Dua

1043 Words
Sudah pukul 5 sore mengapa ibunya belum datang juga. Regan merasa bosan terus berada dalam satu ruang yang sama dengan Siti. Sekarang Regan bahkan bisa melihat tubuh kecil itu mondar-mandir mengacau dapurnya. Mengatakan bahwa ia ingin memasak untuk makan malam. Jelas Regan tidak suka. Kenapa juga hidupnya harus mendapat kesialan seperti ini. "Siti lebih baik kamu pulang. Nanti Ratna nyariin." Siti terlihat menolehkan kepala menatap Regan sambil mengocok telur di dalam mangkuk berukuran kecil. "Siti di suruh nunggu Tante Devi Om. Katanya pulangnya harus bareng Tante Devi." Regan lagi-lagi menghela napas. Tidak tahu mengapa Ratna harus mempunyai adik sama menyebalkan dengan dirinya. Dulu ia sengaja melempar tubuh Ratna untuk bekerja di rumah Bara karena gadis itu terlalu merepotkan untuk hidupnya. Regan adalah pria bebas, ia memilih tinggal di apartemen dan meninggalkan rumah megah orang tuanya agar bisa lebih bebas lagi terutama dalam hal membawa pasangan untuk tidur di ranjangnya. Awalnya Regan sangat bersyukur dengan hal itu. Tetapi ia tidak tahu bahwa kini adik Ratna yang jadi pengganggu. Kehadiran Siti malah lebih berbahaya dari Ratna. Regan melangkah ke arah lemari pendingin mengambil satu botol minuman untuk di teguk. Ia mencoba berbaik hati membiarkan Siti menyelesaikan acara memasak di dapurnya. Mungkin ia harus bersabar sampai ibunya datang menjemput Siti pulang. "Om, Siti penasaran pengen banget punya sugar daddy om beneran gak mau jadi sugar daddynya." "Cukup Siti. Kamu ini dibilangin ngeyel ya. Emang kamu tau sugar daddy itu seperti apa? Tidak kan. Lebih baik kamu belajar yang rajin biar bisa cepat lulus lalu lanjut kuliah." Siti terdiam masih mengocok telurnya dengan gerakan pelan. Gadis kecil itu kembali lagi mengingat obrolannya saat di sekolah beberapa minggu yang lalu. Di mana ia tidak sengaja membicarakan perihal keinginannya pada temannya, ia ingin bekerja agar tidak selalu bergantung pada suami mbanya. Biar bisa sedikit meringankan beban, sekolah sambil bekerja mungkin itu akan lebih baik. Siti malu terus minta uang sama Mba Ratna untuk memenuhi semua kebutuhannya. Lalu temannya menawarkan sesuatu yang katanya lebih enak dan tidak perlu repot menyisihkan waktu untuk bekerja banting tulang, hanya cukup mencari seorang yang bisa menjadi sugar daddy nya maka hidup Siti akan bahagia. Siti bisa mendapatkan semua keinginannya tanpa harus bekerja apalagi harus meminta pada Mbanya. Dari situ lah Siti sangat penasaran. Ada pekerjaan seenak itu. Siti juga mau, pengen nyobain. Makannya beberapa minggu ini dia mencoba mencari seseorang yang bisa menjadi sugar daddynya. Pernah juga Diana (teman sekelasnya) memperlihatkan sebuah foto lelaki yang sedang mencari sugar baby tetapi Siti tidak suka, orang itu terlihat lebih tua dari bapaknya. Siti menolak dan mendapat ide gila untuk mengajak Om Regan saja yang jadi sugar daddy. Tidak hanya baik, Om Regan juga sudah sangat Siti kenal. Dan terlebih meskipun sudah om-om. Lelaki itu masih sangat tampan dan terlihat sangat sempurna di matanya. Cocok lah untuk menjadi sugar daddynya. "Siti tau kok Om. Sugar Daddy itu apa," ucap Siti sambil menuangkan telur itu ke dalam wajan. Mengaduknya dengan beberapa rempah dan bumbu. Siti berencana memasak nasi goreng untuk makan malam Om Regan. Regan sendiri melirik Siti dengan tampang tak percaya. Gadis udik seperti Siti mana tahu apa itu sugar daddy hanya tahu nama tapi tak tahu makna. Dia tidak mengerti resiko besar apa yang akan ia alami jika sudah menjadi sugar baby. Makannya jangan macam-macam Siti masih panjang masa depannya. Regan hanya tidak mau gadis ini malah ketularan kebodohan Ratna yang tidak tahu apa makna dalam kata pekerjaan sambilan yang membuatnya hamil di usia muda tanpa ikatan yang sah. Regan menaruh botol minuman yang isinya tinggal setengah ke atas pantry lalu menyandar di sana. Melipat tangannya di depan dada dengan mata memperhatikan kegiatan Siti yang cukup cekatan dalam memasak. "Artinya apa coba jelaskan?" Siti terlihat berpikir. "Kata temenku. Sugar daddy biasanya suka memberikan kebutuhan finansial untuk sugar baby nya Om. Nanti klau Siti punya sugar daddy Siti gak perlu lagi nyusahin Mba Ratna minta uang jajan atau biaya sekolah karena sugar daddy yang akan memberikan semua itu. Bener kan Om?" cengir Siti. Regan melongo menatap Siti yang tengah tersenyum cerah. Tak habis pikir kok otaknya tidak terlalu lemot kayak kakaknya. Siti cukup paham apa yang sedang di ucapkan. "Itu memang benar. Tapi kamu tau gak pekerjaan sugar baby seperti apa? Jangan bilang kamu taunya cuman pegangan tangan dan nemenin jalan-jalan doang." Kening Siti mengerut. "Loh bukannya itu ya pekerjaannya. Kata temen Siti sih gitu." "Tuh kan kamu itu polos. Masa mau dibegoin temen. Ya enggak gitu lah kerjanya. Enak banget kita ngeluarin uang banyak tapi cuman dapet belaian tangan doang." "Lalu apa toh Om yang bener, masa temen Siti boong." "Udah jangan urusin hal-hal unfaedah kyak gitu. Kamu kalau mau jajan atau apapun minta aja sama Bara. Toh kamu porotin juga hartanya gak akan berkurang. Dia kan kaya tujuh turunan." "Tapi Siti ndak enak Om. Terus minta sama Tuan." "Gak papa itu kan kewajiban Bara." Siti merenggut kesal dengan keketusan yang dimuntahkan mulut Regan. Kemudian suara bel terdengar menginterupsi mereka. Membuat Regan bergegas berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Regan kira pelaku yang menekan bel pintu adalah ibunya namun ia harus terkejut dengan kedatangan wanita cantik tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Aduh gawat. Ngapain coba Natalie datang ke sini. Sialan di dalam ada Siti lagi. Bisa-bisa mulut ember Siti mengadu ke Mamanya karena ia masih memasukkan beberapa wanita ke dalam apartemen mewahnya. Cerocosan ceramah dari mulut ibunya selalu membuat gendang telinga Regan sakit. Dan ia tidak mau lagi disadarkan dengan hal tersebut. Tidak jangan sampai Siti tahu ada Natalie di sini. "Apa maksudmu? Memutuskanku lewat chat? Apa kamu gila?!" "Nat, kita bisa bicara baik-baik di luar okay. Jangan sekarang aku-" "Oh jadi kamu sedang menyembunyikan seseorang di dalam. Mana biar aku liat wanita yang sudah merebutmu dariku. Apa lebih cantik! Biarkan aku menjambaknya sebelum pergi." "Eh Nat-" Bruk! "Agh!" Regan refleks memegangi adik kecilnya saat tak tahu diri wanita itu mendaratkan lutut bangaunya tepat ke arah selangkangan Regan. Alhasil Regan meringis nyeri sambil mengumpat keras karena hal tersebut. Wajah Regan memerah, melirik ke arah di mana Natalie sudah melenggang pergi ke dalam. Siap menjambak wanita yang ia yakini adalah penyebab mereka putus. Sialan di dalam ada Siti. Jangan sampai wanita sialan itu salah sasaran dan menjambak rambut gadis kecil yang tidak tahu permasalahan dalam hubungan mereka. Regan buru-buru menyusul Natalie dengan sedikit ringisan keluar dari bibirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD