Bab 49: Berselimut Duka

1164 Words

Langit mendung menggantung rendah di atas taman. Angin bertiup pelan, membawa aroma rumput basah dan kenangan yang tak kunjung pudar. Taman ini, yang dulu begitu hidup oleh tawa dan canda, kini hanya dihuni sepi yang menggigit. Heningnya memekakkan telinga, seolah dunia ikut berkabung bersama jiwa yang porak-poranda. Raivan duduk di bangku kayu tua menghadap danau. Permukaan airnya tenang, memantulkan langit abu-abu yang nyaris tanpa cahaya. Di sinilah dulu ia dan Salsa sering duduk berdua, saling berbagi cerita, berdebat soal hal kecil, atau sekadar diam dalam kebersamaan yang hangat. Kini bangku itu hanya diduduki satu sosok—sosok yang kosong, patah, dan kehilangan arah. Pandangan Raivan kosong menatap danau. Tapi di dalam pikirannya terlalu berisik. Wajah Salsa begitu jelas. Tawa reny

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD