Dendam Reynald

1015 Words
Bugh! Steve memukul Reynald hingga membuat lelaki itu tersungkur. Dia benar-benar marah. "Sudah kubilang jangan meninggalkan Mirabell dan sekarang kau lihat akibatnya, Rey!" Teriak Steve. Reynald tak terima. Mereka baru saja membereskan Plugon dan menguburkan mayat mereka, belum juga mereka sempat beristirahat Steve langsung mendatangi Edmund, Felix dan Reynald. Lelaki itu marah besar terutama pada Reynald. Dia sudah berpesan untuk tidak meninggalkan Mirabell, namun lelaki itu malah meninggalkannya. Akibatnya Mirabell sampai kini belum sadarkan diri. "Steve Tenanglah, kita bisa bicara baik-baik," gumam Felix sambil menahan tangan Steve. Sementara Edmund dan Bernald tampak menahan Reynald yang ingin membalas pukulan Steve. "Lalu kau mau apa? Apa aku harus menemani gadis egois seperti dia! Semua ini karena salahnya bukan salahku!" Reynald tidak terima. Dia tidak menyangka bahwa malam itu Blue Blood akan muncul ditambah munculnya Plugon dan membuat semua semuanya menjadi kacau. "Setidaknya pastikan kau menutup pintu dengan benar! Kau meninggalkannya begitu saja. Apa kau tidak  memikirkan akibatnya?" celetuk Steve dengan mata penuh amarah. "Memang benar-benar tak tahu terima kasih kau, Steve. Lepaskan, lebih baik aku menghajarnya!" Reynald  memberontak. Edmund dan Bernald benar-benar kewalahan. "Tenanglah, Rey. Ayo bicara baik-baik." Bujuk Edmund. ”Bagaimana bisa aku bicara baik-baik, Steve yang membuatku seperti penyebab semua ini! Aku benar-benar tidak akan memaafkannya. Akan aku hancurkan gadis itu!" ujar Reynald dengan mata berapi-api. Lelaki itu mendorong tubuh Edmund sehingga membuat laki-laki itu terpental ke lantai. Kepalanya membentur ujung meja. Bernald langsung menghampiri Edmund yang memegang kepalanya.  Reynald berusaha untuk memukul Steve namun Bernald menghalanginya, "Cukup! Kalau kalian mau berantem silakan. Aku tidak peduli," gumam Bernald. Dia lelah memisahkan mereka. Mata Reynald masih terbakar emosi.  "Kau lihat saja, Steve aku akan membuatmu kehilangan perempuan itu. Camkan itu!" ujar Reynald berjalan keluar  rumah. Steve memegang kepalanya yang pening. Mirabell masih belum sadarkan diri sejak kejadian semalam. "Omongan Reynald jangan dipikirkan, Steve. Nanti aku akan bicara dengannya." gumam Felix. Steve tidak menyahut. Dia benar-benar lelah hari ini.   ***   "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Steve dengan tatapan khawatir. Hampir sepuluh jam sejak Mirabell pingsan akhirnya gadis itu bangun. Steve memberikan secangkir minuman dan membantu Mirabell untuk duduk. Kepala Mirabell masih pening. Dia sedikit memijatnya. "Aku baik-baik saja." gumam Mirabell memandang Steve. Penampilannya benar-benar lusuh. Ada kantong mata di bawah matanya. Wajahnya terlihat kurang tidur. Lelaki itu bahkan belum sempat mandi sejak kemarin. Dia hanya duduk di sekitar Barami dan menanti Mirabell siuman. Mirabell masih ingat kejadian semalam dan itu seperti mimpi buruk baginya. Tapi dia tidak ingin terkurung dalam rasa takut dan mencoba melawan trauma yang dia alami. “Yang semalam itu apa?" Tanya Mirabell dengan hati-hati. "Plugon." Jawab Steve. Sebelum Mirabell bertanya lagi lelaki itu terlebih dahulu menerangkan apa itu Plugon, "Plugon, mereka adalah jiwa-jiwa terkutuk yang bangkit saat Blue Blood Tiba. Quantrum Tetranum adalah negeri terkutuk. Kami tinggal dengan Plugon yang menghantui kami kapan saja. Plugon hanya muncul saat Blue Blood." jelas Steve. "Apa mereka manusia?" Tanya Mirabell. "Iya. Mereka dikutuk oleh dewa karena keserakahan, Rasa malas dan kesombongan mereka. Mereka tidak akan mati meski dibakar, dipanah bahkan dipotong lehernya," terang Steve membuat Mirabell bergidik ngeri. "Apa itu sebabnya setiap orang di Quantrum Tetranum hidup dengan seorang penjaga?" tanya Mirabell sambil menyandarkan tubuhnya. Steve mengangguk. "Tidak ada yang tinggal sendiri di sini. Semuanya hidup dengan para penjaga. Berbeda dengan para penjaga yang lain, aku, Edmund, Bernald, Reynald dan Felix adalah Vriven. Kami berlima harus bertarung melawan Plugon dan memastikan Quantrum Tetranum aman. Karena itu aku memintamu untuk tetap tinggal," gumam Steve. Mirabell memeluk lututnya, selama ini dia sudah buruk sangka terhadap Steve, Edmund, Bernald, Reynald dan Felix. Dia pikir mereka menculiknya. Tapi ternyata mereka melindunginya. "Kamu tahu kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Mirabell. Steve mengangguk. Mungkin Edmund benar. Sudah waktunya Mirabell tahu bagaimana dia bisa terseret ke dunia ini. "Setiap bulan purnama akan ada satu manusia dari luar yang tersesat di Quantrum Tetranum. Dan dia harus berada di sini selama 30 hari sampai bulan purnama muncul kembali. Baru kamu bisa pergi," gumam Steve. 30 hari, jadi tersisa 23 hari lagi dari sekarang. Mirabell merapatkan selimutnya. "Aku harap setelah ini kau tidak mencoba kabur lagi, Mirabell. Bersabarlah. Kelak jika waktunya tiba aku yang akan mengantarmu pulang," gumam Steve. Mirabell memandang Steve dengan tatapan sulit diartikan. Pandangannya berhenti pada sudut bibir Steve. Di sana asa bekas luka akibat bertarung melawan Plugon. "Bibirmu," gumam Mirabell menyentuh bibir Steve. Tubuh Steve menegang karena sentuhan Mirabell. Lelaki itu segera menyingkirkan tangan Mirabell sebelum efek sentuhan yang lainnya muncul. Steve berdehem "Aku gak papa. Aku bisa mengobatinya sendiri, kamu istirahat saja," gumam Steve. Lelaki itu membantu Mirabell merapikan selimutnya. Lalu berdiri menuju dapur. "Selamat tidur Mirabell," gumam Steve dengan lembut. Lelaki itu tersenyum. Sebuah senyuman yang langsung memberikan efek pada jantung Mirabell. Sial, jantung Mirabell berdebar bahkan debarannya terasa semakin cepat. Mirabell menutup wajahnya dengan selimut. "Gila, aku ga suka sama dia kan?" desisnya. Mirabell memukul kepalanya sendiri. Gadis itu segera mengenyahkan pemikiran anehnya. Dia membuka pelan-pelan selimutnya dan mengintip dari balik selimut. Gadis itu mengambil hape di samping tempat tidurnya. Lalu diam-diam memotret Steve yang sedang menghadap ke depan meracik sesuatu. Mirabell memotretnya dari belakang. "Punggungnya aja senderable," gumam Mirabell memeluk hapenya. "Tidur Mirabell, sudah malam," ujar Steve yang langsung membuat gadis itu terlonjak kaget. Semoga saja lelaki itu tidak melihat apa yang baru saja dia lakukan. "Iya iya,  ini baru mau tidur. Bawel amat," gumam Mirabell merapatkan selimutnya. Gadis itu tersenyum lalu memeluk hapenya seperti orang sedang kasmaran. Mirabell tidak tahu bahwa getaran yang sama juga muncul di hati Steve. Entah sejak kapan Mirabell bukan gadis menyebalkan seperti yang pertama kali dia temui. Mungkin karena Steve mulai terbiasa dengan kehadirannya. Atau karena sesuatu yang lain tanpa sadar mulai masuk ke hatinya.  Steve segera mengenyahkan pikirannya. Dia tidak mau kehilangan lagi. Mirabell harus kembali tepat waktu. Dia tidak boleh lama-lama berada di Quantrum Tetranum dan dia tidak boleh jatuh cinta di sini. Satu lagi rahasia Quantrum Tetranum yang Mirabell belum tahu. Seseorang yang jatuh cinta di sini akan menghilang layaknya bunga perdu yang tertiup angin. Pelan - pelan memudar dengan cara yang menyakitkan. Steve tidak mau hal itu terjadi lagi. Bernald juga pernah merasakan kehilangan yang sama.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD