Tiga

1198 Words
"Natalie tunggu. Kamu salah paham!" seru Regan mencoba menghentikan kemurkaan wanita itu. Namun Natalie tak kunjung mendengarkan. Sampai langkah Regan berhenti tepat di dekat dapur yang menyatu dengan ruang tamu dan melihat Natalie sedang menjambak rambut Siti di sana. Gadis kecil itu meringis nyeri. Dengan gerakan cepat Regan menghampiri mereka menarik tangan Natalie memutuskan jambakannya dari rambut Siti. "Hentikan Nat. Kamu menyakitinya." Tatapan wanita itu terlihat bengis. Sedangkan Siti tengah mengusap kepalanya yang sakit di dalam dekapan Regan. "Jadi bocah ingusan ini yang sudah merebutmu. Aku tidak menyangka seleramu sangat buruk." "Lebih baik kamu pulang." "Apa yang salah? Apa aku kurang memuaskanmu? Aku masih Cinta sama kamu Gan. Aku gak mau berpisah." Regan menghembuskan napasnya. Sekali lagi amarahnya kembali di permainkan oleh dua wanita sekaligus. Ia melirik keadaan luar lewat jendela apartemen. Langit sudah berubah warna menjadi gelap. Mungkin sebentar lagi ibunya datang. Ia tidak mungkin membiarkan Natalie terus berada di sini. "Kita bicarakan masalah ini besok. Tapi jangan sekarang." "Kenapa? Karena ada selingkuhanmu. Bocah ingusan ini?" Natalie menunjuk kasar wajah Siti yang tengah menundukkan kepala, Regan menangkap bahwa gadis ini sedang ketakutan dengan ulah urakan Natalie. "Bukan, ini Siti pembantuku. Jadi kamu jangan pikir yang aneh-aneh." "Kamu punya pembantu? Sejak kapan kamu punya pembantu?" Otak! Cepat berpikir! "Se-sejak kemarin. Mama bawa dia ke sini." "Kok dia pake seragam SMA?" "Karena Siti bekerja di rumah keluarga ku sekalian di sekolahkan. Sekarang Mama mengirim dia ke rumahku karena tahu aku lagi gak enak badan akhir-akhir ini." Bagus, mulut Regan memang sangat berbakat dalam mengolah kata. Siti yang mendengar ucapan tak masuk akal Regan segera mendongkak menatap lelaki itu dengan wajah tak mengerti namun ia melihat Regan tengah menatapnya dengan isyarat bahwa ia harus mengikuti akting lelaki ini. Tubuh Siti di tarik Regan. "Siti bicara dong. Kamu hanya pembantuku kan di sini?" Siti terdiam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Kan dia bukan pembantunya om Regan. "S-saya bu-" "Ah sana kamu lanjut lagi masak." Regan langsung menyingkirkan tubuh mungil Siti saat mulut sialan itu akan memuntahkan kebenaran, mendorong tubuh kecilnya kembali ke depan kompor untuk memasak. Siti hanya mengerjap tak mengerti. Lalu melirik Regan yang kini sudah meraih Natalie mengajaknya pergi dari sana. Wanita itu masih menatap heran karena tidak puas belum mendengar jawaban langsung dari gadis kecil itu. Regan tak percaya mulut sialan Siti malah akan membongkar sandiwaranya. Ia kira Siti bisa di provokasi tetapi gadis kecil itu malah akan menghancurkannya. Dasar bocah tengik sialan! "Kamu pulang sekarang. Dan kita bicarakan masalah ini nanti. Sekarang aku lagi gak enak badan. Butuh istirahat." Brak! Lalu pintu itu di tutup Regan tanpa perasaan. Membuat wanita cantik yang sedang berdiri di ambang pintu sedikit terkaget dengan perbuatan kasarnya. *** Dengan wajah kesal Regan kembali ke tempat di mana Siti berada. Menyentak tangan mungil itu. Membuat tatapan mereka bertemu. "Kenapa kamu tadi tidak membantuku?" Siti mencoba melepaskan cekalan tangan Regan. Tetapi kekuatan Regan lebih besar darinya. Cekalan itu tidak bisa dilepaskan. "Karena Om Regan saja ndak mau bantu Siti. Jadi Siti ndak mau bantu Om Regan." "Siti..." Regan mendengus kesal. "Aku akan bantu jika kamu meminta hal wajar. Ini minta jadi sugar daddy kamu emangnya itu wajar?" "Tapi Siti butuh itu Om. Buat keperluan Siti. Siti ndak enak terus merepotkan Mba Ratna dan Tuan. Kalau cari kerja uangnya nda seberapa ujungnya Siti tetep minta sama mba Ratna untuk bayar biaya sekolah. Apalagi bentar lagi Siti mau masuk perguruan tinggi. Biayanya pasti akan semakin besar. Belum lagi ditambah pengobatan Bapak yang masih rawat jalan. Siti ndak enak Om. Setidaknya Siti bisa bantu Mba Ratna buat bayar biaya sekolah dan berobat bapak jika Siti punya sugar daddy." Sangking pusingnya Regan sampai kehilangan otak. Ia langsung saja memangku tubuh Siti dengan mudah lalu memindahkan tubuh mungil itu duduk di atas pantry dapur. Tatapan mereka masih tertaut. "Aku orang dewasa Siti. Jika kamu jadi sugar baby ku pekerjaan kamu bukan hanya pegangan tangan atau menemani jalan-jalan saja ada hal lain yang lebih dari itu." Siti terdiam. Keningnya mengerut tanda tak mengerti. "Emangnya apa yang harus Siti kerjakan kalau om yang jadi sugar daddy nya?" "Memuaskan hasratku." "Memuaskan hasrat?" Regan melepaskan kukungannya dan mundur beberapa senti ke belakang. Tangannya berlipat di depan dada menatap Siti yang masih kebingungan. Sok-soan mau jadi sugar baby pekerjaan itu saja dia tidak tahu. Dasar bocah! "Sudah lebih baik kamu bereskan masakanmu. Dan kita makan. Sebentar lagi Mama datang untuk jemput kamu pulang." Meskipun masih ingin menanyakan tentang hal yang tidak Siti mengerti. Namun gadis itu memilih untuk mengangguk saja. Mungkin pertanyaan itu akan ia tanyakan langsung pada Diana. Dia pasti tau apa arti memuaskan hasrat? Siti bergegas turun dari pantry lalu meraih dua piring menuangkan nasi gorengnya ke atas piring tersebut. *** Menjepit dua piring dengan kedua tangannya. Dengan hati-hati Siti melangkah menuju meja makan. Siti melakukan layaknya seperti seorang pembantu yang mempersiapkan kebutuhan makan malam majikannya. Meskipun Siti bukan pembantu namun gadis itu memang suka melakukan hal seperti ini di rumah besar kakak iparnya. Terkadang Tuan Bara menyuruh Siti untuk tidak melakukan hal apapun karena memang di sana sudah ada pekerja yang melakukannya. Namun Siti tidak mau menjadi orang tak tahu diri yang hanya bisa menumpang saja tanpa mau berterima kasih. Apalagi setelah Nyonya Sasha memperingatinya untuk tidak terus memoroti uang putranya Siti menjadi semakin merasa bersalah. Memang tidak seharusnya dia terus bergantung pada kakaknya. "Silahkan dimakan Om." Regan terduduk di kursi makan, menatap nasi goreng yang disuguhkan Siti. Meraih sendok, dan mulai mengambil makanan itu untuk di masukan ke dalam mulutnya. Siti memperhatikan Regan yang sedang mengunyah pelan merasakan bagaimana hasil masakan Siti. Kemudian Regan bergumam. "Tidak buruk. Ini enak." dan Siti langsung tersenyum semringah mendengarnya. Sambil menikmati makanannya Regan kembali memperhatikan Siti. Gadis kecil itu tengah menyuap makannya dengan cara menggemaskan. Sebenarnya jika diperhatikan Siti sama cantiknya dengan Ratna. Apalagi setelah Siti tumbuh menjadi remaja seperti ini. Penampilannya semakin berubah. Semakin menarik di mata laki-laki. Meskipun wajahnya tidak setirus Ratna, pipi Siti terlihat lebih bulat agak chubby namun Siti tetap mempunyai kesamaan dengan fisik Ratna yaitu kulit tubuhnya khas gadis desa yang belum pernah terjamah sedikit pun dengan hal-hal berbahaya. Apalagi tangan lelaki hidung belang. Regan jadi menghawatirkan pergaulan Siti. Takut jika gadis ini akan terjerumus dengan pertemanan yang salah. Contoh kecilnya sekarang. Siti bahkan sudah hidup berkecukupan karena Bara tetapi gadis ini masih meminta ia untuk menjadi sugar daddy nya. "Kamu kenapa ngotot banget pengen punya sugar daddy?" sebenarnya Regan hanya penasaran saja. Apa benar Siti melakukan hal itu untuk kesenangan semata. Siti mendongkak menatap Regan. Mulut gadis itu masih mengunyah nasi gorengnya dengan pelan. Namun Regan tidak bisa menampik bahwa matanya menangkap kilat kesedihan itu. Apa ada sesuatu yang gadis kecil ini sembunyikan. "Sebenarnya Siti di marahin Nyonya Sasha katanya Tuan Bara menikahi Mba saya hidupnya jadi tambah sial. Tuan Bara jadi harus menafkahi tiga orang sekaligus mba Ratna, Siti dan Bapak. Terlebih memang Siti yang paling banyak meminta uang karena kebutuhan dan biaya sekolah padahal Siti cuman jadi adik iparnya. Meskipun Tuan Bara ndak mempermasalahkan tapi Siti kepikiran, jadi ndak enak Om." Regan terdiam. Oh jadi ini alasannya. Mengapa Siti begitu kekeh ingin mencari sugar daddy. "Lalu kamu akan tetap mencari sugar daddy?" "Jika Om ndak mau menjadi sugar daddy nya, terpaksa Siti harus cari orang lain."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD