Bermalam Bersama

1006 Words
Udara dingin malam menerpa kulit Mirabell. Sebelum naik ke kuda Steve terlebih dahulu menyampirkan jubahnya dan melilitkannya ke tubuh Mirabell agar gadis itu tidak kedinginan. Beruntung gaun Mirabell tidak terlalu pendek. Gadis itu juga memakai dalaman dengan mengenakan celana pendek 5 cm diatas lutut jadi dia tidak perlu khawatir naik kuda. Hening. Steve dan Mirabell sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga Steve mulai membuka pembicaraan. Lelaki itu tidak mungkin menarik tali kendali kuda kencang dan membuat kuda ini berlari, Mirabell bisa ketakutan nanti. Padahal sebenarnya dia ingin segera sampai di rumah. "Apa itu ciuman pertamamu?" Steve merutuki dirinya sendiri ketika dia berusaha membuka percakapan tapi yang keluar pertama kali justru pertanyaan itu. Steve menunggu jawaban Mirabell dengan jantung berdebar, Mirabell pasti marah sekarang. Bukannya tadi Mirabell sudah meminta Steve tidak membahas tentang ciuman. Mirabell menelan ludahnya saat Steve tiba-tiba bertanya tentang ciuman. Tapi dia tidak mau marah-marah sekarang. "Iya, kau benar-benar tak tahu diri telah mencuri ciuman pertamaku," tukas Mirabell. "Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau itu ciuman pertamamu," gumam Mirabell. "Sudah kubilang kan jangan mencium seseorang sembarangan, mungkin bagimu yang sudah berkali-kali ciuman itu hal yang biasa tapi ini pertama kalinya bagiku," ujar Mirabell kesal. "Itu juga pertama kalinya bagiku." Tubuh Mirabell oleng dan hampir terjatuh ke bawah jika Steve tidak menahan pinggangnya. Lelaki itu memeluk perut Mirabell dengan tangan kirinya. Tubuh mereka kini saling menempel. Mirabell bahkan bisa merasakan detak jantung Steve. Mirabell berusaha untuk memajukan posisi duduknya tapi Steve menahan perut Mirabell dan gadis itu terjebak dalam pelukannya. "Itu juga ciuman pertamaku Mirabell. Karena itu aku akan bertanggung jawab." "Apa yang kau maksud dengan tanggung jawab?" tanya Mirabell dengan d**a yang berdebar tak karuan. "Aku akan terus berada di sisimu dan melindungi Quantrum Tetranum, karena itu tetaplah di sisiku. Jangan beralasan dan membuat alasan untuk pergi dariku, karena aku tidak akan membiarkannya," gumam Steve yang membuat Mirabell merinding. "Kau gila, Steve!" Steve tersenyum miring, "Dan kau baru tahu," gumamnya menarik tali kendali kuda. Kali ini lebih kencang hingga membuat kuda itu berlari cepat. "STEVE! APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Mirabell ketakutan. Lelaki itu benar-benar gila *** "Maksudmu kita akan bermalam di sini berdua?" tanya Mirabell dengan mata membulat. Steve berjalan memasuki rumah dengan sangat santai. Dia melepaskan busur dan panahnya lalu meletakkannya di meja. "Kenapa? Apa kau ada masalah?" Jawab Steve santai. "Tentu saja. Bagaimana bisa seorang perempuan dan laki-laki menghabiskan malam bersama di satu atap. Kau ini gila?" gumam Mirabell sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Apa kita ada pilihan lain?" ujar Steve. Tentu saja tidak. Mirabell tidak punya tujuan dia bahkan tidak tahu apa itu Quantrum tetranum. Bermalam di hutan jauh lebih menyeramkan dari pada ini. Sepanjang perjalanan ke sini Mirabell benar-benar memegang pelana kuda dengan erat. Steve sengaja menarik tali kuda dengan kencang hingga membuat kuda itu belari kencang. "Berhenti Steve, kau gila!" gumam Mirabell. Mirabell berteriak frustrasi. Setelah berkali berteriak Steve akhirnya menghentikan kudanya. Mirabell turun dari kudanya dengan pandangan fokus pada sesuatu. "Mirabell kau mau ke mana?" Tanya Steve. Mirabell seperti tidak mendengar panggilan Steve. Gadis itu terus berjalan ke satu arah lurus. Dia berjalan lalu kemudian berjongkok. Cahaya - cahaya biru yang menempel pada sayap- sayap kecil itu membuat Mirabell tertarik. "Ah, kunang - kunang!" Teriak Mirabell dengan girang. Selama ini Mirabell belum melihat kunang-kunang. Dia hanya sempat membaca di buku dan melihatmu di google saja. Dia ingin sekali melihat kunang-kunang secara langsung. "Namanya Spakel," gumam Steve. "Apaan ini mah kunang-kunang. Tapi kenapa cahayanya biru?" tanya Mirabell penasaran. Steve terdiam. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan Mirabell. "Gak perlu alasan kan kenapa cahayanya harus biru. Dan ini Spakel bukan kunang-kunang." "Spakel? Ah, entahlah aku akan tetap memanggilnya kunang-kunang." Mirabell bersikeras. Steve menjulurkan tangannya, mengambil sebuah Spakel dan meletakkannya di atas telapak tangannya, "Kau mau lihat lebih dekat?" Senyum lebar langsung merekah di bibir Mirabell. Gadis itu benar-benar menyukai binatang kecil nan lucu ini. Tangannya menjulur ke arah telapak tangan Steve, belum sempat Mirabell menyentuhnya Steve menjauhkan tangannya, "Kau tidak boleh menyentuhnya." "Lah kenapa? Kamu saja boleh masa aku enggak?" Protes Mirabell. "Kau bisa terluka, " Steve meniup Spakel di tangannya sehingga membuat binatang itu kabur. Beberapa saat kemudian dia mengambil busur panahnya lalu mengayun-ayunkannya agar para kumpulan Spakel itu pergi. " Steve, apaan sih! Kok kamu usir. Jadi kabur kan. Aku tuh mau megang Spakel malah kabur kan sekarang!" Mirabell kesal sekali. Makhluk kecil dengan cahaya kebiruan itu terbang semakin tinggi dan semakin menjauh. Semua ini gara-gara Steve. Seenaknya saja dia mengusir para Spakel bahkan di saat Mirabell belum sempat melihatnya. "Kamu belum bisa memegangnya," gumam Steve. "Kamu yang menawariku sekarang kamu juga yang mengusirnya," ujar Mirabell. "Maaf aku lupa bahwa Spakel bisa melukaimu." "Melukaiku? Bagaimana bisa makhluk sekecil itu menyakitiku? Kau bercanda." Ucapan Steve tak masuk akan dan terkesan dia hanya mencari alasan. Mirabell kesal sekali padanya. Selain keras kepala Steve juga suka seenaknya sendiri. Mirabell benar-benar sial terjebak dengan laki-laki seperti dia. "Aku melakukan ini demi kebaikanmu Mirabell," ujar Steve lembut. "Kebaikan apanya? Kau ini hanya mementingkan kepentinganmu sendiri. Benar-benar egois." "Suatu hari kamu akan tahu bahwa aku melindungimu. Pokoknya jika melihat Spakel jangan kau sentuh," ujar Steve. "Terserah mau kusentuh atau tidak. Bukan urusanmu." Mirabell mengalihkan pandangannya. Emosinya benar-benar sudah di ubun-ubun. "Mirabell, ayo kita lanjutkan perjalanan." Steve menjulurkan tangannya. Mau tak mau Mirabell menurut hari semakin larut. Mirabell lelah dan dia tak mau terus berada di sini. Dia benar-benar ingin pulang ke Jakarta sekarang. Di sini semuanya berat. Mirabell rindu kasur empuknya. Dia rindu bergoleran sambil berselancar di dunia maya. Dia rindu nongkrong di kafe sambil makan milkshake dan kentang goreng. Demi Tuhan dia rindu sekali. "Berhenti melamun, Mirabell. Cepat bersihkan dirimu dan ganti bajumu. Ini sudah malam," gumam Steve. Lelaki itu menyodorkan sebuah baju berenda berwarna kecokelatan lalu memberikannya pada Mirabell. Baju ini jelas-jelas punya seorang perempuan. Apa Steve tinggal di sini dengan seorang perempuan? Seketika pertanyaan itu menyembul dari kepala Mirabell. "Jangan memikirkan yang aneh-aneh, kau bisa membersihkan dirimu di sana," gumam Steve menunjuk pada suatu ruangan. Mirabell pun berjalan dengan langkah diseret. Dia segera berjalan ke ruangan yang ditunjuk Steve lalu masuk ke dalamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD