Steve mencoba untuk bersikap tenang meskipun pertarungan di depan mata. Hezelbrian mengerahkan seluruh penjaganya. Steve mengambil kuda-kuda, sementara Mirabell bersembunyi di belakang lelaki itu. Steve membunyikan peluit miliknya dia berharap Edmund, Bernald, Felix dan Reynald dapat mendengarnya, Lelaki itu melirik dengan ujung matanya, ada dua belas orang di hadapannya dan dia tidak punya tenaga.
“Mirabell, dengarkan aku,” gumam Steve sebelum memulai pertarungan. Mirabell mengangguk dan memasang telinganya baik-baik. “Dalam hitungan ketiga kau harus lari dari sini. Kau hanya tinggal berlari lurus lalu belok kiri. Kau pasti akan bertemu Reynald di sana. Jangan pernah kembali lagi ke sini,” gumam Steve.
“Tapi bagaiman aku bisa meninggalkanmu? Bagaimana kalau kau terluka,” tanya Mirabell dengan perasaan khawatir. Meskipun terjebak dalam situasi yang berbahaya namun dia tidak ingin berlari dan meninggalkan Steve sendirian.
“Aku akan baik-baik saja, cepatlah pergi dari sini,” gumam Steve mendorong tubuh Mirabell menjauh. Mirabell tidak bisa berpikir. Dia juga tidak bisa berada di sini karena mungkin Hezelbrian akan memaksanya menikah. Mirabell pun belari ke luar kastil.
Sementara itu Reynald mendengar peluit Steve, lelaki itu langsung berlari ke arah kastil, “Sudah kubilang lelaki itu tidak akan mendengarkanmu, Steve, tapi kau keras kepala,” gumam Reynald, lelaki itu mengambil pedangnya dan berlari secepat mungkin. Edmund, Bernald dan Felix juga mendengar peluit yang sama, ketiganya juga berlari sekuat tenaga.
Sementara itu pertarungan pecah di dalam kastil, pukulan demi pukulan dilancarkan Steve ke anak buah Hezelbrian, sementara Hezelbrian menonton sambil bertepuk tangan. Lelaki itu memang sudah gila. Satu per satu anak buah Hezelbrian tumbang. Mereka tidak dapat mengimbangi kemampuan bela diri Steve. Meskipun dia tidak membawa senjata tapi laki-laki itu mampu mengalahkan semua anak buah Hezelbrian.
“Kurang ajar!” Hezelbrian mengumpat. Lelaki itu memanggil anak buahnya yang lain, namun jarak antara kastil belakang cukup jauh hingga kedatangan mereka tertunda. Steve mengambil pedang dari salah satu anak buah Hezelbrian yang terkapar.
Lelaki itu memandang Steve dengan tubuh gemetar, “Aku tidak akan menyakitimu jika kau membiarkanku pergi baik-baik. Tapi kau keras kepala sekali. Aku kasihan padamu, Hezelbrian. Hefin sudah tiada, mulailah hidup baru,” gumam Steve.
“Kau menasehatiku, hah?” Hezelbrian merasa tidak terima. Meski pertarungan ini sudah jelas siapa pemenangnya namun lelaki itu tidak akan menyerah. Lelaki itu mengambil pedangnya dan mencoba melawan Steve. Keduanya bertarung dengan sengit.
***
Mirabell sudah sampai di luar kastil dan memasuki hutan namun pikirannya tidak tenang. Gadis itu merasa egois karena meninggalkan Steve sendirian. Padahal Steve ke sini untuk menyelamatkannya dan dia malah berlari seperti ini.
Gadis itu berhenti dan menyadari sesuatu. Dia harus membantu Steve karena lelaki itu sendirian di sana. Bagaimana dia bisa menghadapi puluhan anak buah Hezelbrian? Penjaganya saja banyak sekali.
“Ah, bodoh. Kenapa aku meninggalkannya sendiri,” gumam Mirabell. Mirabell mengambil sebuah ranting pohon. Setidaknya dia harus membawa senjata untuk membantu Steve. Gadis itu langsung berlari sekuat tenaga. Sampai di kastil keadaan benar-benar kacau. Para penjaga di kastil Hezelbrian banyak yang terkapar. Mungkinkah Steve menang?
Gadis itu sampai di ruangan Steve dan Hezelbrian. “Steve jangan!” teriak Mirabell. Gadis itu segera belari ke arah Steve. Lelaki itu hampir saja mengayunkan pedangnya ke arah Hezelbrian yang sudah terdesak. Namun Mirabell mencegahnya.
Dia langsung memeluk Steve dari belakang, “ Steve jangan! Jangan jadi pembunuh. Meski di sini tidak ada penjara tapi jangan lakukan itu, “ gumam Mirabell. Gadis itu menangis di pelukan Steve.
“Kau sedang apa Mirabell?” gumam Steve dengan suara sedikit terkejut. Mirabell mengerjapkan matanya. Dia baru sadar jika dia memeluk tubuh Steve sekarang. Pipi Mirabell memerah. Gadis itu langsung melepaskan pelukannya.
“Jangan lakukan itu Steve, kau jangan membunuhnya,” cegah Mriabell dengan perasaan takut.
“Aku tidak akan membunuhnya Mirabell, Iya kan Hezel?” Gumam Steve sambil tersenyum. Hezelbrian mengangguk sambil tersenyum juga.
“Iya, kami sudah berbaikan. Maafkan aku Mirabell,” gumam Hezelbrian berjalan mendekati Mirabell tapi gadis itu langsung bersembunyi di belakang tubuh Steve.
“Aku hanya ingin minta maaf padamu, Mirabell,” gumam Hezelbrian. Mirabell mendekatkan bibirnya ke telinga Steve. Gadis itu bingung dengan apa yang terjadi.
“Tenanglah Mirabell, dia tidak akan menyakitimu lagi,” gumam Steve. Meski Steve yang mengatakannya namun Mirabell tetap saja belum sepenuhnya percaya.
“Apa yang terjadi?” tanya Mirabell dengan tatapan polos. Mirabell tidak tahu apa yang terjadi dan ini membingungkan baginya. Bagaimana bisa mereka tiba-tiba saja bersikap seperti ini. Apakah ini jebakan?
“Kami sudah berbaikan. Dan kami juga sudah bicara, Mirabell. Maafkan aku karena sudah menyakitimu. Maafkan aku karena mengiramu Hefin dan mengurungmu di kastil,” gumam Hezelbrian. Lelaki itu menatap Mirabell dengan tulus.
Kehilangan seseorang yang sangat dicintainya membuat Hezelbrian gelap mata. Dia bahkan tidak dapat berpikir jernih. Malam itu dia sedang berjalan-jalan untuk mengalihkan rasa rindunya pada Hefin. Dia benar-benar rindu pada kekasihnya. Namun di tengah perjalanannya dia menemukan Mirabell yang pingsan di dalam lubang buatan Reynald.
Ingatan akan kematian Hefin muncul secara tiba-tiba dan otak Hezelbrian mendadak menjadi tidak waras.DIa langsung meminta para penjaganya untuk membawa Mirabell dan bergumam bahwa gadis itu Hefin.
“Aku harap kau tidak melakukan ini lagi. Bukan cinta namanya jika kau memaksakan perasaanmu pada seseorang. Kau harus mengikhlaskan Hefin baru kau bisa berdamai dengan dirimu sendiri.” Gumam Mirabell.
“Iya Mirabell, maafkan aku,” gumam Hezelbrian. Gadis itu mengangguk. Mungkin dia juga harus memahami posisi Hezelbrian.
“Ayo kita pulang,” gumam Steve, Mirabell mengangguk. Baru beberapa langkah mereka berjalan menuju pintu, Mirabell berbalik dan ingin mengucapkan sesuatu pada Hezelbrian namun dia melihat lelaki itu mengambil sesuatu dari balik tubuhnya. Sebuah benda kecil, tajam dan mengkilat.
Lelaki itu dengan tergesa menuju ke arah Steve, “Steve awas!” teriak Mirabell. Gadis itu mendorong tubuh Steve agar tidak terluka. Namun segala sesuatu berjalan begitu cepat saat Steve menarik tangan perempuan itu dan melindunginya di balik tubuhnya.
Jleb!
Steve mendekap tubuh gadis itu erat-erat sementara Mirabell menatap Steve dengan pandangan tak percaya, “Steve kau,” gumamnya dengan bibir bergetar. Mirabell bisa merasakan pisau yang menancap di balik tubuh Steve matanya berkaca-kaca.
“Aku tidak apa-apa, Mirabell,” gumam Steve sambil menggigit bibirnya. Baru beberapa saat dia mengatakan itu, tubuh laki-laki itu limbung dan terjatuh ke pelukan Mirabell.
“Steve! Steve bangun! Gumam gadis itu dengan terisak. Sementara di sisi lain Hezelbrian tersenyum puas. “Aku akan membunuh siapapun yang mengatakan kekasihku telah mati,” gumamnya tidak waras. Dia sudah tidak tertolong lagi. Sampai kapanpun dia akan menganggap Hefin masih hidup.