Blue Blood

1090 Words
"Kau tidak menjelaskannya padanya?" gumam Edmund. Steve memandang Edmund dengan perasaan tak mengerti.  "Tentang?" "Semuanya. Alasan Mirabell ada di sini. Kau tidak mau menjelaskannya?"  Edmund bertanya lagi. "Kau pikir dia mau menerima kenyataan jika aku beri tahu semuanya, Edmund? Mirabell itu keras kepala. Dia tidak akan mendengarkan siapapun," gumam Steve. "Sama sepertimu, kini aku tahu kenapa alasan ketua memilihmu untuk menjaga Mirabell," ujar Edmund tertawa. "Jangan samakan aku dengan Mirabell. Aku jelas-jelas lebih baik darinya," tukas Steve tidak terima. Edmund tertawa. Malam ini Steve berpatroli dengan Edmund. Setiap hari para penjaga berpatroli di perbatasan hutan hingga pagi. Mereka saling bergantian. "Bagaimana kalau suatu hari nanti kau suka padanya," Tanya Edmund tiba-tiba. Sebuah pertanyaan yang langsung menusuk jantung Steve. Jatuh cinta? Pada manusia yang harus dijaganya itu jelas-jelas bukan pilihan yang baik. Meski Steve akui bahwa dia pernah mengalaminya dan membuatnya merasakan satu kehilangan besar dalam hidupnya. Bahkan Steve juga hampir kehilangan nyawanya. "Kau jelas tahu jawabanku. Aku tidak akan membiarkan perasaan bodoh itu menguasaiku lagi apalagi jatuh cinta pada Mirabell, " gumam Steve dengan yakin. Sejak awal kedatangan Mirabell jelas sudah menarik perhatiannya. Apalagi saat ketua memutuskan Steve menjadi penjaganya. Padahal di saat itu Reynald dan Edmund juga tidak sedang menjaga siapa-siapa.  "Kau harus memberitahunya Steve tentang semua ini. Setidaknya gadis itu tidak bingung dan berusaha untuk kabur. Ini demi kebaikannya." Edmund memberikannya saran. "Dengan risiko dia akan menganggap diriku gila karena aku bicara omong kosong atau dia yang menjadi gila karena tidak bisa menerima kenyataan ini? Lebih baik tidak, Edmund," tolak Steve. "Kau tidak lihat dia selalu penasaran. Bahkan Bernald saja kewalahan menjawab pertanyaannya. Setidaknya beri tahu setengah saja, itu lebih baik. " kata Edmund. Steve pikir ini belum waktunya. Dia takut Mirabell akan terluka jika tahu kenyataan yang sebenarnya. Gadis itu meski terlihat kuat namun sebenarnya rapuh. Steve bisa melihatnya dari matanya. "Mungkin nanti tapi tidak sekarang," gumam Steve. "Jangan sampai dia tahu dari orang lain karena itu lebih menyakitkan," timpal Edmund lagi. Krak!  Pembicaraan Steve dan Edmund terhenti dengan bunyi ranting yang patah. Mereka berdua langsung siaga. Edmund mengambil busur dan panah di belakang tubuhnya sementara Steve mengambil dua pisau kecil, mata mereka memicing waspada. Sepertinya malam ini akan jadi malam dengan pertarungan berdarah lagi. "Siapa di sana!" teriak Edmund lantang. Tidak ada pergerakan namun keduanya tetap waspada. Serangan bisa datang kapan saja. "Aku akan menyerang dari sebelah kiri, dan kau kanan, " gumam Steve memimpin. Edmund mengangguk. Mereka berdua bersiap melancarkan serangan jika ada pergerakan lagi.  Krak! Edmund sudah hampir melepaskan anak panah di tangannya namun sosok yang familiar muncul di hadapan mereka dengan rambut hijau dan mata hijau yang dia kenali. "Sial, kau mengejutkanku saja," umpat Edmund begitu melihat Reynald muncul dari balik pohon. Sementara sosok yang hampir membuatnya jantungan tampak santai. "Kau? Kau sedang apa di sini, Rey. Bukannya aku memintamu untuk menjaga Mirabell. Kenapa kau ada sini?" Ujar Steve yang terkejut melihat kehadiran Reynald. Reynald memasukkan tangan di kantongnya dengan wajah tanpa dosa. "Apa aku harus menjaga orang yang tak mau kujaga? Dia bahkan mengusirku." Tukas Reynald kesal. "Kau memintanya untuk menjaga Mirabell, Steve?" tanya Edmund. Steve mengangguk. Sebenarnya dia ingin meminta tolong Felix atau Bernald namun mereka berdua sepertinya lelah. Karena itu dia meminta tolong pada Reynald. Tapi lelaki ini bukannya menjaganya malah berada di sini. "Iya, tapi kenapa kau malah meninggalkannya, Rey. Kau tahu kan ini berbahaya untuknya. Apalagi ini malam purnama," ujar Steve kesal. Dia sudah berpesan pada Reynald bahwa sekesal apapun dia tidak boleh meninggalkan Mirabell. Tapi apa yang dilakukannya sekarang benar-benar membuat Steve marah. "Kenapa kau menyalahkanku, aku sudah mencoba menahan emosiku tapi perempuan itu benar-benar menyebalkan," tukas Reynald tak terima disalahkan. "Kalau terjadi apa-apa dengannya aku tidak akan memaafkanmu," ancam Steve. Lelaki itu mencengkeram kerah Reynald. Reynald balik mencengkeram kerah Steve. Keduanya beradu pandang dengan tegang. Edmund yang tak mengerti apa-apa pun harus terlibat di situasi yang menyeramkan. "Tak bisakah kalian berdua tenang." Edmund berusaha memisahkan mereka berdua. Keduanya sama-sama marah. Namun berkelahi jelas bukan pilihan yang baik. "Steve kau jangan marah-marah. Mungkin saja memang Mirabell ingin sendiri. Kau juga tahu tadi siang dia menangis karena kangen keluarganya. Dan kau Reynald, omongan Mirabell jangan dimasukkan ke hati. Mungkin saja gadis itu sedang sensitif sekarang." Tukas Edmund berusaha menjelaskan pada mereka. Steve pun mulai melepaskan cerngkeraman tangannya di kerah Reynald. Masih terlihat raut wajah kesal namun tidak seburuk tadi. Mereka berdua saling diam untuk beberapa saat. "Kau menutup pintu dengan mantra Elvinos kan?" tanya Reynald. Sial! Reynald lupa. Dia bahkan membanting pintu dan keluar tanpa menutupnya dengan benar. Steve pasti akan marah besar. Reynald tidak sanggup mengatakan kesalahannya pada Steve. Lelaki ini pasti akan memukulinya. "Iya," bohong Reynald. Steve resah. Dia tidak bisa meninggalkan tugasnya sekarang. Namun dia resah jika terjadi apa-apa dengan Mirabell. "Apa kau berikan mantra pelindung bagi Mirabell juga?" Tanya Steve lagi. Jangankan Mantra pelindung, Reynald bahkan tidak memberikam mantra untuk mengunci rumah Steve. Mati! Dalam hati Reynald sekarang dia cuma bisa berdoa agar Blue Blood tidak terjadi. "Sudah," jawab Reynald singkat. "Apa kau benar-benar yakin? HAH?" Ujar Steve dengan penuh penekanan. "Kalau kau tidak yakin kau periksa saja sendiri," celetuk Reynald tak terima. Steve kembali memancing amarahnya. "Kalian berdua ini tolong ya. Aku capek mendengar kalian ribut," tukas Edmund. Mereka berdua memang seperti air dan minyak. Susah sekali berdamai jika sudah ada masalah. "Sudahlah, Steve. Mirabell tidak akan kenapa-kenapa. Semoga saja Blue Blood tidak akan datang malam ini," gumam Edmund. Steve berusaha mengenyahkan segala kecemasannya. Dia menarik napas dalam-dalam. Sama seperti Edmund dia juga berharap bahwa Blue Blood tidak akan terjadi malam ini. "Sial!" Umpat Edmund sambil melihat ke arah langit. Segala pikiran positif Steve lenyap ketika melihat cahaya biru menerobos daun-daun dan menandakan bulan biru datang. Edmund memasang anak panah pada busurnya. Reynald pun mengambil pedang dari balik punggungnya. Sementara Steve, lelaki itu mengkhawatirkan satu hal. Dia mengambil pisau miliknya, lalu berjalan ke arah Reynald. Dia meraih pedangnya dengan paksa. "Aku akan memaafkanmu jika kau meminjamkan ini! " Ujar Steve merebut pedang Reynald. Dia laiu memberikan dua pisau belati pada Reynald. Lelaki itu melongo. Steve secepat kilat berbalik dan bertekad untuk pulang. " Kalian urus mereka, aku harus menjaga Mirabell," gumam Steve lalu berlari kea rah rumahnya. Reynald ingin protes tapi lelaki itu sudah jauh darinya, "Steve sialan! Aku gak bisa pakai ini. Woi! Balikin pedangku!" teriak Reynald dengan sangat kesal. "Reynald, bersiaplah," tegur Edmund yang tidak mau tau situasi Reynald. Bagaimanapun  juga dia harus melindungi Quantrum Tetranum.  "Bunyikan peluit sekarang," tukas Edmund. Reynald mengambil sebuah peluit dari sakunya. Dia akan membalas kelakuan Steve setelah ini. Tunggu saja! Reynald benar-benar membenci Mirabell sekarang.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD