"Yul, Yulia!"
Satu tangan berhasil diraih oleh Samuel. Yulia menepisnya. Yulia masih bersikap biasa, seakan itu tidak terjadi apa pun. Samuel mengerti, pasti Yulia cemburu melihat dirinya melakukan di kantor bersama Liona.
"Aku bisa jelasin, yang kamu lihat tadi, bukan ...."
"Lihat apa, ya, Pak?" timpal Yulia seakan dia tidak mengalami hal yang terjadi.
Samuel menarik napasnya dalam-dalam. Yulia masih setia menunggu lanjutan dari laki-laki didepannya.
"Oh, soal tadi. Itu bukan masalah besar, wajar kalau ada tamu di kantor Bapak. Saya saja yang kurang sopan," senyum Yulia.
Samuel yakin di balik senyuman itu Yulia terlihat cemburu. "Aku tau kamu sedang cemburu, ya, kan?" tebaknya.
Yulia yang mendengar segera menyangkal, "Hah? Cemburu?"
"Kalau kamu cemburu, gak apa-apa. Malahan aku sama Liona itu kecelakaan kecil saja. Jangan diambil serius, Liona itu...."
Yulia segera mengangkat tangannya. "Sebentar? Saya cemburu? Memang dimuka saya terlihat sekali? Eh, Pak.... dengar, ya. Soal tamu Bapak yang dimaksud itu. Gak ada sangkut paut dengan saya. Jadi, jangan asal menebak," ngomelnya. Sekaligus beli pidato kepada Samuel.
Samuel kembali coba menenangkan hati Yulia. Dia salah lagi buat ucapin. "Oke, tidak masalah kamu tidak cemburu. Aku hanya mau jelasin, kalau aku sama Liona itu ...."
"Bapak mau sama siapa jangan bawa diri saya kehidupan Bapak. Paham!" Kali ini Yulia tidak akan beri kesempatan apa pun untuk Samuel berbicara.
Suasana hati Yulia sekarang sedang tidak mendukung. Tinggal setengah jam lagi waktunya pulang kerja.
Di kantor, Yulia mendengkus sangat kesal. Christine yang menoleh pun merasa bingung. "Ada apa? Kok rasanya bete gitu?" tanyanya.
"Ah? Gak ada apa-apa, cuma pengin cepat pulang saja sih," jawab Yulia bohong.
Christine tidak beri pertanyaan lagi, kemudian telepon berdering. "Halo, dengan Christine di sini, ada yang bisa saya...."
Christiene sesekali melirik ke Yulia. Yulia hendak membereskan barang ada di meja kerjanya. Kerjaannya sudah selesai, tinggal bersiap untuk pulang.
"Baik, Pak. Nanti saya sampaikan," ujar Christine berlalu.
"Yul, nanti jam pulang kerja, Pak Samuel minta kamu menghadap ke kantor. Ada yang mau dia bicarakan sesuatu kepadamu," ucap Christine menyampaikan pesan kepada Yulia.
Yulia langsung bertekuk semakin kesal. Christine malah keluar izin ke kamar kecil. Yulia sejenak bergumam. "Ngapain lagi sih,"
***
Teng!
Waktunya pulang kerja. Anak-anak sudah pada keluar, langit mulai semakin gelap. Takut pengangkutan pada kabur. Yulia pun juga hendak untuk turun. Tapi sebelum keluar dari basemen, dia hendak ke kantor Samuel.
Anak kurcaci Samuel sudah pada bersiap meninggalkan tempat kerjanya. Yulia bertemu dengan Julia. Sekertaris senior.
"Mau cari Pak Samuel?" tebaknya. Yulia spontan mengangguk.
"Dia ada di Kimcu," beritahu lagi kepada Yulia.
"Langsung jumpa di sana, soalnya lama kalau kamu tunggu di sini, duluan, ya?" lanjutnya lagi.
Yulia pengin menunggu atau memilih untuk pulang saja. Dia melihat jam arloji di tangannya. Sudah lewat dua puluh lima menit. Dia pun memutuskan untuk pulang saja.
Tetapi langkah kakinya malah mengarah ke resto Kimcu. Dengan keberanian, dia pun masuk, dan mencari sosok laki-laki itu. Pekerja di Kimcu tersebut menyambut Yulia dengan senyuman ramah.
Dia pun menyeret kedua kakinya di sana. Samuel tidak seorang diri, dia bersama dengan perempuan yang ada di kantornya. Yulia berhenti tepat di belakang Samuel.
"Maaf, Pak," sambut Yulia.
Samuel sedang menikmati sajian di piringnya. Dia pun menoleh. "Oh, sudah datang. Silakan duduk," balas Samuel sangat ramah sekali.
Yulia bukannya menuruti, sebuah tangan langsung memaksa Yulia duduk disebelahnya. Bahkan perempuan ada didepannya dengan mata tidak bersahabat.
"Dia siapa, Beb?" tanya Liona seakan ingin menguliti Yulia.
"Calon istri masa depanku," jawab Samuel santai.
"What?" Liona sontak terkejut. Sehingga sendok dia pegang mengejutkan oleh Yulia juga.
Yulia tentu shock dengarnya, datang-datang sudah disuguhi jawaban tidak bermutu lagi. Liona mengamati Yulia sangat serius. Yulia malah membuang muka.
"Calon istri apaan? Bajingaaan tetap bajingaaan!" gumam Yulia sekaligus mengumpat.
"Meskipun aku laki-laki berengseek pun, tetap saja kamu sudah buat hatiku semakin ingin segera kunikahi," ucap Samuel dengan santai menikmati makanannya.
Liona yang duduk bisanya diam sambil mendengar obrolan bisikan dari mereka berdua. Liona seperti kepanasan jenggot. Dia tidak habis pikir lagi.
"Maksud Beb? Calon istri? Jadi hubungan kita sebagai apa? Status pelarian?" timpal Liona, kali ini dia butuh penjelasan.
Samuel malah tidak menanggapi serius soal pertanyaan dari Liona. Dia masih sibuk dengan daging termahal di depannya. Yulia yang duduk disebelah seperti pawang nyamuk saja. Dia pun hendak beranjak dari duduknya. Tapi sebuah tangan malah mencegahnya.
"Mau ke mana?" sekarang Samuel tidak lagi melanjutkan makanan di meja.
"Samuel?! Aku sedang bicara denganmu?!" Kali ini Liona sudah kehilangan kesabaran. Seakan pertanyaan dia adalah angin lalu.
Yulia melirik perempuan cantik itu, lalu dia mengalihkan lagi ke Samuel. "Sebaiknya Bapak selesaikan dulu dengan calon istri Anda," senyum Yulia. Berlalu meninggalkan resto Kimcu tersebut.
Liona yang melihat sikap Yulia sudah menghilang dari penglihatannya. Dia seperti diremehkan oleh kedua manusia itu. Liona mengeluh, "Calon istri? Itu yang kamu tertarik dengannya? Wanita yang tidak punya etika sama sekali?"
"Kenapa? Apa kamu keberatan? Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja," jawab Samuel.
"Kita bukan dalam situasi rekan kerja, Samuel?! Dimana janji kamu kepada mama dan papa ku waktu itu?" Liona sudah kehilangan batas kesabarannya.
"Janji?" Samuel malah balik bertanya.
"Ya, Janji, kamu akan menikahiku. Lalu mempertanggung jawabkan semua yang kamu lakukan padaku waktu itu?!" jawab Liona.
Samuel mencoba mengingat kembali. "Ah! Itu...."
"Sudah kamu ingat?"
Samuel mengangguk tapi sikapnya masih santai. "Aku memang akan mempertanggung jawabkan, tapi bukan sebagai calon suami. Kejadian itu hanya kesalahpahaman saja. Kejadian itu hanya kebetulan saat kamu dalam keadaan mabuk yang sangat fatal, bahkan insiden itu kebetulan aku memang ada di sana. Tapi bukan aku yang lakukan. Aku hanya menolong, apalagi keadaan kamu waktu itu memang sudah ...." Samuel hanya menunjukkan dua tanda kutip.
Liona yang mendengar itu, sangat malu dan menahan amarah. "Kamu mencoba mempermainkan aku? Kamu pikir aku tidak tau hubungan kamu dengan wanita tadi? Kamu pikir dengan cara kamu singkirkan aku, aku bakal mundur begitu? Ingat Samuel, aku pastikan kamu akan jatuh setelah kamu lakukan ini kepadaku?!"
Liona beranjak pergi dengan muka sangat tidak bersahabat. Yulia baru saja selesai mencekelok absensi di bawah. Ketika dia akan kembali, tidak sengaja Liona menatap sangat benci pada Yulia. Yulia sampai keheranan padanya.
Yulia kembali menghampiri Samuel, dia pun hendak untuk bertanya padanya. "Calon istri kamu kenapa? Kok dia ...."
"Calon istriku hanya kamu," Yulia terdiam. Tiba-tiba Samuel menarik dan menjatuhkan Yulia ke pangkuannya.