TUJUH

1028 Words
Samuel sudah rapi, dia bersiap untuk hadir disekolah Kesya. Dengan senyum yang ceria selalu dia terbitkan. Sampai salah satu kepercayaan dari Ibunya tersebut terheran-heran melihatnya. "Mau ke mana dengan pakaian serapi itu?" pungkas Siska sedang menikmati sarapan paginya. Samuel berhenti di tempat kemudian dengan santai dia menjawab dari pertanyaan sang ibu tercintanya. "Menghadirkan sebuah acara di sekolah." Siska tertawa kecil saat mendengar jawaban dari putranya. "Kamu pikir Mama mudah percaya dengan hal yang kamu katakan tadi malam?" Samuel tidak peduli sampai kapan pun dia tetap akan melakukan yang memang dia benar. "Percaya, lah, Ma. Aku bakal bawa dia ke sini," ucapnya meskipun Samuel tidak bisa melawan omongan Siska. Bagi Samuel, sosok seorang ibu adalah surga. Bahkan Siska termasuk ibu rumah tangga yang baik dan menjadi pengganti ayah setelah hubungan mereka berakhir karena orang ketiga. Meskipun begitu, Samuel sangat bangga atas perjuangan dimiliki Siska, membawa berkah. Setelah dia menikah dengan seorang pria yang sangat mencintainya. Sampai harta kekayaan pun jatuh ditangan ibunya. Disinilah Samuel diangkat dan dipercayakan untuk mengurus perusahaan tersebut. "Gara-gara kamu, Mama hampir dipermalukan sama Endraw," kata Siska, sekarang nadanya sedikit lembut. Samuel bergabung di meja makan dengan ibunya. Meskipun Samuel tidak sedang dalam lapar. Tetap saja, dia akan menerima potongan roti tersedia. Dioleskan selai dia sukai. "Apa tidak sebaiknya kamu jalani saja dulu dengan Liona? Mama rasa Liona tidak kalah cantik dari wanita mana pun, daripada wanita yang dulu kamu pacari itu?" ucap Siska. Samuel terhenti dengan gigitannya. Samuel tau, Siska masih belum menerima Yulia sebagai wanita yang baik. Waktu masa hubungan dengan Yulia, Samuel termasuk laki-laki yang berandalan sekali. Apalagi, kelakuannya juga tidak terurus, sejak bertemu dengan Yulia. Meskipun Samuel masih mempunyai perasaan, walau dengan tega dia meninggalkan Yulia di saat hubungan itu akan berakhir. Bahkan, Samuel berjanji akan bertanggungjawab dan menerima dirinya. Dengan cara berengsek, ketika acara perpisahan masa kelulusan perkuliahan. Samuel sengaja mengajak Yulia untuk minum-minum. Tanpa sadar Samuel menikmati cinta dengannya walau terbawa suasana. Jikalau saja ibunya waktu itu tidak memaksa Samuel menerima perjodohan dari teman ayah tirinya. Mungkin Samuel dan Yulia sudah menjadi keluarga yang utuh saat itu. Walaupun dia harus menjadi laki-laki tidak memiliki apa pun. Atau menjalani kehidupan seorang laki-laki pada umumnya. "Dia tidak seberengsek yang Mama pikirkan. Mungkin dimata Mama saat itu, dia tergolong wanita biasa. Padahal dia tidak seperti yang Mama pikirkan," tegas Samuel menyudahi percakapan di meja tersebut. Ketika Samuel akan beranjak, Siska malah meminta Samuel untuk menemani Liona suatu tempat. "Mama tidak peduli, Mama hanya ingin berikan terbaik untuk kamu. Sekarang temui Liona dan minta maaf padanya. Jangan berulah lagi. Kamu tau, Liona adalah wanita yang kita butuhkan." "Tapi, Maaaa...." "Ini perintah, Samuel!" *** Kesya dari tadi mengintip dari luar pintu kelasnya. Sampai sekarang belum ada tanda sosok itu muncul. Yulia meminta izin kepada Christine untuk tidak masuk kantor. Yulia sedang berada diluar, dia akan menyusul ke sekolah putrinya. Kemudian ada panggilan telepon dari sekolah. Lalu itu adalah suara putrinya. "Ya, Sayang," balas Yulia. "Mama, Om Samuel benar-benar gak jadi datang, ya? Padahal acaranya sudah mau dimulai. Kesya, kan, mau pamerin ke teman-teman," ucap Kesya diseberang. Yulia sesekali melirik jam arloji di tangannya. Sudah pukul sepuluh lewat seperempat. Yulia sudah memiliki firasat, kalau Samuel itu hanya omongan belaka. Tetapi tidak ada satu pun bisa dipercayai. Menjanjikan pada seorang gadis kecil. Apalagi Yulia kembali mengingat kejadian dimana dirinya sedang mengandung Kesya saat itu. Dia harus kehilangan komunikasi Samuel. Hanya sebuah surat dari mana itu berasal, hanya dengan kalimat singkat. Disaat itu pula, Yulia bersumpah tidak akan lagi bertemu dengannya. Jikapun tidak akan mengenal dan tidak akan menceritakan tentang Kesya padanya. "Maaa... Mama..." "Ah, iya, Sayang. Mungkin Om Samuel sibuk. Nanti Mama ...." "..., nanti Om Hardi yang hadir ke acara kamu," sambung Hardi setelah merebut hapenya Yulia secara tiba-tiba. Yulia terkejut bukan main, mulai sejak kapan Hardi ada di dekatnya. Perasaan dia tidak pernah merasakan ada seseorang disebelahnya. Hardi berikan kembali pada Yulia setelah selesai berbicara dengan Kesya. "Kapan kamu di sini?" Yulia memeriksa sekitar. Hardi senyum, "Sudah dari tadi. Cuman kamu saja gak memperhatikan." "Benarkah?" Yulia masih belum yakin. Hardi Indrawan, seorang guru privat mengajarkan Kesya di salah satu Bimbel kursus. Hardi sudah lama mengenal Yulia. Dimasa kuliah, Hardi satu kampus dengan Yulia waktu itu. Tapi beda jurusan. Hardi mengambil jurusan Akuntansi, sedangkan Yulia mengambil jurusan Sistem Informasi. Hardi diam-diam mencuri perhatian sisi dalam dimiliki Yulia saat itu. Ketika Yulia akan membawa Kesya untuk les tambahan. Takut Kesya akan mati bosan di rumah. Maka Yulia mencari tempat kursus agar Kesya tidak mudah kesepian nantinya. Apalagi otak dimiliki Kesya juga tidak kalah dimiliki Yulia. Saat mendaftarkan diri Kesya di kursus les. Yulia bertemu dengan Hardi. Tepat pula Hardi memang sedang mencari murid untuk diajarkan. Dari sinilah hubungan mereka semakin dekat. Walau Yulia kadang terlalu sibuk pada pekerjaannya. Jadi Hardi kesulitan untuk bertemu secara langsung. "Kamu gak ngajar?" tanya Yulia setelah dia selesai belanja buat Kesya nanti siang. "Gak, hari ini libur. Hari ini lagi hari Ayah. Jadi kebetulan aku teringat sama anak kamu. Jadinya pengin tawarin jadi ayah pura-pura," jawabnya masih bisa bercanda. Yulia malah senyum. Dia semakin tidak enak atas kebaikan Hardi. "Thanks ya. Sudah mau bantu disaat lagi genting begini. Apalagi kamu tau Kesya. Dia itu susah kalau ada yang dijanjikan tapi gak ditepati pasti ditagih terus." "Gak apa-apa, memang siapa yang Kesya janjikan?" Hardi balik bertanya. Yulia menarik napas dalam-dalam. Sambil jalan, karena lokasi tempat Yulia belanja tadi tidak jauh lokasi sekolah Kesya. Jadi lebih hemat untuk ongkos kendaraan. Hardi masih menunggu jawaban dari Yulia. "Gak terasa sudah mau masuk delapan bulan. Sejak melahirkan Kesya, mengandung Kesya. Hal itu gak pernah terjadi pada diriku, kalau saja aku tidak ditakdirkan untuk mengenal dia. Seandainya kejadian itu gak terjadi. Mungkin aku masih seperti wanita pada umumnya. Menikah, punya rumah, punya keluarga, lalu punya anak. Tetapi hal itu gak sesuai dengan harapan," ucap Yulia. Seakan hidupnya tidak berarti. Hardi tau, Yulia sudah banyak menjalani masa-masa hidup yang berat sekali. Apalagi Hardi sempat melihat Yulia berhubungan kasih dengan seorang laki-laki begitu berandalan sekali. Siapa tidak Hardi kenal, kalau laki-laki yang Yulia jalani saat itu adalah Samuel Ardian Cokroaminoto. Bahkan Samuel adalah laki-laki paling preman. Tidak hanya itu, Samuel adalah keluarga terpandang. Jelas semua akan takut akan ketinggiannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD