Dunia ini seperti teka-teki. Selalu ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan nalar. Selalu aja ada hal yang coba kita pahami tapi tidak ada jawaban yang tepat dari setiap pertanyaan. Hidup adalah teka-teki terbesar yang harus dipecahkan oleh manusia. Termasuk kadang kita harus menerka-nerka tentang apa yang terjadi. Seperti Mirabell saat ini. Dia sendiri tidak bisa menemukannya jawaban di mana dia saat ini. Hutan dengan aroma peppermint dan kini dia melihat sesuatu yang bahkan tidak dapat dia temukan di Jakarta.
Sudah tiga puluh menit Mirabell memandang benda bercahaya biru di hadapannya dengan mata terpesona. Hari mulai gelap. Hutan di Quantrum Tetranum benar-benar gelap sekarang. Mirabell berjalan dengan tangan dalam genggaman Steve. Steve tidak ada niat melepaskan genggaman itu, dia tidak akan membiarkan gadis ini kabur dan merepotkannya lagi. Terlebih jika mengingat kelakuan Mirabell terakhir kali yang membuatnya marah. Mirabell berjalan di belakangnya dengan perasaan takut, kesal, marah jadi satu. Siapa steve sebenarnya?
Mirabell baru bisa melihat dengan jelas bahwa Steve mengenakan jubah merah Maroon, dengan kemeja putih yang lengannya tergulung dan sepatu boot yang terlihat kokoh dan beberapa anak panah dn busur di balik pungggungnya. Lelaki ini mirip sosok pangeran di dalam film Disney maupun buku dongeng. Tampan, mengenakan jubah, hanya kurang menunggangi kuda putih saja, pikir Mirabell. Tapi mana mungkin ada kuda di sini dan lagi pula Steve bukan pangeran.
"What the...,"
Mirabell sepertinya harus menarik ucapannya sekarang, tentang tidak ada kuda di tempat ini. Nyatanya Steve membawanya ke depan kuda putih yang nampak gagah dengan tatapan lembut itu lengkap dengan pelana di punggungnya.
"Cepat naik," perintah Steve. Mirabell masih bengong. Apa tempat ini benar-benar tempat ajaib yang membuat semua omongannya menjadi nyata. Mirabell tidak habis pikir. Terlebih karena Steve benar-benar memiliki kuda sama seperti pangeran di negeri dongeng.
"Apa kau seorang pangeran?" Tanya Mirabell dengan tatapan polos itu kepada Steve. Steve mengerutukan kening. Sepertinya benar perkataan Bernald bahwa tamu mereka di Quantrum Tetranum kali ini sedikit berbeda.
"Berhenti bertanya hal bodoh seperti itu dan cepat naik," perintah Steve. Tangannya menarik tangan Mirabell untuk mendekat ke arah kudanya. Steve sudah bersiap untuk membantu Mirabell menaiki kudanya, namun gadis itu masih diam di tempatnya dengan tatapan kosong.
Tuk!
"Aduh!" Teriak Mirabell
Steve menyentil kening Mirabell agar gadis itu sadar. "Terlalu banyak melamun bisa membuatmu bodoh Mirabell," sindir Steve. Mirabell sedang tidak melamun, namun tempat ini benar-benar aneh. Dia seperti terlempar ke negeri dongeng, dan ini seperti ilusi. Jangan-jangan Mirabell sudah gila sekarang dan menciptakan dunianya sendiri. Mirabell mengelus keningnya, rasa sakit karena bekas sentilan Steve masih bisa dia rasakan.
"Kenapa kau menyentilku, sakit tauk!" teriak Mirabell tak terima.
"Aku tidak akan menyentilmu jika kau tidak kebanyakan melamun dan bengong seperti itu. Salahmu sendiri kenapa bengong," jawab Steve tak masuk akal.
"Aku bukannya sedang bengong, tapi sedang berpikir. Kau ini selalu berbuat kasar padaku," gumam Mirabell.
Steve tersenyum miring. Gadis itu berjalan mendekati Mirabell, Mirabell refleks mundur ke belakang, namun sialnya di belakang ada pohon yang menghalangi pergerakan Mirabell. Lagi-lagi gadis itu terjebak. Dia pernah menonton di drama korea bahwa posisi ini adalah posisi yang berbahaya. Posisi di mana biasanya para pemain drama korea akan berciuman. Apa Steve akan melakukan hal itu lagi pada Mirabell?
Mirabell refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Steve bergerak maju. Lelaki itu bergerak ke arah telinga Mirabell, "Apa kau ingin aku bermain lembut, Sayang?" ujar Steve dengan Evil Smirk di bibirnya.
Ini gila! Terjebak di hutan ini saja sudah membuat Mirabell frustrasi, terlebih dia masih harus berhadapan dengan lelaki m***m seperti Steve. Oh No! Tuhan, jangan sampai dia melakukan sesuatu yang tidak Mirabell inginkan di sini. Mirabell benar-benar takut sekarang.
"Steve, kau gila," ujar Mirabell dengan suara bergetar . Ini pertama kalinya di memanggil nama Steve dan lelaki itu tersenyum. " Menjauhlah dariku jangan lakukan apapun," gumam Mirabell dengan tatapan memohon. Mata gadis itu berkaca-kaca.
Steve memperlebar jarak diantara mereka, dia merasa bersalah. Tadinya dia hanya mau menjahili Mirabell tapi sepertinya dia keterlaluan kali ini. Gadis itu tampak ketakutan.
Steve menjulurkan tangannya berusaha menyentuh rambut Mirabell, tapi gadis itu menghindar. "Maaf," lirih Steve. Steve tidak punya niat untuk menakuti gadis ini. Dia meminta maaf kepada Mirabell. Mirabell tak menjawab. Dia benar-benar kesal.
"Maafkan aku Mirabell, aku akan menjelaskannya denganmu. Tapi kumohon ikutlah denganku terlebih dahulu," pinta Steve dengan tatapan memohon. Mirabell tidak punya pilihan lain. Berjalan sendirian di hutan ini dengan kemungkinan bertemu rampok, serigala atau hantu jelas bukan pilihan yang bagus. Tapi ikut dengan Steve tanpa tahu ke mana tujuan mereka setelah apa yang dilakukan lelaki itu padanya, itu juga bukan pilihan juga. Tapi ikut dengan Steve setidaknya lebih aman. Sepertinya Steve tahu betul tentang daerah ini.
"Ikutlah denganku, Mirabell," gumam Steve dengan suara putus asa. Mirabell menarik napas dalam-dalam. Semoga keputusannya kali ini adalah keputusan yang benar.
"Baiklah aku akan ikut denganmu asal kamu berjanji tidak akan melakukan hal-hal aneh lagi padaku dan kau," Mirabell menggigit bibirnya dia merasa risih untuk mengatakannya tapi harus, "dan kau jangan menciumku lagi," gumam Mirabell.
"Kenapa?"
"Kenapa? Kau masih tanya kenapa? Dengar ya Tuan Steve, kau baru pertama kali bertemu denganku dan kau menciumku begitu saja. Itu tidak sopan," ujar Mirabell dengan nada meninggi.
"Jadi jika aku pernah bertemu denganmu aku boleh menciummu kan?"
"Ya gak gitu, Bambang!"
"Namaku Steve bukan Bambang. Siapa itu Bambang? Kekasihmu?" tanya Steve dengan tampang datar.
Mirabell mengerang frustrasi. Steve benar-benar menyebalkan, "Pokoknya jangan mencium gadis yang kau temui sembarangan. Kau ini tidak tahu sopan santun, apa kau tidak diajarkan sopan santun sama orang tuamu?"
"Tidak Aku tidak punya orang tua sejak kecil."
Jleb! Mirabell menelan ludahnya. Sepertinya dia salah bicara, "Maaf," lirih Mirabell menyesal. Dia mungkin menyakiti Steve dengan ucapannya.
"Untuk apa kau minta maaf, kau hanya ingin menanyakan apa yang ngin kau tanyakan. Sudahlah Mirabell cepatlah naik, hari keburu malam," gumam Steve.
Mirabell naik ke atas kuda dengan bantuan Steve. Setelah Mirabell naik giliran Steve yang naik di belakangnya. Steve memegang kendali kuda dengan posisi memeluk Mirabell dari belakang. Jantung Mirabell mendadak berdebar kencang. Ini pertama kalinya dia naik kuda dan ini pertama kalinya dia naik kuda dengan seorang pria. Seperti yang ada di cerita dongeng maupun film Fantasi.
"Kau siap?" Tanya Steve.
Mirabell tampak takut, naik kuda sedikit menakutkan baginya, "Aku takut. Kalau aku jatuh gimana?" ujar Mirabell dengan perasaan takut.
"Aku tidak akan membiarkanmu terjatuh, kamu tenang saja," gumam Steve.
Deg! Jantung Mirabell berdebar. Gombal banget sih. Kok ada orang yang ngegombal dengan wajah sedatar itu. Steve menarik tali kendali kuda dengan perlahan membuat kuda itu bergerak maju pelan-pelan. Steve sengaja tidak menariknya kencang.