“Kau bicara omong kosong, Steve, Hefin masih hidup dan dia dia adalah Hefin,” tunjuk Hezelbrian pada Mirabell. Mirabell bergidik ngeri, kedua lelaki ini saling bersitegang seakan siap melancarkan tinjunya.
"Itu kenyataan. Meskipun pahit kau harus menerimanya Hezelbrian. Sadarlah! Apa harus kujelaskan bagaimana Hefin tiada? Kau sendiri melihatnya. Jangan terus- menerus menyangkal kenyataan di kepalamu." Gumam Steve dengan dingin. Hezelbrian benar-benar terkejut. Hati dan pikirannya terus denial tapi ingatannya terlempar pada suatu hari di masa lalu. Lelaki itu samar-samar mengingatnya.
"Ikutlah denganku, Hefin," gumam Hezelbrian sambil menarik tangan Hefin. Perempuan itu menolaknya dia menepis tangan Hezelbrian dengan kasar. Membuat lelaki itu terbakar emosi dengan perlakuan Hefin.
"Tidak, Hezelbrian. Maafkan aku. Aku tidak bisa tinggal denganmu lagi," gumam Hefin.
Hezelbrian dan Hefin adalah pribadi yang berbeda. Hefin adalah seorang gadis yang menyukai alam, dan berpetualang. Sementara Hezelbrian terlahir dengan semua fasilitas mewah yang sudah dia nikmati sejak kecil. Manja, dan keras kepala juga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun keinginannya. Lelaki itu egois dan juga over protektif. Keduanya dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Hefin menolak perjodohan itu awalnya. Namun dia harus menerima perjodohan itu untuk kepentingan kaumnya. Dia mencoba untuk menerima Hezelbrian. Hefin bahkan mencoba untuk mencintai lelaki itu.
Tapi segala sifat arogan, tidak mau mengalah dan kejam membuat Hefin jengah dengan Hezelbrian. Dia pikir bisa mengubah Hezelbrian menjadikannya sosok yang kebih pengertian dan lembut namun dia salah.
Sejak awal Hezelbrian sudah jatuh cinta pada gadis yang memiliki manik mata biru itu. Sejak pertemuan pertamanya. Cintanya begitu dalam hingga perasaan takut membutakannya. Dia takut kehilangan gadis itu. Dia takut kalau gadis itu akan meninggalkannya seperti kedua orang tuanya. Hefin dan Hezelbrian adalah dua orang yang berbeda. Tak ada yang bisa menyatukan mereka bahkan diri mereka sendiri.
"Kau harus tinggal denganku," ujar Hezelbrian tanpa mau mendengarkan Hefin. Lelaki itu menyeret Hefin untuk kembali ke kastil. Hari-hari Hefin di Dendrum tidak pernah bahagia. Hezelbrian selalu mengurungnya di dalam kastil. Dia bahkan tidak membiarkan Hefin keluar dari kastil untuk jalan-jalan. Hingga puncaknya malam ini Hefin berhasil kabur melewati penjaga kastil Hezelbrian dan kabur ke arah hutan dan Hezelbrian mengejarnya. Lelaki itu bersikeras membawa Hefin untuk pulang. Gadis malang itu kini berdiri di tepi jurang dengan tangan dicengkeram erat oleh Hezelbrian.
"Kau egois. Aku tidak mau hidup denganmu lagi Hezelbrian," ujar Hefin berterus terang. Hezelbrian semakin geram. Gadis ini tidak mau mendengarkan perintahnya jadi dia akan memaksanya dengan cara kasar.
"Sadarlah Hezelbrian kau ini keras kepala. Aku bahkan tidak bisa bernapas jika terus di depanmu. Kau sudah berjanji ratusan kali untuk berubah tapi kau selalu mengurungku di kastil. Hezelbrian aku juga butuh melihat dunia luar. Kukira bersamamu aku bisa menjalani hari yang bahagia. Tapi besamamu bagaikan mimpi buruk dalam hidupku," ujar Hefin dengan mata berkaca-kaca. Apa yang selama ini ditahannya kini dia katakan pada Hezelbrian.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Hefin. Gadis itu menggigit bibirnya. Rasa perih terasa di pipinya.
"Kamu benar-benar keterlaluan," gumam Hefin, "Aku membencimu," imbuhnya lagi.
Hezelbrian geram. Hatinya terasa seperti teriris. Hefin adalah seorang gadis yang sangat dia cinta. Cintanya membuatnya buta dan membuat lelaki itu bersikap posesif dan kini Hefin bicara bahwa dia membencinya. Hezelbrian tidak dapat berpikir. Rasa marah, kecewa, sesal berkecamuk di hatinya.
"Kau harus hidup denganku. Suka tak suka kau harus tetap hidup denganku Hefin, aku tidak akan pernah melupakanmu," ujar Hezelbrian. Tak ada cara lain, Hezelbrian adalah seseorang yang sangat keras kepala. Lelaki itu bahkan tidak mau mendengarkan perkataan Hefin.
"Aku mohon lepaskan aku. Hezelbrian maafkan aku, tapi aku tidak bisa hidup denganmu," Hefin putus asa. Dia berharap dengan memohon pada Hezelbrian dia akan mendengarkannya. Tapi Hezelbrian tidak dapat berpikir jernih, dia benar-benaer tidak akan membiarkan Hefin pergi dari sisinya.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi," gumam Hefin. Gadis itu menggigit pergelangan tangan Hefin. Refleks tubuh gadis itu terjatuh ke belakang. Di detik-detik sebelum gadis itu pergi dia berkata pada Hezelbrian, "Maafkan aku, Hezelbrian," gumamnya. Selanjutnya tubuh gadis itu terjun ke jurang seringan bulu.
“Hefin!” teriak lelaki itu tak percaya. Malam itu Hezelbrian membunuh orang yang dicintainya dengan keegoisannya. Kaki Hezelbrian lemas. Lelaki itu menangis. Dia menyesali semuanya dan hidup dalam mimpi buruk ini bertahun-tahun. Hingga sekarang dia masih merasa kalau Hefin masih hidup. Dia menyangkal kenyataan kalau Hefin sudah tiada.
“Kau sudah sadar?” Sindir Steve membuyarkan lamunan pahit Hezelbrian.
“Kau bohong. Hefin masih hidup. Jangan bicara omong kosong di sini,” teriak Hezelbrian masih menyangkal.
Steve berjalan menuju Hezebrian, lelaki itu menarik paksa MIrabell, “Lihat baik-baik gadis ini. Dia bukan Hefin. Kekasihmu sudah tiada. Tolong sadarlah, percuma kau mengelak seperti ini juga tidak akan membuat gadis itu hidup kembali. Jangan hancurkan hidupmu seeperti ini, Hezel,” kata Steve.
Hezelbrian memegang kepalanya yang terasa sakit. Ingatan-ingatan tentang Hefin kembali muncul. Saat dia pertama kali menyukai gadis itu, saat dia menggenggam tangan lembutnya dan ingatan saat Hefin terjatuh ke jurang yang memenuhi kepalanya. Selama ini dia menyangkal dan sebenarnya jauh di lubuk hatinya dia tahu bahwa Hefin sudah tiada.
Steve menggandeng tangan Mirabell, para penjaga di sana tak bisa mencegahnya, “Ayo kita pulang,” gumam Steve. Mirabell merapatkan jarinya di jemari Steve, mereka saling berpandangan, “Iya,” gumam Mirabell lirih disertai anggukan dengan wajah bahagia. Akhirnya Mirabell terlepas dari kastil ini.
Mereke berdua berjalan menuju ke arah pinttu, “Terima kasih sudah datang, Steve,” gumam Mirabell. Dia tak tahu jika Steve tidak datang hidupnya akan seperti apa, dia hampir putus asa dan menerima pernikahannya dengan Hezelbrian.
“Aku akan selau datang untukmu kapan saja,” ujar Steve sambil mengusap rambut Mirabell. Keduanya berjalan dengan perasaan bahagia.
“Kalian pikir mau ke mana, pengawal tangkap mereka!” teriak Hezelbrian. Langkah Steve dan Mirabell terhenti. Sial, Steve pikir dia bisa membawa Mirabell keluar dari sini tanpa harus ada pertarungan maupun pertempuran darah namun sia-sia. Kini pengawal Hezelbrian tengah mengepung mereka.
“Hezelbrian, apa yang kau lakukan!” Teriak Steve. Lelaki itu benar-benar gila.
“Tak akan kubiarkan kau membawanya pergi, meskipun dia bukan Hefin, aku akan tetap menikahinya,” gumam Hezelbrian.
“Dasar Gila. Aku tidak mau menikah denganmu, Kau ini egois dan tak tahu malu,” umpat Mirabell.
Steve menarik tangan Mirabell dan membawa dirinya ke belakang tubuhnya, “Tenanglah Mirabell, kau jangan memancing emosinya,” gumam Steve mencari jalan keluar.
“Gimana aku bisa tenang, kalau kau jadi aku apa kau bisa tenang? Apa kau mau menikah dengannya,” ujar Mirabell emosi.
“Prajurit tangkap Mereka!” Perintah Hezelbrian yang langsung membuat para pengawalnya bergerak dan bersiap menyerang Steve.
“Tetaplah di belakangku, Mirabell. Aku akan melindungimu,” gumam Steve. Mirabell memegang baju Steve erat. Dia takut. Bukan takut pada Hezelbrian tapi takut jika lelaki ini terluka.