Chapter 3

1033 Words
Aurora membuka matanya perlahan, cahaya terang lampu menyapa nya terlebih dahulu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan itu dengan matanya. Perlahan semua nyawanya terkumpul. Aurora menatap bingung sekelilingnya, sebuah kamar dengan Warna hitam putih dan lampu yang terang benderang.   Perlahan kilasan memorinya datang. Ada seekor Serigala baik hati yang menyelamatkan nya dari Serigala yang lapar, dan muncul seorang pria bernama Xander yang mengaku telah menyelamatkannya. Aurora menggelengkan kepalanya. "Kau sudah bangun ternyata. Apa kau baik-baik saja?" tanya seseorang tiba-tiba menyentak Aurora yang sibuk dengan pikirannya. Aurora tersentak kaget dan dengan cepat ia menoleh ke sumber suara. Xander. Aurora mengangguk. "Aku baik-baik saja. Apa kau mau mengantarkanku ke perkemahan ku? Aku harus segera kembali. Mereka pasti mencariku," pinta Aurora dengan mata berbinar penuh harap. Kedua tangannya ia satukan di depan d**a dan menatap Xander dengan puppy eyes miliknya. Xander terlihat menggeleng tegas, seakan tak terpengaruh dengan tatapan lucu yang Aurora berikan. "Ini rumahmu sekarang." Aurora menatap Xander tidak percaya. "Hei, Ayolah! Kau hanya orang asing yang kebetulan menyelamatkan ku. Aku harus segera pulang!" pekik Aurora kesal. Hilang sudah wajah penuh memohon yang tadi ia berikan. Xander menggeram seperti Serigala, dia sangat tidak suka Aurora berkata dengan nada kesal seperti itu. Aurora menatap Xander horor. Apa pria itu baru saja menggeram seperti Serigala? "Jangan berteriak padaku!" seru Xander marah. Aurora terdiam dengan wajah pucat. Wajah pria bernama Xander ini berubah menjadi menyeramkan. Dan matanya. Oh tidak, matanya yang semula berwarna biru laut kenapa tiba-tiba menjadi hitam gelap? Aurora tertunduk dalam penuh akan ketakutan, apa yang harus ia lakukan sekarang? Aurora merasakan adanya jari tangan yang mengangkat dagu nya. Perlahan kepala Aurora terangkat. Xander, pria itu mengangkat dagunya dan menatapnya dengan lembut. Warna matanya juga sudah berubah kembali menjadi biru laut. "Maafkan aku yang membentakmu," ujar Xander dengan pandangan menyesal. Jari jempol kanan Xander mengusap pipi Aurora dengan lembut. Aurora terdiam. Tapi kemudian ia mengangguk pertanda ia memaafkan Xander. Lagi pula ia siapa? Jika ia semakin marah tidak jelas, bisa-bisa ia akan dihabisi Xander. "Siapa namamu?" tanya Xander dengan nada lembut. "Aurora Stevan, panggil saja Ara," jawab Aurora pelan. "Nama yang cantik, seperti orangnya." Xander menjeda kalimatnya. Senyum perlahan menghiasi wajah tampan Xander, kemarahnnya tadi suda menguap entah ke mana. "Aku mau kau tidak berpikir untuk kembali pulang ke duniamu, karena kau adalah mateku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. 20 tahun lebih aku menanti kehadiranmu, jadi jangan pergi ke mana pun," ujar Xander. Nadanya terdengar seperti memohon. Aurora menatap Xander bingung. "Kenapa kau menungguku? Kita padahal tidak saling kenal, dan apa itu Mate?" tanya Aurora dengan dahi yang mengerut dalam. Xander tersenyum melihat respon Aurora yang penasaran. Wajah gadis cantik itu tidak terlihat takut lagi padanya. Xander jadi lega. "Mate itu belahan jiwa, sayang. Dan tentu saja aku menunggumu, karena kau Luna ku, wanita yang diciptakan oleh Moon Goddess untukku seorang," ujar Xander. Kalimat terakhir yang di ucapkan pria itu membuat Aurora malu.    "Moon Goddess?" beo Aurora masih tak paham. Xander mengangguk. "Dewi bulan," balasnya. "Sebenarnya siapa kau ini?" tanya Aurora bingung. "Apa kau mau melihat wujud asliku?" tanya Xander yang langsung diangguki oleh Aurora. "Tapi sebelum itu kau harus janji dulu untuk tidak takut kepadaku dan tidak lari dariku," lanjut Xander memberikan jari kelingkingnya pada Aurora. Aurora memandang Xander tidak yakin. "Iya atau tidak?" tanya Xander sedikit mendesak. Aurora menghela napas. "Baiklah. Aku janji." Xander menghela napasnya sebelum merubah bentuk tubuhnya menjadi Serigala. 'Apa kau yakin Xander? Bagaimana kalau Aurora takut pada kita?' tanya Jack, tiba-tiba serigala itu merasa ragu dan cemas bahwa Aurora akan lari ketakutan melihatnya. 'Aku yakin, Jack.' Xander pun memutuskan mindlink sepihak. Sekarang ia akan merubah wujudnya menjadi Jack. Aurora menanti apa yang akan dilakukan Xander selanjutnya dengan jantung yang berdegup tidak karuan. Grrrr. Xander menggeram bak Serigala dan tubuhnya perlahan berubah menjadi Serigala, bulu-bulu, moncong khas serigala, taring yang tajam dan juga cakar yang panjang dan panjang perlahan keluar dari tubuh Xander.  Aurora melotot dan menatap tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini. Xander berubah menjadi Serigala! Dan Aurora ingat, itu adalah Serigala yang menyelamatkan nya kemarin! "Jangan takut," ujar serigala itu, yang tak lain adalah Jack. Aurora menggeleng dan mundur selangkah ke belakang. Suara Serigala itu berbeda dengan suara Xander, suara ini lebih terdengar serak dibanding suara Xander yang berat. Ya tuhan, apa yang terjadi? Kenapa dia bisa berubah menjadi seekor Serigala? "JANGAN MENDEKAT!" pekik Aurora spontan saat melihat Serigala itu mendekat ke arahnya. "Tenanglah, Aurora. Aku tidak akan menyakitimu," ujar Jack, nadanya terdengar sedih melihat penolakan yang dilakukan Aurora. Aurora menarik napasnya dalam-dalam, ia mencoba percaya dengan perkataan serigala itu yang tidak akan menyakitinya. Melihat Aurora sudah tenang, Jack pun maju selangkah lagi. "Aku Jack, wolf Xander. Kau adalah mate kami, kumohon jangan pergi dan jangan takut padaku dan Xander," ujar Jack. Aurora menautkan alisnya. Serigala bernama Jack ini berbicara seperti apa yang Xander katakan tadi. "Mendekat lah," pinta Jack. Aurora menggeleng kuat, "Tidak mau." "Kalau begitu aku yang mendekat," ujar Jack. Aurora terpaku di tempatnya, Jack semakin mendekat ke arahnya. Aurora menunggu apa yang akan dilakukan Jack selanjutnya. Jack mengendus-ngendus leher Aurora. Aroma Vanilla yang memabukkan memasuki penuh indra penciumannya. Aurora terkekeh. "Geli," gumamnya. Tangan Aurora tergerak ke wajah Jack yang berbulu dan menjauhkan wajah itu dari lehernya. Entah kenapa Aurora tidak merasakan takut lagi pada Serigala di depannya ini. Ia malah mengelus-elus bulu keemasan milik Serigala yang bernama Jack ini. Dalam pikiran Jack ia sangat senang karena Aurora tidak lagi takut padanya. 'Lihatlah, Aurora kita tidak takut lagi!' seru Jack pada Xander yang ada di dalam tubuhnya. Xander menyetujui ucapan Jack, ia juga sangat senang Aurora tidak takut lagi pada mereka. Kruyuk... Kruyuk... Pipi Aurora memerah. Perut nya berbunyi, dan bunyi nya sangat keras! Ya ampun, Aurora sangat malu. Aurora melihat Jack, Serigala itu tampak tersenyum menyeringai padanya. 'Baiklah, Aurora sudah lapar. Ganti shift sekarang, Jack,' ujar Xander. Jack sebenarnya tidak mau tapi apalah daya, matenya sudah lapar dan mau tak mau ia harus berganti shift dengan Xander. "KYAAA!!" pekik Aurora, dengan spontan Aurora menutup matanya dengan tangan. Serigala tadi berubah jadi manusia, dan itu adalah Xander. Tapi yang membuat Aurora kaget adalah kondisi Xander yang tidak memakai busana. Xander tertawa melihat sikap Aurora yang lucu menurutnya. "Hei! Pakai lah baju segera! Lagian kenapa bisa tiba-tiba tidak pakai baju sih?" omel Aurora. Gadis itu menggembungkan pipinya sembari memejamkan matanya. Xander terkekeh dan dengan cepat ia memakai bajunya yang ia ambil dengan cepat di lemari. "Memang seperti ini, kalau berubah jadi manusia lagi, tubuh memang tidak berbalut busana, Ara," ujar Xander. "Lain kali kalau mau seperti itu lagi, bilang-bilang. Jangan langsung berganti wujud gitu aja," ujar Aurora penuh peringatan. Xander mengangguk paham. "Ya sudah, ayo turun. Bukannya kau lapar?!" ajak Xander. Aurora mengangguk dan mengikuti langkah Xander.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD