02 - MY MARRIAGE & YOUNG MAN

1585 Words
MMYM.02 PERNIKAHAN BISNIS Eleanor Leora Pagi ini langit di luar sana terlihat mendung. Hujan deras yang mengguyur kota ini semalaman membuat pagi terasa dingin dari pagi-pagi sebelumnya. Hujan yang mulai mengguyur kota Singapore kemarin sore adalah pertanda bahwa musim hujan telah tiba. Tapi hal itu tidak begitu berarti apa-apa bagiku yang selalu sibuk bekerja. Musim hujan atau tidak, aku tetap saja melakukan aktivitas seperti biasa. Seperti pagi ini, aku telah bersiap-siap ke kantor dengan pakaian yang rapi. Seperti biasanya sebelum berangkat ke kantor, aku pun sarapan terlebih dahulu di meja makan yang ada di lantai satu rumah keluarga Philip. “Eleanor, apa sore ini kamu jadi berangkat ke Tokyo?” James Philip bertanya padaku sambil menggerakkan sendok dan garpunya di atas piring yang berisikan menu sarapan. Aku menganggukan kepala dan menjawab, “Ya, sore ini aku akan berangkat ke Tokyo bersama Sarah Tan.” “Apa jadwal kunjungan di sana sudah di atur?” “Sudah. Semuanya sudah di atur dengan baik oleh Sandra Tan.” “Baguslah kalau begitu. Semoga perjalanan bisnismu berjalan dengan baik dan mencapai kesepakatan bagus untuk perusahaan kita. Aku sudah kehabisan cara untuk mendapatkan kerja sama ini, tapi tidak mendapatkan titik terang. Namun di tanganmu, dengan mudahnya mereka menyetujuinya meski sangat banyak persyaratan yang mereka ajukan.” Aku mengangguk ringan menanggapi ucapan James Philip. “Ya, aku selalu optimis akan hal itu. Semoga mereka bisa mempertimbangkan lagi persyaratan yang mereka ajukan untuk meringankan pihak kita.” Aku adalah Eleanor Leora Errol, seorang COO (Chief Operation Officer) dari perusahaan PL Technology. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Jabatanku satu tingkat di bawah CEO yang ditempati oleh James Philip. Tugasku mengawasi operasi bisnis perusahaan dan melaporkannya pada CEO. Aku juga harus memastikan perusahaan memiliki prosedur operasional dan keuangan yang efektif. Dan orang-orang di kantor memanggilku Direktur Lea. Sedangkan pria yang duduk di sampingku saat ini adalah suamiku, James Philip. CEO dari perusahaan PL Technology yang telah kami bangun bersama beberapa tahun lalu. Sebelum berubah menjadi PL Technology, perusahaan ini adalah dua buah perusahaan yang akhirnya di gabungkan setelah kami menikah. Aku adalah anak perempuan dari keluarga Errol yang memiliki perusahaan di bidang teknologi. Sedangkan suamiku James Philip adalah putra tunggal dari keluarga Philip yang juga memiliki perusahaan di bidang teknologi. Kami berdua menikah karena kedua orang tua kami adalah rekan bisnis. Dan hubungan antara kami berdua terjalin karena pernikahan bisnis, bukan pernikahan yang berdasarkan cinta. James Philip adalah seorang CEO yang sangat berkompeten dalam pekerjaan. Ia adalah seorang pemimpin yang tegas untuk perusahaan PL Technology dan mampu membangun perusahaan ini menjadi sukses dan berkembang pesat seperti sekarang ini. Tidak ada kerja sama yang tidak ia dapatkan. Bahkan ia dapat melaksanakan kerja sama itu dengan baik dengan hasil yang sangat memuaskan. Namun dalam kerjasama dengan perusahaan yang ada di Jepang kali ini, terlihat jauh berbeda. Entah karena alasan apa, ia tidak bisa melobi pihak perusahaan Jepang untuk bekerja sama dengan perusahaan kami. Ia telah berusaha keras beberapa bulan terakhir, namun tidak membuahkan hasil. Hal itu membuat ia menyerah untuk membujuk pihak perusahaan tersebut. Sehingga ia yang sangat menginginkan kerja sama itu memintaku untuk turut andil. Beberapa waktu lalu, aku telah pernah bertemu dengan pihak perusahaan Jepang untuk melakukan pendekatan. Saat itu aku bertemu dengan salah seorang perwakilan Maxwell Inc saat mereka mengadakan kunjungan ke Singapore ini. Di pertemuan tersebut, aku yang merupakan perwakilan dari PL Technology menjelaskan berbagai keuntungan yang akan mereka dapatkan jika menjalin kerja sama dengan kami. Dan mereka pun tertarik dengan berbagai macam hal yang aku tawarkan kepada mereka. Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa mereka tertarik untuk menjalin kerja sama dengan PL Technology. Awal mengetahui bahwa pihak Maxwell Inc tertarik dengan kerja sama ini setelah aku menemui pihak mereka, James Philip sedikit tidak percaya. Ia yang telah mahir di dunia bisnis selama bertahun-tahun tidak mampu membujuk mereka. Padahal ia telah berusaha keras selama berbulan-bulan untuk melobi, namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Namun di saat aku menangani hal ini dalam satu kali pertemuan, titik terang pun mulai terlihat. Hingga akhirnya James Philip memintaku untuk menghandle kerja sama ini hingga selesai. “Apa hari ini kamu sibuk?” Aku kembali bertanya di sela-sela sarapan kami. James Philip mengangguk, “Ya, lumayan. Aku akan menghadiri beberapa rapat dengan direksi hari ini. Setelah itu juga ada kunjungan ke departemen IT di sore harinya. Maaf, aku tidak bisa mengantarmu ke bandara.” “Tidak apa-apa. Aku bisa pergi berdua saja dengan Sarah Tan diantar oleh supir.” “Apa kamu memerlukan bantuan lainnya?” “Tidak. aku sudah mempersiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu. Jadi aku rasa tidak ada yang kurang lagi.” “Jangan lupa bawa jacket. Sekarang di Tokyo sedang musim gugur, udara cukup dingin buatmu yang terbiasa dengan cuaca tropis. Aku tidak ingin kamu jatuh sakit di sana atau sepulang dari sana. Jaga kesehatanmu.” “Terima kasih sudah mengingatkanku.” Aku kembali melanjutkan sarapanku. Tidak lama kemudian setelah menyelesaikan sarapan, aku dan James Philip pun berangkat ke kantor. Karena kami bekerja di gedung yang sama dan tidak ada acara lain pagi ini, kami berdua berangkat bersama menuju perusahaan di antar oleh supir. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak bicara. Kami berdua di sibukkan oleh beberapa dokumen yang harus kami tangani masing-masing. Dan bagi yang tidak mengetahui tentang hubungan kami, mungkin mereka berpikir kami hanyalah rekan kerja, bukan sepasang suami istri. Baru saja turun dari mobil setelah mobil yang kami tumpangi sampai di halaman perusahaan, kami berdua pun berjalan dengan berbeda arah. James Philip yang telah ditunggu oleh asistennya Jay Finn di depan pintu masuk lobby melangkah ke arah lift khusus menuju ruang CEO. Sedangkan aku melangkah ke koridor yang ada di sudut lobi perusahaan menuju Departemen Pemasaran. Ada hal yang ingin aku sampaikan kepada kepala Departemen Pemasaran sebelum kepergianku sore nanti. “Direktur Lea.” Tuan Manson menyapaku dengan hormat. Kemudian ia membukakan pintu mempersilahkan ku memasuki ruangannya . “Silahkan masuk.” Aku yang baru saja sampai di ruangan Departemen Pemasaran menganggukkan kepala dan berkata, “Bagaimana dengan laporan pemasaran bulan lalu Manson? Apa kamu sudah menyelesaikannya?” “Sudah Direktur. Aku akan mengantarnya satu jam lagi keruangan Direktur.” Aku menarik kursi yang ada di seberang Manson dan kembali berkata, “Tuan Manson, aku akan berangkat ke Tokyo sore ini. Tapi sebelumnya aku ingin meninggalkan beberapa tugas tambahan untukmu.” “Baik. Direktur Lea ingin aku melakukan apa?” “Aku ingin kamu melakukan marketing research dengan mengikuti perkembangan pasar selama satu bulan, terutama terhadap produk sejenis chip memori. Kemudian melakukan perencanaan analisis peluang pasar. Aku ingin setelah aku pulang dari Tokyo, marketing research mu sudah mulai berjalan.” “Maaf, Direktur. Kenapa kita harus melakukan marketing research terhadap produk seperti chip memori? Sedangkan kita adalah perusahaan bergerak di sector perangkat lunak kantor.” “Karena kedepannya perusahaan kita akan memulai bisnis pembuatan chip memori. Kita tidak mungkin hanya terus membuat perangkat lunak, sedang chip memori sangat berhubungan dengan hal itu. Kita harus memiliki kemajuan untuk perusahaan kita. Untuk hal itu aku menggaet perusahaan Maxwell Inc dari Jepang untuk kerja sama ini.” “Baik, Direktur. Aku akan melakukan sesuai dengan perintah Direktur Lea.” Di tengah-tengah pembicaraanku dengan Manson, terdengar suara ketukan dari luar ruangan. Dari balik pintu itu terlihat Sandra Tan asistenku memasuki ruangan dengan sebuah map di tangannya. “Maaf Direktur Lea, aku sedikit terlambat kemari. Karena aku harus memprint dokumen ini.” Sandra Tan meletakkan map dokumen itu di atas meja Tuan Manson, kemudian mundur beberapa langkah berdiri di belakangku. Dan aku pun berkata, “Tuan Manson, ini map berisikan dokumen yang harus kamu pahami dalam melakukan marketing research nanti. Aku sudah menuliskan point-point penting yang harus penuhi.” “Baik, Direktur. Aku akan berusaha melakukannya dengan baik.” “Aku tidak ingin kamu melakukannya dengan banyak usaha tapi tidak memiliki hasil yang maksimal. Aku ingin kamu memiliki hasil yang maksimal. Jangan kecewakan aku.” Aku berbicara dengan suara rendah namun penuh tekanan. “Baik, Direktur. Aku akan melaksanakannya.” “Baiklah kalau begitu. Aku permisi dulu Tuan Manson.” “Baik, Direktur. Moga perjalanan bisnisnya berjalan dengan baik. Dan Direktur dapat kembali lagi ke kota ini dengan selamat.” “Terima kasih.” Aku berbicara sambil bangkit dari kursi dan berlalu pergi keluar ruangan. Sedangkan Sandra Tan mengikutiku dari belakang menuju ruanganku. Sepanjang perjalanan di koridor menuju ruanganku yang ada di lantai paling atas gedung ini, aku terus memikirkan berbagai jadwal dan pekerjaan yang harus aku lakukan untuk beberapa hari ke depan. Karena ruanganku ada di samping ruangan James Philip, dan beberapa bagian hanya di batasi oleh kaca tebal, saat memasuki ruangan aku akan bisa melihat langsung suasana di dalam ruangannya. Namun pagi ini aku tidak melihat keberadaanya di dalam ruangannya. Padahal saat kami baru sampai di lobby perusahaan, ia langsung pergi ke ruangannya dengan lift khusus. Dengan sedikit rasa penasaran, aku pun bertanya pada Sandra Tan yang masih berada di belakangku, “Sandra, apa kamu tahu CEO James kemana?” “Aku tidak tahu Direktur Lea. Tapi sebelum kesini aku masih melihat beliau di dalam ruangannya.” Aku mengulurkan tanganku lalu melihat arloji yang ada di pergelangan tanganku. Jarum jam telah menujukan pukul 9 pagi. Aku tidak tahu ia kemana, karena yang aku tahu rapatnya dengan dewan direksi akan di mulai pukul 10 pagi ini. Dengan pikiran positif aku pun berbicara dengan santai sambil menduduki kursi putarku, “Mungkin ia hanya keluar sebentar. Sandra, berikan aku jadwal apa saja yang akan kita lakukan besok.” “Ini, Direktur.” Sandra Tan berbicara sambil mengulurkan tangannya yan dari tadi memegang map.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD