempat yang kami tuju. “Direktur Lea, kita sudah sampai.” “Baik Tuan, terima kasih.” Aku berbicara sambil turun dari mobil bersama Sandra Tan. Dan setelah turun dari mobil, aku dan Sandra Tan pun bergabung dengan rombongan staff dari perusahaan Maxwell Inc memasuki gedung Miraikan tersebut.  Miraikan adalah nama museum sains yang terletak di Odaiba, Tokyo. Dengan nama lainnya National Museum of Emerging Science and Innovation. Odaiba adalah salah satu area di Tokyo yang popular dengan spot perbelanjaan dan pemandangan teluknya yang indah. Miraikan yang ada di Odaiba ini memamerkan teknologi termutakhir yang berhubungan dengan masa depan. Dan di museum ini pengunjung dapat mencoba bersentuhan langsung dengan teknologi sains terbaru kebanggaan Jepang. Penampakan pertama yang mnenarik perhatian saat kami memasuki museum adalah “Geo Cosmos”. Geo Cosmos adalah replica bumi yang terletak di ruang terbuka yang menghubungkan lantai satu hingga lantai enam. Geo Cosmos ini merupakan replica bumi pertama di dunia yang dibuat dari panel oraganik yang disusun membentuk bola. Dengan resolusi panel lebh dari 10 juta pixel. Geo Cosmos menampilkan berbagai data yang berkaitan dengan keadaan bumi, seperti peta klasifikasi tanah, konsentrasi ozon dan lainnya. Dan data bumi diperbarui setiap hari sehingga pengunjung bisa mengetahui penampakan bumi saat ini dari berbagai sudut. Setelah melihat beberapa pameran di museum ini, aku dan Sandra Tan berserta rombongan lainnya menonton pertunjukan ASIMO di museum ini. ASIMO adalah robot berkaki dua yang dibuat dan dikembangkan ioleh HONDA, perusahaan otomotif Jepang Bagi ASIMO, berjalan dan berlari bukanklah hal yang sulit. ASIMO juga bisa menari dan berbahasa isyarat. Penampilan dan gerakan ASIMO yang lucu layaknya manusia itu membuat kami para pengunjung merasakan kemajuan teknologi sains. Selesai menonton pertunjukan ASIMO, kami pun mencoba menaiki UNI-CUB yag dipopulerkan oleh video music dari artis Amerika di Miraikan ini. UNI-CUB adalah kendaraan elektrik berukuran kecil yang dapat bergerak hanya dengan satu buah roda. Pengendara dapat mengatur kecepatannya dengan cara memindahkan beban tubuh. Benar-benar seperti mengendarai kendaraan masa depan. Dan yang menjadi daya tarik Miraikan adalah pengunjung tidak hanya bisa melihat teknologi terdepan di dunia, tetapi juga bisa mencoba langsung teknologi tersebut. Saat para rombongan hendak berkeliling ke tempat lain untuk melihat pameran Otonaroid (robot android berbentuk orang dewasa) dan Kodomoroid (robot android berbentuk anak-anak), aku dan Sandra Tan yang sudah merasa lelah pun memisahkan diri. Kami ingin beristirahat sejenak dan mencari café di sekitar Miraikan. Hingga akhirnya kami mampir di café yang ada di lantai 5 museum.  Aku dan Sandra Tan memasuki café unik yang ada di lantai 5 Maraikan ini. Kami memesan beberapa menu makanan ringan dan minuman unik yang bertema sains yang dijual di café ini. Aku memesan Es Meteor, sedangkan Sandra Tan memesan minuman Soda Bumi. Selain itu kami memesan makanan luar angkasa yaitu Midori Mushi Cookie, yaitu kue kering berbentuk euglena sebagai cemilan.  Saat kami duduk di meja café berbincang-bincang sambil menikmati minuman dan makanan ringan yang telah kami pesan, pria yang semalam menghampiriku yang bernama Nichol itu pun memasuki café. Kali ini ia tidak bersama dengan rombongannya, tapi dengan seorang pria muda yang berjalan di sampingnya. Mereka berdua berjalan melewati meja kami sambil berbicara dengan bahasa Jepang menuju meja kasier untuk memesan minuman. Aku hanya melihatnya sepintas lalu melanjutkan perbincanganku dengan Sandra Tan. “Leora, apa kami boleh duduk di sini?” Tiba-tiba pria bernama Nichol itu kembali muncul di hadapanku, tepatnya di meja makanku. Aku mengangkat wajahku menatapnya, lalu melihat meja yang ada di sekelilingku. Namun saat aku menoleh ke sekeliling, pria itu kembali berkata, “Hanya sebentar. Meja lain penuh dan hanya di meja ini ada dua kursi yang kosong.” Aku menganggukkan kepala dan tersenyum pada pria itu, “Ya, silahkan Tuan.” “Terima kasih, Leora.” Pria itu berterima kasih sambil menarik kursi yang ada di hadapanku dan diikuti oleh temannya yang duduk di sampingnya. Setelah duduk di kursi yang ada di hadapanku dan Sandra Tan, kedua pria itu kembali berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa Jepang. Sedangkan aku dan Sandra Tan kembali melanjutkan perbincangan kami yang sempat terhenti oleh kehadiran mereka. Aku tidak tahu apa yang sedang di bicarakan oleh kedua pria itu. Dan aku pun tidak ingin peduli. Aku menerusakan pembicaraanku denngan Sandra Tan membahas masalah pekerjaan dan proyek yang baru kami dapatkan dari Maxwell Inc. Namun di sela-sela pembicaranku dengan Sandra Tan, tiba-tiba aku teringat dengan ucapan pria yang duduk di hadapanku. Cara ia memanggilku sungguh jauh berbeda dengan orang lain yang memanggilku. Jika orang lain memanggilku dengan panggilan nama depan seperti Lea dan Eleanor, tapi pria ini malah memanggilku dengan panggilan Leora. Sungguh panggilan yang terdengar asing di telingaku, namun aku menyukainya. Tidak lama kemudian, seorang pria datang menghampiri meja kami. Pria yang baru saja datang itu membungkukkan tubuhnya pada Tuan Nichol dan berkata, “Tuan, mobilnya sudah siap.” Tuan Nichol pun mengangguk dan bangkit dari kursi yang ada di hadapanku bersama temannya. Kemudian ia menoleh padaku sebelum ia pergi sembari berkata, “Terima kasih telah mengizinkan kami duduk di sini, Leora. Senang bertemu denganmu.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD