01 - MY MARRIAGE & YOUNG MAN

1428 Words
MMYM.01 PROLOG     Eleanor Leora   "Selamat datang, Nyonya. Bagaimana perjalanan bisnis Nyonya? Apa berjalan dengan lancar?" Bibi Jean menyapaku sambil mengambil alih travel bag dan barang bawaanku saat aku baru saja memasuki rumah. Aku tersenyum ringan pada pengurus rumah tanggaku yang sudah paruh baya itu dan berkata, "Perjalanan bisnis ku lancar, Bi. Mana Tuan? Apa Tuan sudah pulang dari kantor?" “Tuan belum pulang ke rumah ini Nyonya.” Bibi Sofie yang berdiri di samping Bibi Jean menjawab pertanyaanku. Saat aku masih berada di ruang utama rumah yang luas, aku menoleh keluar jendela rumah yang kini telah mulai menggelap. Di luar sana terlihat cahaya lampu dari rumah yang ada di ujung sana, tepatnya di sebelah barat kawasan rumah ini. Rumah itu adalah rumah milik keluarga Philip yang akan dihuni saat ada perayaan atau acara tertentu. Biasanya di saat langit mulai menggelap, hanya ada lampu luar rumah yang menyala. Namun malam ini terlihat berbeda. Semua sudut rumah itu terlihat di penuhi oleh cahaya seperti ada penghuninya. Bahkan di depan halaman rumah itu aku melihat salah satu mobil milik suamiku sedang terparkir. “Bi, kenapa rumah tua itu malam ini terlihat sangat terang? Apa ada saudara Tuan yang baru datang dari luar negeri menginap di sana?” Aku bertanya dengan wajah penasaran pada kedua asisten rumah tanggaku itu. Seketika kedua asisten rumah tanggaku yang sedang berjalan menghentikan langkahnya. Mereka terdiam dengan tubuh terpaku sambil menundukkan kepalanya. Cukup lama mereka berdiam diri di hadapanku tanpa menjawab pertanyaanku. Aku yang melihat sikap mereka yang tidak biasa pun merasa semakin penasaran dan kembali bertanya, “Bi, kenapa? Kenapa kalian tidak menjawab pertanyaanku? Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku pergi?” Dengan wajah memucat dan suara gugup Bibi Sofie pun menjawab, “Nyo-nya, di sana memang ada yang menginap.” “Siapa Bi? Apa ada tamu Tuan yang datang dan bermalam di sana?” “Se-seorang wanita Nyonya.” Bibi Jean menjawab. Aku mengerutkan dahi dan kembali bertanya, “Seorang wanita? Siapa?” “Nyo-nya, saat Nyonya pergi perjalanan bisnis beberapa hari yang lalu, Tuan membawa seorang wanita untuk tinggal di sini. Aku dengar dari supir pribadi Tuan, wanita itu akhir-akhir ini selalu menemani Tuan.” Bibi Sofie menjelaskan padaku. Seketika hatiku merasa sedih. Aku tidak menyangka suamiku akan membawa wanita lain ke rumah ini. Aku menarik nafas dalam lalu kembali bertanya, “Apa kalian telah pernah bertemu dengan wanita itu? Apa ia masih muda dan cantik?” Bibi Jean pun menjawab, “Iya, Nyonya. Wanita itu masih muda dan cantik. Tapi terlihat sangat tak terurus dan tidak berpendidikan. Nyonya masih jauh lebih baik darinya.” Tak tahu kenapa hatiku terasa hancur mendengar penjelasan dari kedua asisten rumah tanggaku itu. Bagiku tidak masalah jika suamiku James Philip memiliki wanita lain, karena dari awal kami menikah hanya karena perjodohan dan bisnis. Tapi dengan membawa wanita lain ke dalam lingkungan keluarga ini, membuatku merasa sedih. “Nyonya, apa Nyonya tidak apa-apa?” Aku yang tadinya termenung sejenak kembali tersadar mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Bibi Jean kepadaku dengan wajah prihatin. Aku menghela nafas panjang berusaha mengendalikan emosiku dan bersikap sebiasa mungkin. Kemudian aku tersenyum dan melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua rumah sembari berkata, “Bi, tolong siapkan air panas untukku. Aku ingin berendam malam ini. Aku sangat lelah.” “Baik, Nyonya.” Bibi Jean menanggapi ucapanku. Kemudian Bibi Sofie yang masih berada di belakangku pun bersuara, “Kalau begitu biar aku siapkan teh hangat untuk Nyonya.” “Terima kasih.” Aku menjawab sambil terus melangkah menaiki anak tangga. ****     James Philip   “Selamat hari ulang tahun pernikahan, istriku.” Aku berbicara sambil memeluk Eleanor Leora dari belakang. Kemudian aku mengulurkan tanganku memberikan sebuah kotak hadiah yang sudah aku persiapkan beberapa hari yang lalu untuknya. “Ini untukmu.”   Eleanor Leora menerima hadiah tersebut dan berkata, “Terima kasih.”   Kemudian aku mempererat pelukanku dan kembali bekata, “Bukalah! Aku berharap kamu menyukainya.”   “Apa harus dibuka sekarang, James?”   “Tentu saja. Ini adalah kado ulang tahun pernikahan kita untukmu.”   Dengan perlahan Eleanor Leora membuka kotak hadiah tersebut. Ia melihat kotak yang berisikan satu set perhiasan berlian itu sebentar, lalu menutupnya kembali. Aku yang masih memeluknya dari belakang menatap wajah dari samping. Tidak ada perubahan dari ekspresi wajah cantiknya yang selalu dingin itu. Tapi aku tidak mempedulikan hal itu. Aku yang kini tengah mencium aroma wangi bunga di tubuhnya membuatku sangat menginginkannya.   Dengan sentuhan lembut, aku mencium lehernya yang jenjang dan putih itu. Namun saat ciuman itu hendak turun ke tulang selangkanya, tiba-tiba ia bergerak ke depan membuat pelukanku terlepas. Ia melangkah dengan tenang menuju meja rias yang ada di sudut kamar. Lalu ia menyimpan hadiah yang aku berikan itu ke dalam laci tanpa menoleh atau pun berbicara padaku.   "Eleanor, kadang aku merasa kamu adalah rekan bisnisku, bukan istriku." Aku berbicara pada istriku Eleanor Leora dengan suara gemetar setelah sekian lama terdiam. Aku tidak menyangka jika malam ini ia menjauh dariku seolah sedang tidak ingin melayaniku di malam ulang tahun pernikahan kami.   "Jangan lupa, selain istri aku juga rekan bisnismu. Bahkan kita adalah rekan kerja yang akan selalu hidup bersama." Eleanor Leora menjawab dengan tenang sambil menyisir rambutnya di depan cermin.   Seketika aku merasa kesal mendengar jawabannya yang begitu tenang tanpa ada wajah bersalah. Aku merasa malam ini ia berusaha menjauhiku. Aku menarik nafas dalam berusaha meredakan rasa kesal di hatiku. Dan kemudian aku kembali berkata, “Eleanor, minggu depan adalah ulang tahun perusahaan PL Technology yang kelima. Aku berencana untuk meresmikan pernikahanku dengan Camilla hari itu juga. Sebentar lagi kami akan memiliki bayi. Jadi kami harus meresmikan pernikahan kami sebelum bayi itu lahir. Agar saat bayi itu lahir nanti, bisa memakai nama Phillip pada nama lengkapnya. Jika pada nama anak itu ada nama keluarga Phillip, nantinya ia juga akan memiliki hak di PL Technology. Dan aku berharap kamu akan datang untuk menghadirinya nanti.”   “Apa kehadiranku penting?”   “Tentu saja. Camilla juga istriku dan dia adalah saudaramu. Anakku dengannya juga anakmu nantinya. Ia adalah pewaris kita nantinya.”   “Maaf James, aku meralat ucapanmu. Setetespun tidak ada darah keluarga Errol di tubuh Camilla. Jadi ia bukanlah suadaraku. Anak yang di kandung oleh Camilla itu adalah anakmu. Tapi tidak akan pernah menjadi anakku. Dan satu lagi, jika kamu memberikan hak untuk anak itu di perusahaan kita, berikan saja  bagianmu. Karena aku tidak akan pernah memberikan bagianku pada orang yang bukan darah dagingku. ”   “Eleanor, apa kamu sangat membenci Camilla hingga memperlakukannya dan calon bayiku juga seperti itu?”   “Jika kamu menginginkan aku datang ke acara pernikahanmu, aku akan datang. Tapi jangan pernah berharap aku akan pernah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Dan aku juga tidak akan pernah memberikan apa yang aku miliki untuknya. Itu tidak akan pernah terjadi.” Eleanor Leora berbicara dengan tenang tanpa menoleh padaku.   Dengan sangat kesal, aku pun melangkah keluar kamar sembari berkata, “Hatimu benar-benar terbuat dari es, Eleanor. Sangat dingin.” ****       Nicholas Maxwell   “Leora, aku tahu kamu sangat terluka setiap kali melihat suamimu Tuan James Philip bersama dengan wanita rubah itu. Menurutku ada dua cara agar kamu bisa membalaskan rasa sakit di hatimu.” Aku berbicara dengan nada santai berusaha untuk menghibur wanita cantik yang sedang bersedih ini.   “Kenapa kamu berpikir bahwa hatiku terluka, Tuan Nicholas?”   “Karena mata tidak pernah berbohong, Nyonya Eleanor.”   Eleanor Leora tersenyum pahit menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Apa aku boleh tahu obat penawar rasa sakit hati itu Tuan?”   “Pertama, menjadikan pria tampan, berkedudukan tinggi dan berkuasa menjadi kekasihmu. Kedua, minta bantuanlah pada orang yang pantas kamu percaya.”   Eleanor Leora menghentikan langkahnya sejenak, lalu kembali bertanya padaku, “Dimana aku bisa mendapatkan kedua obat penawar itu Tuan?”   “Semuanya ada padaku, Leora.” Aku menjawab dengan senyum percaya diri.   Seketika Eleanor Leora tertawa kecil mendengar jawabanku yang sangat percaya diri. Wajahnya yang tadi terlihat murung kini kembali berseri meskipun terlihat samar. Tapi tidak apa-apa. Melihat senyumannya saja sudah membuatku bahagia. Apalagi saat ini ia tertawa, itu sudah cukup membuatku merasa berhasil mengubah suasana hatinya menjadi lebih baik. Karena setiap kali aku melihatnya bersedih, aku akan ikut bersedih.   Melihat senyumannya yang indah dan tawa kecilnya itu membuat hati kecilku berkata,  “Oh my God, kenapa Engkau menitipkan perasaan cinta padaku untuk wanita yang sudah menjadi milik orang lain? Bahkan aku jatuh cinta pada lawan bisnisku.”   “Tuan, kenapa menatapku seperti itu?” Tiba-tiba Eleanor Leora berbicara membuyarkan lamunanku yang terpana menatap senyum dan tawanya.   “Tidak.” Aku menggelengkan kepala dan kembali berkata, “Aku yakin suatu saat kamu akan bahagia meski tidak bersama James.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD