Part 22

1041 Words

Sepersekian detik, dan Carla masih melongo mendengar ucapan Nana yang seolah-olah, Nana lah mertua Carla. Yang mengomel karena anak laki-lakinya harus banting tulang demi istri. Tapi, sepersekian detik kemudian, dia mulai tersenyum kecil. “Lah, kan memang pekerjaannya Mas Faqih itu ya kayak begitu. Lalu, maunya kamu gimana ? dia harus duduk manis di rumah, gitu ? Mas Faqih itu, bukan kayak kamu yang seorang Dokter dan biasa bekerja di ruangan sejuk dengan Ac yang selalu menyala.” Carla berbicara sembari duduk di samping Faqih. Sedangkan Ibu dan Shanum hanya saling menyikut sambil memberikan isyarat mata dan dagu, melihat ketegangan yang sedang terjadi. “Ya memang, aku kan Dokter, jadi wajar jika aku bekerja di ruangan yang nyaman. Secara, aku harus berpikir jernih. Tapi, Faqih ini lo, k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD