Chapter 4

984 Words
"Kau mau makan apa?" tanya Xander, ia membalikkan tubuh nya menghadap Aurora yang berdiri di belakangnya. Aurora tampak berpikir sebentar. "Apa aja, yang penting enak," ujarnya. Xander mengangguk mengerti dan segera memasak sesuatu yang pastinya akan disukai oleh Aurora. Aurora memang lah memilih terserah saja. Selagi itu makanan manusia dan normal ia akan memakannya. Lagipula ia sedikit heran, apa serigala seperti Xander bisa memasak? Bukankah serigala akan memakan suatu daging secara mentah karena hasil buruan? Aurora menatap Xander yang tengah mengiris-iris kentang. Aurora sangat heran pada Xander, kenapa di baik sekali? Apalagi mengingat Xander adalah seekor Serigala, harusnya lelaki ini memangsa dirinya dan dijadikan santapan. Tapi tidak, Xander tidak melakukan itu. "Kau bahkan rela mengusir para pelayan hanya untuk memasak makanan untukku," ujar Aurora sambil tersenyum. Xander menyeringai tipis. "Tentu saja, kau adalah Luna ku. Aku ingin kau mencoba masakanku, dan aku ingin kau tidak makan makanan yang dibuat para Maid itu," ujar Xander, sekilas ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Aurora. "Sebenarnya kau makhluk apa? Kenapa bisa jadi manusia dan Serigala?" tanya Aurora, dahi nya terpaut bingung. "Aku seorang Werewolf, dan aku akan sangat senang kau tidak takut padaku karena kau dilarang untuk takut padaku," balas Xander. "Werewolf? Astaga, itu hanya makhluk mitos!" "Tapi kau melihat dengan mata kepala mu sendiri kalau makhluk yang kau bilang mitos itu kini berada di hadapanmu," balas Xander. Aurora mengangguk paham. "Kalau begitu apa di sini ada Vampire juga?" tanya Aurora. Xander mengangguk acuh tak acuh. "Wah benarkah? Apa aku boleh melihatnya?" tanya Aurora dengan nada penuh harap. Aurora pernah membaca buku Fantasy tentang werewolf, vampire dan makhluk Immortal lainnya. Dan menurut yang ia baca, penggambaran vampire benar-benar menakjubkan. Mereka tampan-tampan dan tipe tsundere. Aurora suka itu. Xander menggeleng cepat. "Tidak boleh! Karena mereka pasti akan meminum darahmu," ujarnya. Aurora menatap Xander horor. "Kalau begitu, apa kau juga akan meminum darahku? Ah tidak, maksudku apa kau juga akan memakan diriku?" tanya Aurora. Xander menggeleng. "Itu tidak akan pernah terjadi!" Aurora mengangguk mengerti. Ah ternyata Xander tidak jahat. "Aku ingin bertanya lagi." Aurora menjeda kalimatnya. "Apa itu Luna? Dan kenapa saat kita berjalan tadi orang-orang di sini selalu menunduk padamu? Dan kenapa mereka memanggil mu Alpha dan memanggilku Luna?" tanya Aurora panjang lebar. Xander terkekeh. "Pertanyaanmu banyak sekali, aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu," kekeh nya. Aurora menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jawab saja, terserah mau jawab yang mana dulu." Xander terlihat seperti sedang memikir. "Nanti saja aku jawab, sekarang kau makan lah dulu. Makanan sudah jadi!" Mata Aurora berbinar melihat apa yang tersaji di piring yang ada di tangan Xander. Sebuah steak dengan kentang dan wortel, ah jangan lupakan ada saus entah rasa apa. Yang pasti wanginya sangat harum, membuat perut Aurora semakin berdemo minta diisi. "Selamat menikmati, Ara." Xander memberikan sebuah garpu dan pisau khusus memotong steak pada Aurora. Aurora menerimanya dengan senyum lebar. "Cepat sekali jadinya! Aku pasti akan sangat menikmati ini, baunya sangat harum. Pasti lezat!" cerocos Aurora. Xander tertawa. "Kalau begitu cepatlah habiskan." Aurora mengangguk. "Kau tidak ikut makan?" tanya Aurora. Xander menggeleng. "Belum lapar." Aurora pun memotong steak itu dan memasukkan nya ke dalam mulutnya. Daging nya terasa lembut dan empuk, ya ampun Aurora suka ini! Aurora terus makan steak itu, tidak mempedulikan Xander yang tengah menatapnya sambil tersenyum. "Ah kenyangnya," desah Aurora. Ia merasa kenyang dan puas memakan makanan yang Xander buat. "Ah aku sampai lupa kalau kau ada di sini," cengir Aurora, ia menggaruk kepalanya malu. Xander tersenyum. "Sepertinya kau sangat menyukai makanan yang aku buat," ujarnya. Aurora mengangguk. "Aku sangat menyukainya." "Apa kau mau berkeliling? Aku bisa mengajak mu jalan-jalan di sekitar pack ku," ajak Xander yang langsung diangguki oleh Aurora. "Ayo!" Xander dan Aurora berjalan keluar rumah Xander, terlihat lah jika para maid langsung membungkukkan badan mereka jika melihat Xander dan Aurora. Aurora hanya tersenyum malu-malu, tidak pernah ia diperlakukan seperti ini. "Wah ini bukan rumah! Tapi ini istana, lihatlah besar sekali!" seru Aurora heboh. Aurora yang sejak tadi hanya melihat isi dalam rumah Xander yang banyak dilengkapi barang-barang mewah dan melihat betapa besarnya rumah pria ini. Jika di lihat dari luar, ternyata ini bukan rumah biasa! Ini istana, persis seperti istana di dunia dongeng pikir Aurora. Aurora bahkan heran, bagaimana bisa di hutan ada sebuah istana besar seperti ini? Xander tersenyum tipis saat melihat reaksi Aurora yang begitu lucu menurutnya. "Aku akan mengajakmu berkeliling, kita mulai dari taman depan," ujar Xander. Aurora mengangguk dan kembali berjalan mengikuti Xander. Di depan Aurora kini sudah tersaji beberapa macam bunga yang indah pastinya. Aurora berdecak kagum melihatnya. "Apa aku boleh memetik bunga-bunga ini?" tanya Aurora. Raut wajahnya terlihat sudah sangat tidak sabar untuk memetik bunga-bunga di depannya. Xander mengangguk. "Tentu saja kau boleh memetiknya." Aurora pun terpekik girang dan mulai meneliti satu per satu bunga dan memetiknya. Xander hanya tersenyum melihat tingkah Aurora yang sangat riang. 'Lihatlah! Senyumannya sangat indah, dia terlihat sangat manis jika seperti itu. Aku jadi sangat mencintai nya, Xander!' seru Jack tiba-tiba dalam pikiran Xander. Xander mengabaikan ucapan Jack, ia juga jadi sangat menyukai Aurora. Tidak peduli kalau Aurora adalah seorang manusia. Xander terus memperhatikan Aurora yang masih asik memetik bunga. "Ayo kita ke tempat lain! Aku sudah selesai memetik bunganya," ujar Aurora menghampiri Xander yang melamun. Xander tersentak dari lamunannya, tapi kemudian ia mengangguk. Dan kini ia mengajak Aurora ke ruangan santai yang biasanya digunakan keluarganya untuk bersantai dan meminum secangkir teh. "Astaga aku tidak percaya ini! Aku seperti di dunia dongeng saja!" pekik Aurora heboh saat melihat ruangan santai ini. "Aku jadi tidak ingin pergi dari sini!" lanjut nya. Tak henti-hentinya Aurora berdecak kagum. Xander tersenyum lebar mendengar ucapan Aurora yang terakhir. Aurora nya menyukai istana ini, dan Aurora nya tidak ingin pergi dari sini. Itu merupakan hal yang baik! Xander sangat senang mendengarnya. Dan Jack pun juga begitu senang, terlihat dari lolongan Serigala itu yang memenuhi pikiran Xander.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD