Pelangi setelah badai..

1657 Words

Amira menatap Putra yang kembali masuk ruangan, “Pak dokter pasti telepon Mas Kaflin ya? Kan Ami udah bilang jangan telepon Mas Kaflin!” Putra menarik napas, “mana bisa begitu? Yang ada Kaflin akan marah padaku karena tidak kabari kondisi kamu?!” omel Putra. Amira sampai terdiam, untuk pertama kalinya Putra mengomeli dirinya dengan tegas, ekspresi serius. Amira menarik napas lebih panjang untuk sekian kalinya, ini semua karena kejadian tadi. Trauma terhadap Lift rupanya masih ia rasakan, tadi saat Amira naik tiba-tiba Lift mati mengingatkan dia kejadian waktu itu. Amira panik apalagi ia terjebak sendirian. Beruntung tak berlangsung lama tetapi Amira yang syok sampai tak sadarkan diri beberapa menit, ketika bangun ada Putra dan teman sesama perawatnya yang menatap cemas. Dia sudah min

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD