BAB TIGA PULUH TUJUH

1108 Words
Rei semakin gelisah. Pasalnya, peserta dengan nomor lima belas itu hanya tersisa sampai seperempat jalan lagi hingga ia selesai dengan penampilannya. Rei melongok pada bangku para penonton dan memperhatikan wajah mereka satu sama lain. Dari tempatnya berdiri, ia masih belum melihat tanda - tanda akan kedatangan Sora. Tidak ingin menjadi lebih gelisah lagi, Re memutuskan untuk menelpon Sora untuk yang kesekian kalinya menanyakan keberadaaaannya saat ini. TUT TUT TUT TUT TUT Hingga dering yang ke lima, panggilan tersebut baru terjawab. "Ya (he)! Neo eodiya (kau dimana)?! Kenapa belum juga sampai?" , tanya Rei langsung mencercanya. "Yeoboseyo (halo), selamat siang, apakah ini wali atau teman dari gadis pemilik ponsel ini?" , tanya seorang wanita yang suaranya sangat tidak familiar terdengar panik. Rei yang tiba - tiba saja merasakan perasaan tidak enak berusaha untuk tetep berpikir posiif, "y-ye (i-iya), jeo chingu.. yeyo.. (saya teman.. nya..)." , jawab Rei dengan ragu. "Ah begitu. Kalau begitu bisa tolong hubungi wali dari gadis ini? Karena dia baru saja mengalami kecelakaan dan saat ini sedang dibawa oleh petugas ambulan kami menuju rumah sakit Medical Central." Betapa terkejutnya Rei mendengar kabar kecelakaanayang dialami Sora bak disambar oleh sebuah petir di siang hari bolong, Tanpa bicara apa - apa lagi, Rei langsung memutuskan panggilannya dan berlari meninggalkan kompetisinya untuk langsung melihat keadaan Sora. Kompetisi yang ia nanti - nantikan itu terlupakan begitu saja, tergantikan rasa cemas dan panik yang begitu menyiksa dan membuatnya sulit untuk mengendalikan pikirannya Tanpa berpikr oangtuanya ada di antara bangku penonton menunggu untuk melhat penampilannnya, Rei pergi mennggalkan gedung teater tersebut dengan begitu terburu - buru hingga banyak orang yang dilewainya memperhatikannya dengan heran. Rei berhenti berlari saat sudah sampai di pinggir jalan besar, "Taksi!" , ujarnya sambil melambaikan tangann kanannya ke depan untuk menghentikan sebuah taksi berwarna kuning tua yang terlihat sedang melaju dengan santainya. Dengan cepat Rei langsung membuka pintu mobil taksi tersebut, masuk ke dalam, dan membanting pintunya agar tertutup, "Rumah sakit Medical Central. Palliyo, ahjussi (cepat ya, paman)!" , minta Rei dengan gelisah. Menyadari situasi yang sedang dialami penumpangnya yang begitu buruk, supir taksi tersebut langsung melaksanakan permintaan dar Rei yang memintanya untuk pergi ke rumah sakit Medical Central. Kakinya spontan menginjak rem dan pandangannya lurus ke depan terlihat sangat serius. *** Mobil ambulan yang membawa Sora melaju dengan cepat mengandalkan suara juga lampu sirine yang membuat pengendara lain harus memberikan jalan sebab ambulan adalah prioritas. Di dalamnya, seorang petugas laki -laki dan juga perempuan nampak sangat sibuk menangani Sora mula dari memantau denyut nadi Sora, membersihkan luka dan melilitkan plester mengelilingi kepala Sora yang terluka akibat benturan tadi. Beruntung, benturan yang dialami Sora hanyalah benturan ringan tidak begitu parah hingga menyebabkan kondisinya menjadi lebih parah lagi. Sementara itu, di dalam gedung teater tempat Rei berkompetisi, semua penonton dan juga para juri menunggu Rei nak ke panggung karena namanya sudah disebut. Ayah dan bu Rei salng pandang bingung sekaligus merasa cemas. 'Aku akan menelponnya." , bisik ibunya Rei dan langsung diiyakan oleh suaminya tersebut/ Tak kunjung juga melihat tanda - tanda isirnya akan kembali, ayah Rei ikut menyusul istrinya meninggalkan ruangan tersebu dan bergabung dengan istrinya yang nampak gelisah. "Aish, wae cheonha anbada (kenapa dia tidak menjawab panggilannya)?" , keluh ibu Sora dengan menggigiti ujung jari tangannya karena khawatir. Hasilnya kembali nihil. "Sudah coba menelpon Sora?" , interupsi suamnya yang tiba - tba berada di sampingnya memegang pundak isrinya memberi ketenangan. Ibu Rei menurut dan langsung menelpon Sora. Tak butuh waku lama, dalam dering ke tiga, panggilannya diangkat "Yeoboseyo (halo), Sora-ya?" , sapa ibu Sora begitu nada tunggu selesai berbunyi dan angka - angka detik penghitung durasi telepon pun mulai menghitung, "Yeoboseyo (halo), selamat siang, apakah ini wali dari gadis pemilik ponsel ini?" , tanya seorang wanita yang suaranya sangat tidak familiar terdengar. Ibu Rei diam mendengarkan tidak ingin berasumsi apapun, "N-ne (I-iya), saya bibinya." "Kalau begitu bisakah anda datang kemari menjadi wali dari gadis ini? Karena dia baru saja mengalami kecelakaan dan saat ini sedang dibawa oleh petugas ambulan kami menuju rumah sakit Medical Central." , jelas wanita petugas ambulan tersebut menjelaskan. Ibu Rei sama terkejutnya dengan Rei namun bisa lebih mengontrol pikirannya. Ia diam sejenak dengan mulut terbuka yang ia tutupi dengan tangannya karena terkejut, "B-baklah, saya akan segera kesana." , bu Sora memutuskan panggilan secara sepihak. "Mwo (apa)? Wae geurae (ada apa)?" , tanya ayah Rei yang jadi ikut penasaran melihat reaksi isrtrinya. Ibu Rei masih terdiam untuk beberapa saat mencoba mencerna apa yang baru saja orang tersebut katakan padanya. "yeobo (sayang), ayo kita pergi sekarang." , ajak ibu Rei yang langsung menarik tangan suaminya yang masih tidak mengerti situasi macam apa yang sedang menimpa istrinya. "Sebenarnya ada apa sih?" "Aku akan menceritakannya di mobil nanti." , jawab ibu Rei dengan terburu - buru menuju tempat parkir.. Di antara banyaknya mobil yang terparkir, ayah Rei membunyikan buka kunci otomatis yang tersambung pada kunci mobilnya. Dengan begtu mereka bisa dengan mudah menemukan mobil mereka dan langsung masuk. "Sora mengalami kecelakaan. Tadi petugas ambulan yang membawa Sora yang menjawab telponku. Aku yakin Rei juga ada disana sekarang." , jelas ibu Rei dengan singkat. Sama halnya dengan Rei dan juga istrinya, ia sama terkejutnya namun tidak terlalu nampak d wajahnya. "Ayahnya sedang di luar negeri. Bulsanghae uri Sora (kasihan Sora).." , ibu Rei tidak bisa menahan rasa sedihnya membayangkan jika hal itu menimpa anaknya. "Gwaenchanha (tidak apa - apa), semuanya akan baik - baik saja. Sekarang coba kau hubungi terus ayahnya. Aku akan berusaha secepatnya sampai di rumah sakit." , ujar ayah Rei terlihat tenang namun serius. IbuRei tidak bisa memikirkan hal lain yang lebih baik dan langsung menuruti perintah suaminya tesebut. *** Ayah Sora yang tengah serius memperhatikan pembicara yang adalah seorang dokter ahli terpandang dalam bidang bedah umum tengah memberikan saran dan pelajaran untuk dokter - dokter dari beberapa belahan dunia yang hadir saat ini bersamanya pada seminar hari terakhir ini. Di tengah keseriusannya, sebuah panggilan masuk membuat ponselnya bergetar menginterupsi keseriusannya. Ayah Rei langsung pergi keluar dari ruangan tersebut karena merasa ada sesuatu yang penting sedang terjadi di Korea, "Yeoboseyo (halo), Rei eomma (ibu Rei)?" , jawabnya dengan segera. Matanya langsung terbelalak mendengar kabar yang ibu Rei sampaikan padanya. Segera tanpa pikir panjang lagi, ia langsung berlari keluar gedung. Ternyata di luar gedung yang hening tadi, tengah turun hujan deras yang disertai dengan aingin kencang hingga terlihat lebih seperti badai. Badai tersebut rupanya tidak menghentikan langkahnya, segera ia menerobos hujan tersebut dan melambaikan tangannya untuk menghentikan sebuah taksi. "Hotel Lougne, please." , ujar ayah Rei yang sudah basah kuyup setengah bagian tubuhnya pada supir taksi tersebut. Segera taksi tersebut mengebut secepat yang ia bisa di tengah hujan deras yang mengguyur kota Singapura malam itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD