“Kak, apa yang-”
PLAK!
Tamparan keras itu sukses mendarat di pipi Navaya hingga pipi gadis itu terluka akibat goresan kuku Chessy. Navaya memegang pipinya yang terasa nyeri.
Perlahan, gadis itu menoleh pada sang Kakak dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sakit menerima tamparan tersebut.
“K, Kak .... A, apa yang terjadi? Ke, kenapa Kakak menampar Navaya?” tanya gadis itu dengan suara gemetar.
“DASAR TIDAK TAHU DIRI! BERANINYA KAU MEREBUT AZKA DARIKU!” bentak Chessy dengan dadaa naik turun penuh amarah. Matanya menyalak menatap menatap Navaya.
“Apa yang Kakak katakan? Na-”
“Tidak usah pura-pura bodoh! Aku tidak akan tertipu denganmu!” bentak Chessy.
“Tapi, Kak. Navaya benar-benar tidak mengerti maksud Kakak. Navaya tidak pernah merebut pria itu Kakak,” bantah Navaya.
“Bohong! Kalau kau benar-benar tidak ingin menikah dengan Azka, kau pasti ikut menentang pilihannya! Tapi, apa?! Kau hanya diam seolah sudah menunggu hal itu! Dasar munafik!” Navaya menggeleng.
“Itu tidak benar, Kak. Itu tidak benar. Navaya ha-”
“DASAR TIDAK TAHU MALU!” bentak Chessy. Sekali lagi, tamparan keras kembali mendarat di pipi Navaya hingga gadis itu jatuh tersungkur ke lantai.
Tak cukup sampai di situ, Chessy langsung menarik rambut Navaya ke belakang dengan sangat keras. Wanita itu seolah tidak mengenal belas kasih sedikit pun.
Sementara Navaya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa merintih kesakitan dengan air mata yang mengalir di pipi. Ia hanya bisa pasrah menerima perlakuan sang Kakak yang seperti ini.
Di lain sisi, Devan yang sejak tadi menyaksikan perlakuan Kakak Sulung-nya terhadap Kakak Kedua-nya hanya menonton di tempatnya. Tak sedikit pun ia berniat untuk menolong Navaya dari Chessy.
“Dengar, Navaya! Kau itu hanya anak yang beruntung lahir di keluarga ini! Kau tahu? Tidak ada seorang pun di rumah ini yang mengharapkan kehadiranmu! Karena itu, harusnya kau tetap diam dan menyembunyikan dirimu selamanya agar tidak ada orang yang melihatmu!” kecam Chessy.
“Tapi, aku tidak menyangka kalau kau selicik ini! Beraninya kau menusukku dari belakang!” Wanita itu semakin menarik rambut Navaya ke belakang hingga membuat gadis itu kembali merintih kesakitan.
“Ka, Kak .... Sa ... kit ... Sakit ... Kak ...,” rintih Navaya berlinang air mata.
“Sakit?! Kau bilang ini sakit?! Lalu, saat merebut Azka dariku, apa kau pernah membayangkan betapa sakitnya hatiku?! HAH?!” bentak Chessy kemudian mendorong Navaya hingga kepala gadis itu terbentur ke sudut kayu tempat tidur dan menyebabkan luka lebam hampir mengeluarkan darah.
“Chessy! Apa yang kamu lakukan?!” seru Arfan menghampiri ketiga anaknya bersama Freya yang mengikut di belakang. Keduanya baru mengetahui pertengkaran tersebut setelah menerima laporan dari salah satu pelayan yang mendengar pertengkaran mereka.
“Navaya!” Freya bergegas menghampiri sang putri lalu memapahnya naik ke tempat tidur dengan lembut.
“Kenapa kamu melakukan ini pada Adik kamu, Chessy?!” bentak Arfan marah.
“Kenapa tidak boleh?! Dia telah merebut Azka dariku?! Dia telah merebut Azka dariku?! Harusnya aku yang menikah dengan Azka, bukan dia! Harusnya aku yang tersenyum malam ini, bukan gadis munafik ini!” seru Chessy.
“Hentikan, Chessy! Kamu sendiri tahu kalau Navaya tidak merebut siapa pun. Azka sendiri yang memilih Adik kamu. Bukankah kamu juga sudah mendengar alasan Azka kenapa dia lebih memilih Navaya?” tutur Arfan.
“Benar, Chessy. Kamu jangan bertindak seperti ini. Masih banyak pria di luar sana yang jauh lebih baik dari Azka. Jangan biarkan harga diri kamu jatuh hanya untuk pria itu,” sahut Freya.
“Kenapa kalian berdua jadi berpihak pada gadis sialann ini sekarang?! Apa karena dia yang akan menikah dengan Azka?! Atau karena keuntungan perusahaan yang sekarang berada di tangannya?! Bukankah pernikahan ini untuk memberikan perusahaan keuntungan yang besar, karena Papa dan Papa Azka akan memperpanjang kontrak kerja sama?! Pernikahan ini tidak lain hanya untuk bisnis Papa sendiri!” tukas Chessy.
PLAK!
“Pa!” seru Devan terkejut. Freya yang melihat pun ikut terkejut dengan tindakan suaminya.
“JAGA MULUT KAMU, CHESSY! TERNYATA PAPA TERLALU MEMANJAKANMU SELAMA INI SAMPAI KAMU BERANI MENGATAKAN HAL KONYOL ITU!” bentak Arfan penuh amarah.
“Gara-gara anak tidak tahu diri ini, Papa nampar aku?!” ucap Chessy tajam.
“Jangan berkata seperti itu pada Adik-mu Chessy!” pinta Arfan yang membuat Chessy semakin dihinggapi amarah.
“PAPA TIDAK SAYANG LAGI SAMA AKU!” teriak Chessy lalu pergi dari sana dengan kesal.
“Papa sudah keterlaluan!” tukas Devan kemudian ikut beranjak menyusul sang Kakak.
“Anak itu benar-benar tidak bisa di kasih tahu! Inilah akibatnya, karena terlalu memanjakan dia!” tukas Arfan tak habis pikir.
“Sudahlah, Mas. Tidak perlu khawatir. Mama akan bicara pada Chessy nanti,” ucap Freya yang diangguki oleh sang suami.
“Bagaimana dengan kening kamu?” tanya Arfan pada Navaya. Gadis itu pun hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Berhenti menggeleng setiap ditanya, Navaya. Karena sikapmu inilah kamu sampai terluka sampai seperti ini. Sekali-sekali, kamu harus melawan agar kamu tidak ditindas terus,” omel pria paruh baya itu.
“Mas, kamu ingin anak-anak kita salin bertengkar?” tegur Freya kemudian menyeka air mata Navaya.
“Bukan begitu. Tapi, Navaya ini terlalu polos dan lemah. Dia tidak tahu caranya melawan. Jika dia seperti ini terus, bagaimana dia akan melindungi dirinya sendiri nanti?” tutur Arfan.
“Untung saja Navaya akan menikah dengan Azka. Jadi, kita bisa sedikit tenang. Azka pasti bisa melindungi putri kita dengan baik.” Freya mengangguk setuju.
Sementara itu, Navaya hanya bisa menunduk mendengar percakapan kedua orang tuanya. Setelah mendengar ucapan Chessy tadi, kini ia tak tahu lagi mana dari ucapan orang tuanya yang tulus dan hanya sebuah kalimat hiasan untuk menenangkannya.
“Sayang, kamu tunggu sebentar di sini. Mama akan ambil obat untuk luka kamu dulu,” ucap Freya yang hanya dibalas anggukan oleh gadis itu. Setelahnya, kedua paruh tersebut beranjak dari kamar Navaya.
Sepeninggal kedua orang tuanya, Navaya menunduk dalam. Sekarang ia mengerti kenapa keluarganya menyetujui perjodohan yang bisa merusak hubungan persaudaraannya dan Chessy seperti ini.
Itu karena perjodohan ini memiliki perjanjian tersembunyi di dalamnya demi keuntungan perusahaan sang Ayah.
Navaya tak tahu lagi harus mengatakan apa tentang ini semua. Kini, hati Navaya menjadi sakit setiap memikirkan kalau dirinya-lah yang akan membawa perjanjian itu setelah ia menikah bersama Azka kelak.
Tangan Navaya terulur mengusap dadaanya yang terasa sakit. Sangat sakit hingga membuatnya sesak. Tanpa sadar, air matanya kembali mengalir memenuhi pipinya.
Sakit. Malam ini, Navaya merasakan sakit melebihi sakit yang Chessy berikan padanya setiap hari.
-------
“Azka,” panggil Shanum ketika sang putra hendak beranjak menuju kamarnya.
“Ada apa, Ma?” tanya Azka datar.
“Duduk di sini dulu. Mama mau bicara sama kamu,” pinta wanita paruh baya itu. Tanpa membantah, Azka menuruti ucapan sang Ibu lalu duduk di seberang Freya.
Sementara itu, Kevin –sang suami- sudah menghilang ke kamarnya. Sudah cukup ia melihat perdebatan di acara makan malam tadi. Sekarang, waktunya ia mengistirahatkan otaknya. Kevin tak sanggup mendengar ronde kedua dari perdebatan tersebut.
“Azka, Mama ingin bertanya pada kamu. Tapi, kamu harus menjawab dengan jujur,” ucap Shanum yang diangguki oleh pria itu. “Sebenarnya, apa alasan kamu lebih memilih Navaya dari pada Chessy?”
“Bukankah semuanya sudah jelas? Kenapa masalah ini kembali di bawa pulang?” tanya Azka.
“Bukan begitu. Mama hanya masih tidak mengerti kenapa kamu memilih Navaya,” ujar Shanum.
“Kenapa? Karena, dia masih kecil? Dia belum dewasa?” tanya Azka.
“Tentu saja itu salah satunya,” ucap Shanum.
“Jadi, menurut Mama, aku harus memilih Chessy?” tanya Azka.
“Bukankah itu sudah pasti? Chessy adalah gadis yang cantik, baik, ceria, dan mandiri. Dia bahkan sudah memiliki usaha sendiri. Pastinya, itu bagus untuk mendukung pekerjaan kamu. Bisa dibilang, Chessy merupakan istri yang terbaik untuk kamu,” tutur Shanum.
“Kupikir, pilihannya berada di tanganku. Sejak awal, aku boleh memilih salah satu di antara mereka. Lalu, kenapa sekarang pilihanku dipertanyakan? Kalau memang kalian ingin aku menikah dengan Chessy, kenapa aku harus diberikan hak pilih? Kenapa Mama tidak langsung saja menikahkan kami berdua tanpa harus menunggu ajang pemilihan ini?” tukas Azka.
“Lagi pula, dari mana Mama tahu kalau Chessy adalah istri terbaik untuk aku? Bukankah ini juga pertama kalinya Mama bertemu dengan mereka berdua?” Shanum membisu. Tak bisa membantah ucapan sang Putra.
“Kalau sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, aku mau ke kamar dulu,” pamit Azka kemudian langsung beranjak ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Azka langsung meletakkan jasnya di atas tempat tidur, Menanggalkan dasi dan melepas dua kancing teratas kemejanya. Helaan napas keluar dari bibir tipisnya yang berwarna merah muda. Bukti bahwa pria itu tak pernah menyentuh rokok.
Azka melangkahkan kaki menuju meja nakas lalu meneguk air minum yang selalu tersedia di sana. Setelahnya, pria itu kembali menyeret kakinya menuju walk in closet dengan niat untuk mengganti pakaian.
Akan tetapi, langkah Azka terhenti ketika ia menerima sebuah pesan. Seusai membalas pesan tersebut, Azka mengurungkan niat untuk mengganti pakaian lalu kembali mengenakan jasnya. Setelah selesai, pria itu langsung keluar dari kamar dan turun ke bawah.
“Azka,” panggil Shanum ketika melihat sang putra hendak pergi. “Kamu mau ke mana?” tanyanya.
“Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawab Azka.
“Di jam begini?” tanya Shanum dengan kening mengerut yang diangguki oleh sang putra.
“Tapi, ini sudah hampir jam 10 malam. Pekerjaan apa yang harus kamu selesaikan di jam begini? Tidak bisa ditunda besok saja?”
“Ada yang salah dengan kontrak kerja sama yang harus di tanda tangani besok. Jadi, aku harus menyelesaikannya malam ini,” jelas Azka. “Aku pergi dulu,” pamitnya kemudian bergegas pergi dari sana sebelum sang Ibu kembali melontarkan pertanyaan lain.
Begitu masuk ke dalam mobil, pria itu langsung melajukan mobilnya menuju sebuah gedung apartemen yang berjarak cukup jauh dari rumahnya. Butuh waktu hampir 2 jam untuk tiba di sana.
Namun, karena malam ini kondisi jalanan kota Jakarta cukup lenggang, jadi hanya butuh waktu 1 jam 30 menit bagi Azka untuk tiba di gedung apartemen tersebut.
Seusai memarkirkan mobilnya di basement, pria itu langsung masuk ke dalam lift menuju lantai 6. Setiba di lantai tujuannya, Azka langsung melangkahkan kaki menuju unit apartemen tujuannya dengan langkah yang ringan.
Setelah tiba di depan pintu unit apartemen tersebut, Azka langsung memasukkan password pintu lalu membukanya. Baru saja pintu terbuka, sebuah suara yang berasal dari dalam lebih dulu menyambut kedatangan pria itu.
“Sayang~”
-------
Love you guys~