Morning Story

1323 Words
Steve benar daun Dirima memang wangi, bahkan wanginya melebihi body soap  milik Mirabell. Awalnya Mirabell tak percaya. Namun rupanya Steve tidak berbohong padanya. Pagi ini Mirabell menghabiskan waktu mandi lebih lama. Dirinya benar-benar terpikat dengan wangi daun Dirima. Wanginya seperti perpaduan sabun mahal dan juga aroma therapy. Steve bangun pagi-pagi sekali, sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Begitu bangun dia langsung membersihkan rumah dan memberi makan kudanya. Selanjutnya dia menyalakan api dan menambah kayu bakar di pemanas agar Mirabell tidak kedinginan. Mirabell tidur layaknya bayi. Bahkan di saat Steve menggendongnya dan memindahkan tubuhnya ke Barami gadis itu sama sekali tidak bergerak. Sepertinya Mirabell kelelahan sehingga dia tidur sangat pulas. Mirabell bangun ketika matahari sudah menampakkan sinarnya. Dia bangun terlambat, biasanya di rumah ada mamanya yang akan membangunkannya setiap hari untuk berangkat sekolah, kecuali hari Minggu  Mirabell pasti akan bangun siang lalu menonton kartun kesayangannya. Steve sengaja tidak membangunkan Mirabell karena gadis itu begitu pulas, dia tidak tega membangunkan Mirabell. Mirabell keluar dari kamar mandi dengan pakaian baru yang sudah disiapkan Steve, entah dari mana dia mendapatkan itu. Pakaian yang Steve berikan benar-benar nyaman dan terbuat dari bahan yang halus meski bukan pakaian baru tapi cukup nyaman dipakai. “Pagi sekali kau bangun,” sindir Steve sambil menggoreng sesuatu. Mirabell mencebikkan bibirnya. Gadis itu merasa bersalah karena bangun terlambat, rasanya tidak sopan ketika kamu menumpang di rumah orang dan bangun terlambat sementara yang punya rumah sudah sibuk melakukan banyak hal. Mirabell merasa tidak tahu diri. “Kenapa kau tidak membangunkanku?” Gumam Mirabell. Steve membalik sesuatu dengan spatula berbentuk kayu. Lelaki itu tampak sibuk memasak. “Aku sudah membangunkanmu berkali-kali, tapi kau tidur seperti sedang pingsan saja,” celetuk Steve. Sebenarnya Steve tidak membangunkan Mirabell. Dia hanya ingin menggoda gadis itu saja. Dan lihatlah sekarang tampang kesalnya itu begitu menggemaskan. Entah kenapa menggoda Mirabell begitu menyenangkan. “Wah pemandangan macam apa ini. Pagi-pagi sudah ada pertengkaran kekasih,” gumam seseorang yang menginterupsi obrolan Steve dan Mirabell. Mirabell menoleh dan mendapati Bernald tengah  tersenyum ke arahnya. “Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” Tanya Mirabell kaget karena kemunculan Bernald. Tidak hanya Bernald, Felix, Edmund dan Reynald muncul dari balik pintu. Mereka terlihat lelah dan seperti kurang tidur. “Selamat pagi, Mirabell,” gumam Edmund sambil menyunggingkan senyumnya. “Pagi, Princess,” kali ini giliran Bernald yang bersuara. Sementara Felix hanya menyunggingkan senyum sebagai ucapan selamat pagi. Hanya satu yang tidak mengucapkan selamat pagi kepada Mirabell. Siapa lagi kalau bukan Reynald. Lelaki itu tampak mengabaikannya seperti makhluk tak kasat mata. “Bagaimana kalian bisa ada di sini?” MIrabell masih kaget dan tak percaya. Sementara Edmund tampak menghampiri Steve dan membantu lelaki itu untuk menyiapkan sarapan. “Apa Steve belum cerita sama kamu?” gumam Bernald sambil duduk di kursi dengan tenang. “Cerita apa?” Gumam Mirabell bengong. Dia sama sekali tak tahu bahwa mereka berlima ternyata saling kenal. “Steve kan bagian dari kita semua, Mirabell,” gumam Bernald ambigu, Reynald tampak tak peduli. Lelaki itu merebahkan dirinya di Barami dan mulai tidur. “Ya, gitulah pokoknya. Kak, aku lapar,” gumam Bernald merengek pada Edmund. Bernald ini seperti yang paling muda diantara mereka. Lihat saja kelakuan manjanya. “Apa kau tidak akan menjelaskan padaku?” ujar Mirabell kesal. Sementara itu Bernald hanya bisa meringis. Lelaki itu sepertinya tidak akan dengan mudah menjawab pertanyaan Mirabell. Kenapa orang-orang di sini membuat Mirabell sangat penasaran? “Aku akan menjawabnya, tapi nanti. Aku lapar. Nanti aku akan mengajakmu keliling Quantrum Tetranum deh,” bujuk Bernald yang melihat Mirabell sepertinya sedang kesal. “Seriusan?”  Mirabell membulatkan matanya antusias. Sepertinya rasa penasarannya akan terjawab kali ini. “He’em,” gumam Bernald. Akhirnya pertanyaannya tentang Quantrium Tetranum akan terjawab juga. Bernald juga berjanji akan mengajaknya melihat Spakel. Mirabell senang sekali. Edmund hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Sepertinya mereka berdua sudah akrab,” gumam Steve melirik Bernald dan Mirabell. “Kau tahu sendiri kan ketika Bernald menginginkan sesuatu dia akan menempel untuk mendapatkan itu,” gumam Edmund sambil tersenyum, “Kau tidak cemburu kan Steve?” tanya Edmund yang hampir membuat Steve melepas penggorengan yang dipindahkannya. “Hahahah kau grogi berarti iya,”  tebak Edmund yang tidak membutuhkan jawaban lagi. “Aku tidak cemburu, Edmund. Kau tahu kan dia mirip sekali dengan,” raut wajah Steve berubah seketika. Edmund tahu, Steve bukan cemburu hanya saja Mirabell memang mirip dengan seseorang yang pernah Steve kenal. Seseorang yang begitu berharga bagi Steve dan itu pasti hal yang sulit bagi lelaki itu ketika dia harus berhadapan dengan Mirabell. “Maaf, aku tidak bermaksud,” gumam Edmund dengan perasaan menyesal. Harusnya dia tidak menanyakan itu pada Steve. Dia malah membuat suasana pagi menjadi canggung. Steve menggeleng. “Tidak apa-apa, aku sudah baik-baik saja. Ayo kita sajikan sarapan sebelum Bernald merengek lagi,” sudah lebih dari tujuh kali Bernald merengek meminta makan dan itu membuat Steve risih. “Anak itu memang selalu begitu kan,” gumam Edmund yang tidak kaget dengan kelakuan Bernald. Mereka pun membawa piring  yang berisi sarapan ke hadapan  Bernald dan MIrabell lalu sarapan bersama.             *** “How can?” gumam Mirabell dengan tatapan tak percaya. Masih teringat jelas di kepalanya bahwa semalam rumah-rumah ini tidak ada, orang-orang ini juga tidak ada, apa yang terjadi? Bagaimana bisa sebuah desa muncul dalam sekejap? Mirabell benar-benar tak percaya. Bernald benar-benar mengajaknya keliling Quantrum Tetranum. Rumah-rumah berjajar rapi yang terbuat dari bambu dan atap jerami. Orang-orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang mengangkut kayu, membersihkan kandang juga, membawa kayu bakar ada juga anak-anak kecil yang berlari dengan riang. Sebuah pemandangann yang tidak akan pernah Mirabell temukan di Jakarta. Udara di Quantrum Tetranum sangat sejuk dengan wangi aroma peppermint, suara gesekan bambu dan juga keramahan orang-orang di sini yang menyapa Mirabell. Sejenak dia lupa bahwa dia merindukan rumah dan keluarganya di Jakarta. “Selamat datang di negeri ajaib, Quantum Tetranum, Mirabell. Eh bolehkah aku memanggilmu Abel saja?” Gumam Bernald. “Terserah kamu saja,” gumam Mirabell. Dia masih takjub dengan apa yang dia alami. Tempat ini benar-benar berubah dalam semalam. "Kau suka tempat ini,  Abel?" Tanya Bernald. Mirabell tidak sepenuhnya  menyukai tempat ini. Bagaimanapun dia harus bergegas pulang dan mencari cara keluar.  Namun dia tidak tahu caranya. Steve dan kawan-kawannya pasti akan melarangnya pergi. Apalagi hutan ini menyeramkan di malam hari. Mirabell tidak tahu apa yang akan dia temui jika dia berniat  kabur. "Sedikit. Tapi aku kangen rumah," gumam Mirabell dengan setengah berkaca. Dia benar-benar rindu keluarganya. Bernald menepuk bahu Mirabell, mencoba memberikan kekuatan pada gadis itu. "Kau harus bersabar,"  gumam Bernald. "Apa kau tau cara untuk keluar  dari sini?" Tanya Mirabell.  Bernald sepertinya bukan seseorang yang jahat dan dia berharap Bernald akan menolongnya. "Aku tidak tahu. Hanya Steve yang bisa membantumu. Karena di adalah penjagamu," gumam Bernald. "Steve? Penjaga?  Apa maksudnya?" Bernald tampak kesulitan untuk menjelaskan sesuatu. Karena ini bukan sesuatu yang masuk akal dan Mirabell tidak akan mengerti.  Suatu hari  Mirabell akan tahu apa yang terjadi dia akan mengerti tapi Bernald tidak akan menjelaskan pada Mirabell sekarang. "Yang jelas kau tidak akan bisa kembali sebelum tiga puluh hari,  Abel," terang Bernald. "Tiga puluh hari? Yang benar saja.  Sehari di Quantrum Tetranum saja dia udah senam jantung karena banyak yang terjadi,” gerutu Mirabell. "Iya.  Dan kau jangan jauh-jauh dari Steve. Karena dia penjagamu." "Dih males banget. Semenit sama dia saja bikin emosi pake disuruh ga boleh jauh-jauh. Please deh," gumam Mirabell. Bernald tertawa. Sepertinya Mirabell banyak berdebat dengan Steve yang keras kepala. Tapi sebenarnya Steve orangnya baik. Hanya saja sedikit  kaku. "Hahha. Hati - hati nanti kamu suka Sama Steve," tukas Bernald memperingatkan Mirabell. “Aku? Suka sama Steve? Dunia bisa salto kali ya," gumam Mirabell asal. Suka sama cowok menyebalkan seperti  Steve jelas tidak ada di kamus Mirabell. Yang benar saja. Steve tidak masuk dalam kriterianya. Lagian siapa yang betah sih jadi pacarnya. Pasti akan naik darah terus. Bernald tertawa.  Mirabell gadis yang menarik. Tak ada ketakutan di matanya ketika dia sampai di Quantrum Tetranum. Dia memang gadis yang unik.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD