TIGA.

1056 Words
"Kamu kenapa sih, Yul. Merengut kayak gitu?" sapa Ida, saat kerjaan mereka pada santai. Jadi masih bisa tenang buat duduk sambil gosip. "Gak ada apa-apa," jawabnya bohong. "Eh, Yul. Aku tadi dengar, kamu sama Pak Samuel itu ada hubungan dekat, ya?" Ida kembali bertanya dengan topik berbeda lagi. Yuliana yang sedang menulis kwitansi, terpeleset sama tinta pen nya. "Hah? Gosip dari mana tuh? Kenal dia aja gak, sok dekat lagi," jawabnya sebagai pengelakan yang paling pas. Padahal memang hubungan dekat. Bahkan Yuliana sangat tidak mau mengakuinya. "Tadi siang, kita kan mau makan di luar. Terus Pak Samuel nongol kebetulan, terus malah ajak kamu makan berdua," kata Ida. "Cuma kebetulan aja, kok. Emang kalau dia minta makan berdua, uda dianggap dekat gitu?" Yuliana mengelak lagi. Yuliana sangat tau gimana sifat Ida. Selain dia nikah muda, wanita satu ini. Yuliana sangat berhati-hati banget, bahkan dia gak pengin banget terlalu terbuka dengan siapa pun. Apalagi dengan teman satu kerjaannya. Permasalahan adalah mereka sok kepo urusan pribadi orang lain. Apalagi dengan bos yang baru nongol tiba-tiba buat Yuliana pengin banget menghindar dari bayangannya. "Gak sih, cuma heran aja, sih. Keingat aku itu, yang paling dekat sama bos hotel kita itu cuma manager kita, sama supervisor. Oh iya, kamu kan uda jadi supervisor. Lupa aku tuh, wajar, kalau Pak Samuel ajak kamu makan berdua," cibir Ida. "Gak juga sih, aku masih sebagai administrasi, kerjaan aku gak resmi jadi supervisor. Itu hanya pengganti. Sampai sekarang aja cari posisi administrasi aja belum ada yang cocok, sebenarnya aku itu uda malas posisi seperti ini, kamu tau gimana jadi seorang ...." Ida manggut-manggut, "Tau, jadi mama singel parent itu sangat berat banget, apalagi ngurus anak, belum lagi jadi ibu rumah tangga, masak buat satu keluarga, sangat berat memang. Kenapa kamu gak nikah lagi? Kan, beban kamu bisa berkurang. Apalagi...." "No! Saat ini aku gak mau mikir soal nikah," tolak halus Yuliana kepada Ida. Sudah berapa kali Yuliana dapat dukungan dan saran dari teman satu kantornya. Yuliana bukan tidak ingin menikah lagi, buat mencari suami sambung saja susah, gimana nanti putrinya mendapat papa sambung, lalu jika menerima sebagai pengganti seorang papa untuknya. Jika tidak? Yuliana masih meragukan untuk menikah atau tidaknya. Sekarang saja, buat mikirkan cara buat menghindar dari laki-laki yang sudah dia cap sebagai mantan kekasih. Dia sudah berharap tidak akan bertemu lagi dengan sang mantan. Tetapi, doa itu tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan. Entah apa yang terjadi pada hidupnya. Sekarang saja, Samuel bertanya tentang kehidupan Kesya. Padahal Yuliana tidak pernah memberitahu keberadaan Kesya pada siapa pun. Hanya beberapa teman yang tau tentang Kesya. Itu juga Yuliana menyembunyikan identitas status dirinya. Di kantor Direktur, Samuel sedang duduk sambil melamun. Entah kenapa dia bakal lebih betah di sini ketimbang di rumah. Sepertinya dia bakal banyak segala ide buat membawa Yuliana menghadap ke mamanya nanti. Deringan ponsel milik Samuel berbunyi beberapa kali. Hari ini dia malas terima telepon siapa pun. Keputusan melamar Yuliana sudah tepat. Tinggal waktu dan persetujuan. Giliran deringan telepon kantor berbunyi. Samuel langsung mengangkatnya. "Halo," "Halo, Pak, ada telepon untuk Bapak," ucap sekertaris nya. "Baiklah," Kemudian sekertaris menyambungkan langsung panggilan telepon ke Samuel. Terdengar lah suara sangat nyaring hampir memekakkan telinganya. "Samuel!" Samuel sontak menjauhkan telepon genggam itu dari telinganya. Dia merasa telinganya sangat nyeri ketika suara itu memekakkan pendengarannya. 'Buset! Sini bukan toa! Anjangan lomba suara vocal!' batin Samuel. Masih terdengar suara di seberang. Segeralah dia menempelkan kembali telepon genggam itu. "Ya, Ma," jawab Samuel santai. Padahal telinganya masih mendengung. Yang menelepon dirinya adalah mama tersayang yang sangat protektif sekali terhadap Samuel. Wilona Hartono. "Mama dari tadi telepon, kenapa tidak kamu angkat?" Wilona sangat kesal sekali pada Samuel. Samuel segera memeriksa ponselnya. Dia sedikit terkejut panggilan tidak terjawab ada lima kali dengan menit yang berbeda tipis. "Aku sibuk, Ma. Tadi baru saja selesai rapat direksi," jawabnya berbohong. "Benarkah? Jangan bohong Mama, tadi Mama baru saja tanya sama sekertaris kamu. Katanya kamu baru saja keluar makan dengan seseorang. Ingat Samuel, kamu itu pewaris tunggal. Jangan bikin malu Mama," ucap Wilona. "Aku gak bikin malu Mama, kok. Buat apa aku bohong sama Mama," kata Samuel santai. Sambil membuka foto galeri masa lalunya. "Baiklah, Mama hanya ingatkan ke kamu, nanti Liona akan ke kantormu, katanya kamu sudah janji dengannya buat dia jalan-jalan. Ingat Samuel, Mama tidak mau kesalahan untuk kedua kali pada keluarga Liona. Ini harga martabat seorang pewaris tunggal. Jangan bikin malu Mama lagi, Paham!" "Tapi, Ma...." Belum selesai Samuel berbicara, panggilan telepon sudah diakhiri oleh Wilona. Samuel menghela yang sangat berat sekali. Beberapa detik kemudian setelah panggilan dan diberitahukan oleh Wilona barusan. Muncullah seorang wanita yang cantik dengan penampilan yang sangat menyolok sekali. "Hai, Sayang!" sapa Liona. Liona Alexandria Wiguna, anak konglomerat dari teman dekat bisnis keluarga Cokroaminoto. Liona akan bertunangan dengan Samuel waktu dekat ini. Karena ada kesepakatan kerja sama salah satu lokasi. Keluarga Wiguna dan Cokroaminoto memang membahas proyek gabungan untuk kedepannya. Akan tetapi Samuel tidak terlalu suka dengan Liona yang menunjukkan penampilan terlalu berlebihan. Bahkan beberapa kali Samuel bete karena Liona hanya suka berfoya-foya dan belanja. Sekali belanja bisa berlebihan. Entah apa yang buat orang tuanya tertarik pada Liona satu ini. "Apa kamu sibuk, hari ini?" timpal Liona dengan suara dibuat-buat. Padahal Samuel mual dengarnya. "Lumayan," jawab Samuel cuek, "..., ada gerangan apa kamu datang ke sini?" lanjut Samuel. Liona duduk di atas meja kerja Samuel. Padahal di meja masih banyak beberapa berkas belum dia tanda tangani. "Tentu lihat calon suami aku dong. Oh ya, kalau kamu tidak sibuk, temani aku ke mal, ada beberapa barang yang sudah aku nantikan kemarin, mau, ya!" Samuel mendorong Liona, Liona turun secara tiba-tiba. "Bisa jaga kesopanan mu di sini. Ini bukan kantor orang tuamu yang suka-suka, ingat kita hanya hubungan bisnis kerja. Soal calon suami atau calon istri, sebaiknya kamu pikir kembali," ucap Samuel, meletakkan berkas yang terduduk oleh wanita tidak bertanggungjawab. Yuliana turun dari kantornya, dia lupa untuk menemui atasannya. Kalau bukan mendadak diminta suruh ketemuan. Mungkin Yuliana tidak akan mau. Tapi gimana lagi kertas rekening koran masih ada bersama atasan itu. Saat Yuliana hendak masuk, tidak ada Vina di tempat. Dia pun main Sembrono masuk, hingga tanpa sengaja melihat sesuatu tidak harus dia lihat saat ini. "Maaf, Pak!" Yuliana kembali menutup pintu, sementara Samuel segera mendorong Liona. Semua gara-gara Liona suka bertingkah aneh. Padahal Samuel sudah menolak malah Liona semakin menjadi. "Sayang! Kamu mau ke mana? Ini gimana? Rambut ku!" Liona berteriak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD