“Kenapa tidak makan? Menunggu aku suapi?” Aurora memutar bola mata malas. Saat ini ia dan Aro tengah berada di sebuah restoran. Ia tak bisa menolak saat kedua orang tuanya menyuruhnya pergi bersama Aro. Aro tersenyum kecil dan mengatakan, “ Ada apa? Sepertinya kau tidak senang. Bukankah tadi sudah bicara dengan pria itu? Masih kurang? Kalau begitu hubungi dia, aku akan dengan senang hati mendengarkan pembicaraan kalian.” “Tsk. Tak bisakah kau berhenti? Kau sangat memuakkan.” Aro tetap menunjukkan senyuman palsunya sampai kemudian meletakkan pisau dan garpu dari tangan lalu mengambil tisu untuk mengelap tangannya. Ia menarik nafas panjang dan mengembuskannya dengan sedikit kasar dimana tangannya meremas tisu yang digunakannya membersihkan tangan sebelumnya. Ia pun kembali membuka suara.