bc

Bos Cantik Galak vs Pak Guru Kalem (Farmers Family Seri Cinta #6)

book_age18+
2.1K
FOLLOW
34.6K
READ
contract marriage
family
HE
heir/heiress
bxg
brilliant
brutal
like
intro-logo
Blurb

#mempelaipengganti #romantis #komedi #rumahtangga

Arsena El-Fauzan Wiranata Ramadhan (29 tahun) seorang guru di TPA. Pria tampan dengan wajah rupawan, dan tubuh menawan. Keturunan kesekian dari keluarga Ramadan (Farmers Family). Ayah dan ibunya adalah El dan Elia. Hari ini di rumah orang tuanya kedatangan tamu. Sepasang suami istri. Suami istri itu meminta bantuan kepada orang tua Wira. Mereka meminta Wira bersedia menikahi Putri mereka. Persiapan pernikahan putri mereka sudah dilakukan. Undangan juga sudah disebar. Namun keluarga sang mempelai pria tiba-tiba membatalkan pernikahan. Karena sang pria ternyata menghamili seorang wanita lain. Orang tua sang wanita, tidak ingin persiapan pernikahan itu menjadi sia-sia. Karena itu meminta bantuan kepada Wira agar bersedia menikahi putrinya. Mereka sangat tahu Wira seorang pria yang baik. Wanita yang ditinggalkan oleh calon suaminya itu, adalah seorang bos di perusahaan. Wanita cantik namun terkenal galak. Tapi wanita itu tidak bisa menolak keinginan orang tuanya, untuk meneruskan pernikahan meski dengan mempelai pria berbeda. Bersediakah Wira membantu wanita itu?Bagaimana hubungan mereka selanjutnya? Sementara sang wanita sangat galak, dan sang pria sangat kalem. Apakah hubungan mereka akan menjadi pernikahan sesungguhnya. Sementara calon suami wanita itu mulai berusaha meraih kembali hati sang wanita. Baca hanya di Innovel.

chap-preview
Free preview
PART. 1 ARSEN EL-FAUZI WIRATAMA RAMADHAN
Wira tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh, tamu mereka. Suami istri yang menjadi tamu ke dua orang tuanya, mengungkapkan apa keperluan mereka datang ke rumahnya. Mereka tengah memiliki masalah yang sangat rumit. Putrinya, yang seharusnya menikah tiga hari lagi. Tidak bisa melaksanakan pernikahannya. Karena orang tua calon suami putrinya, membatalkan rencana pernikahan itu. Kedua orang tua wanita itu tidak ingin acara pernikahan batal. Karena itu mereka memohon kepada orang tua Wira dan Wira agar bersedia membantu mereka. "Kami tidak tahu lagi harus minta bantuan kepada siapa. Kami hanya teringat dengan Wira. Tidak apa kalau pernikahan kalian hanya untuk sementara. Hanya untuk bersanding sebentar saja. Agar persiapan yang kami lakukan tidak sia-sia. Dan kami terhindar dari rasa malu." Ayah sang wanita memohon bantuan kepada keluarga El. Hanya Wira yang mereka kenal sebagai pria baik. Dulu Wira sempat menjadi guru mengaji anak-anak mereka. "Ada apa sebenarnya dengan calon suaminya?" El, abba Wira menanyakan alasan kenapa pernikahan batal. "Maafkan kami kalau membuka aib mereka. Calon suaminya menghamili wanita lain. Sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan akan terjadi pada putri kami. Putri kami wanita yang tegas, tapi ternyata bisa terperosok kepada hubungan dengan pria seperti itu." Pria tua itu menggelengkan kepala. Harapannya sangat besar kepada calon menantunya. Namun Allah menentukan jalan lain bagi mereka. "Padahal pria itu terlihat alim dan taat beragama. Kami tidak menyangka sama sekali hal ini bisa terjadi." Suara ibu wanita itu terdengar bercampur emosi. Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putrinya dikhianati. Dikhianati pada saat-saat akan menikah. Persiapan sudah sangat matang. Akad nikah dan juga resepsi yang akan diadakan di sebuah gedung. Mereka memang akan mengadakan resepsi besar. Karena mereka adalah pengusaha yang cukup terkenal. Relasi bisnis mereka ada di mana-mana. Meski perusahaan mereka berada di kampung, tapi hasil dari usaha itu untuk di ekspor ke luar negeri. "Zaman sekarang kita memang tidak bisa menilai seseorang dari penampilan. Harus memiliki kekuatan hati untuk mengatasi pergaulan zaman sekarang." Suara lembut El menandakan kalau ia mengerti. "Kami tidak tahu lagi harus minta bantuan kepada siapa. Hanya Wira yang terbersit di dalam pikiran kami. Kami tidak menuntut apa-apa. Hanya meminta tolong agar pernikahan tetap terlaksana." Pria itu menatap wajah Wira. Wajah lembut yang menunjukkan kesabaran pemilik wajah itu sendiri. "Pernikahan bukan untuk main-main. Pernikahan adalah hal yang suci. Apa mereka bisa melanjutkan pernikahan dalam rumah tangga yang bahagia. Kalau mereka tidak saling cinta." Elia tidak yakin kalau pernikahan itu akan menjadi rumah tangga yang baik. "Maaf, Amma, Abba. Aku bersedia membantu, asal dia tidak keberatan." Kedua orang tua Wira terkejut mendengar keputusan putra mereka. "Kamu yakin, Wira?" Elia menatap wajah putranya dengan lekat. Putranya jika sudah memutuskan sesuatu, sulit untuk dirubah. "Aku yakin. Tujuanku bukan ingin mempermainkan pernikahan. Tujuan murni hannya untuk membantu. Apa yang akan terjadi setelahnya, aku pasrahkan kepada Allah. Aku percaya semua ini sudah diatur Allah untuk aku jalani." Wira berkata dengan bijak. Usianya memang masih muda, tapi ia banyak menimba ilmu dari bacaan. Dan juga sudah banyak menjalani pengalaman. "Masya Allah. Bagaimana dengan Pak El dan Bu Elia?" Ayah wanita itu menatap El dan Elia. "Kami ini hanya orang tua. Yang memutuskan putra kami sendiri. Kalau dia memutuskan sudah seperti itu, kami hanya bisa mendoakan yang terbaik." El tahu tidak bisa menggugat keputusan Wira. "Jadi kalian setuju?" "Ya." "Alhamdulillah." Suami istri itu menarik nafas lega. Apa yang menjadi masalah mereka, sudah terpecahkan kini. Mereka tinggal meminta mengganti nama mempelai pria. Masalah undangan yang sudah tersebar, tidak masalah berbeda namanya. Apa yang akan terjadi nanti, biarlah dipikirkan nanti. Yang jelas masalah mereka sekarang sudah teratasi. Mereka merasa bahagia karena Wira bersedia membantu mereka. Setelah membicarakan tentang kesepakatan akad nikah. Sepasang suami istri itu pulang dengan perasaan lega. Sementara Wira harus menghadapi kedua orang tuanya. "Wira. Pernikahan bukan masalah main-main. Apa ini sudah kamu pikirkan dengan baik?" Elia masih merasa ragu dengan keputusan putranya. "Niat baik, Insya Allah hasilnya akan baik. Aku akan mengikuti apa maunya. Aku mohon pada Amma dan Abba agar jangan membuat dia jadi salah tingkah. Aku kasihan padanya." "Apa pernah dia salah tingkah. Dia gadis yang galak sebagai bos perusahaan. Amma sering mendengar cerita para ibu yang bekerja di perusahaannya." "Galak bukan berarti jahat. Mungkin dia hanya ingin karyawannya disiplin dalam bekerja. Kita lihat sisi positifnya saja. Jangan memikirkan hal yang negatif." "Sudahlah. Wira sudah memutuskan. Kita hanya bisa merestui saja. Apa yang akan terjadi nanti, itu jadi urusan Wira. Wira sudah dewasa, sudah tahu apa yang harus dilakukannya." * "Apa!?" Zia sangat terkejut kalau Abangnya akan menikah tiga hari lagi. Sebuah kabar mengejutkan yang luar biasa. "Abba dan Amma tidak bisa berbuat apa-apa. Wira sendiri yang memutuskan menerima menjadi mempelai pengganti." El yang bercerita kepada putrinya. Zia adalah saudara kembar Wira. Zia sudah menikah saat usianya masih 18 tahun. Kini sudah memiliki anak yang usianya 10 tahun. Sepasang anak kembar, Sakha dan Sifa. Suaminya adalah Risman. "Zia ada mendengar cetira, kalau wanita itu, jadi seorang bos yang galak. Sedikit peramah, eh pemarah." Cerita itu Zia dapatkan dari ibu-ibu, yang sering menjadi teman cerita, saat ia menjemput anaknya sekolah. "Amma juga mendengar cerita itu. Tapi Wira tetap ingin membantu dia. Kata Wira, seorang bos tegas kepada bawahannya itu adalah hal biasa." "Abang saduh lama barangkali tidak bertemu dengan dia," gumam Zia. "Dia dengan kedua abangnya kuliah di Jakarta. Setelah lulus kuliah pulang ke sini, karena diminta ayah dan ibunya untuk menjadi bos di perusahaan mereka. Abangnya melanjutkan kuliah mereka S2." "Abangnya kuli uyah apa?" "Yang satu dokter, yang satu arsitektur." "Sebenarnya dulu mereka baik semua. Selalu menyapa kalau bertemu. Tapi saduh lama tidak bertemu mereka. Jadi lupa wajahnya sepetri apa. Apalagi sejak Kai Razzi dan Nini Rara meninggal, mereka jarang datang ke rumah besar." "Mereka juga punya kesibukan." "Jadi apa yang kita persapikan untuk menyambut pernikahan, Amma?" "Mereka mengatakan tidak usah menyiapkan apa-apa. Semuanya sudah siap. Kita hanya tinggal membawa diri saja." "Kita tidak membaut baju segaram?" "Tidak sempat waktunya. Kita pakai baju yang ada saja." "Keluarga yang lain saduh diberitahu?" "Belum." "Kepana tidak diberitahu?" "Menunggu Abba kamu pulang dari kandang." "Pasti semuanya tekerjut. Tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada badai. Kok bisa-bisanya Abang menikah." *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook