Bab 4. Kacau

1333 Words
Bianca membenturkan kepalanya ke meja sembari terus bergumam, “Bodoh, bodoh, bodoh!” “Berhenti, Bianca!” seru Zita galak. Bianca mendongak. “Kayaknya gue nggak bakal lolos, deh,” keluhnya dengan kening memerah dan wajah cemberut. “Emang lo ngapain sih tadi? Lo ngereog?” sahut Zita ketus. Wanita berkulit putih itu memang terkenal galak dan ketus, tapi di balik sifatnya yang tajam itu sebenarnya hatinya sangat baik dan perhatian. Sepasang sahabat itu bertemu usai Bianca menyelesaikan seluruh rangkaian interview dan psikotes yang bertepatan dengan jam pulang kerja Zita. Kafe di depan kantor Zita menjadi tujuan mereka saat ini. “Bukan ngereog lagi, Zi, gue tantrum!” “Serius lo?!” Zita mendelik tak percaya. “Ck, enggaklah. Aduh … tapi beneran deh, kayaknya gue nggak bakal lolos.” Bianca kembali merengek. “Ya tapi kenapa? Lo ada ngelakuin kesalahan? Lo nggak bisa jawab pas ditanya HRD?” Zita bertanya kemudian menyuapkan satu gulungan besar spaghetti ke mulutnya. “Gimana ya bilangnya?” Bianca menggumam bingung. Makanan di hadapannya belum juga ia sentuh. “Tinggal bilang susah amat? Kayak sama siapa aja lo, Bi,” gerutu Zita sembari terus mengunyah makanannya. Ia lapar sekali. Pekerjaannya membuatnya terpaksa melewatkan makan siang. “Lo pasti udah nebak kalau semalam gue habis tidur sama stranger?” “Oh, jelas! Mana ada orang pergi mabok terus baru pulang pagi tapi nggak ngapa-ngapain? Tentu tidak ada, Sobat. Lo pasti habis menikmati malam panas sama stranger. Hm, gue tebak, cowoknya ganteng, mukanya tegas tapi kelihatan garang, badannya bagus dan tinggi, apa lagi, ya….” “Kok lo tahu banget selera gue, sih?” “Taulah! Semua mantan lo begitu bentukannya. Makanya gue heran waktu lo akhirnya nikah sama Rey yang nggak masuk banget di tipe cowok lo. Yah … untungnya sekarang udah cerai, sih.” Zita mengedikkan bahu, kembali menyantap makanannya. “Jadi apa yang mau lo ceritain, Bianca?” “Oh iya!” Bianca mendesah pelan sebelum menjawab. “Tebakan lo bener semua. Gue habis tidur sama stranger dan ya … he looks so damn hot! Dia tipe gue banget, Zita!” serunya dengan wajah mupeng. “Ya ya ya, terus apa hubungannya sama interview lo hari ini?” Wajah antusias Bianca berubah lesu seketika. “Gue ketemu dia lagi hari ini.” “Oh ya? Di mana?” “Di ruang interview.” “Hah?! Maksud lo gimana sih, Bi?” “Ternyata dia manajer pemasaran di perusahaan lo, Zita! Huaaaah, gue harus gimana, Zi? Gue juga ngelamar di bagian pemasaran tahu! Huhuhu, kayaknya gue beneran nggak bakal lolos, deh.” Bianca merengek seperti anak kecil yang sedang tantrum. Zita ternganga, matanya mengerjap-ngerjap. “Jadi … semalam lo tidur sama pak Kala?!” Tatapannya berubah ngeri. “Kalandra? Iya. Eh, kok lo tahu?” “Gue satu tim sama dia, Bianca!” Zita berseru kesal, memukul lengan sahabatnya dengan cukup keras. “Kok lo gebukin gue, sih? Gue lagi bernasib sial, Zi, harusnya disayang-sayang.” “Mana ada? Gue juga sial gara-gara lo. Pokoknya kalau lo lolos, lo jangan coba-coba buat nunjukin kalau kita deket. Gue nggak mau ketenangan hidup gue di tempat kerja jadi terusik gara-gara masalah kalian!” Zita menjerit frustasi, tak peduli dengan berpasang-pasang mata yang kini menatap ke meja mereka. “Nggak usah lebay gitu, deh. Gue nggak bakal lolos, Zi. First impression udah jelek gini.” Bianca tertunduk lesu. Memainkan garpu di tangannya. Melihat itu, Zita sedikit merasa sedih juga. “Taruhan yuk!” “Hah? Taruhan apa?” “Gue yakin lo bakal lolos. Lo udah nyantumin kalau lo berpengalaman jadi beauty vlogger kan?” Bianca mengangguk, tapi wajahnya masih bingung. “Perusahaan gue lagi mau launching produk baru dan target pasarnya tuh konsumen gen Z yang deket banget sama internet. Dengan pengalaman lo itu, gue yakin lo bakal lolos.” Wajah Bianca seketika berseri-seri. “Seriusan, Zi?” Zita mengangguk mantap. “Tapi kalau gue lolos berarti gue bakal sering ketemu si Kalandra itu?” Bahu Bianca mendadak turun, lesu. “Udahlah, nggak usah dipikirin. Palingan juga canggung awal-awal aja, asal lo bikin batasan yang jelas selama di tempat kerja, gue yakin nggak bakal ada kejadian apa-apa.” “Beneran?” “Iya. Pokoknya lo harus tetep profesional dan membedakan dengan jelas urusan pekerjaan dan urusan pribadi. Lama-lama juga bakal lupa sendiri.” Zita mengedikkan bahu, lanjut menyantap makanannya hingga tandas. Bianca termenung sejenak, masih gelisah dan ragu. Tapi pada akhirnya ia setuju dengan ucapan sahabatnya. Sayangnya, apa yang telah menunggu Bianca di depan sana, tidak sesederhana ucapan Zita. *** Bianca dan Zita baru saja tiba di lobi apartemen ketika mereka melihat mobil milik Rey terparkir di halaman lobi. “Mobil mantan lo kan?” tanya Zita. “Iya. Ngapain di sini?” “Lo ngasih tahu dia kalau lo numpang di tempat gue?” Bianca menggeleng, wajahnya terlihat bingung. Namun kebingungannya segera terjawab begitu mereka memasuki lobi, sudah ada sepasang pengantin baru yang menunggu mereka. Rey menatap Bianca dengan seringai tipis, sementara di sebelahnya, Gita terus merangkul lengan suaminya sembari menyembunyikan tubuhnya sedikit ke belakang pria itu. Seolah takut Bianca akan menyerangnya. Bianca dan Zita mendengus bersamaan. “Kok mereka ada di sini, Bi?” bisik Zita kesal. “Gue juga nggak ngerti. Pokoknya lewatin aja kalau mereka nggak manggil,” balas Bianca tak kalah kesal. Sayangnya, Rey sudah memanggil Bianca sebelum mereka sempat melewati pasangan pengantin baru itu. “Ada apa?” tanya Bianca ketus. Rey mengeluarkan sebuah kunci yang amat Bianca kenali. Itu kunci rumah Rey. “Ngapain lo ngasih kunci rumah lo ke gue?” Bianca mengernyit heran. “Lo lupa? Lo masih punya barang-barang di sana. Beresin semuanya, gue balik dari honeymoon udah nggak boleh ada barang-barang lo di sana, paham?” Rey memberi perintah sembari menatap mantan istrinya remeh. “Masih untung nggak ada yang gue buang, terutama peralatan make up lo yang bejibun itu.” Gita menutup mulutnya dengan tangan, mendelik kaget. “Jadi selama ini uang yang kamu kasih cuma dipake buat beli alat-alat make up, sayang?” sindirnya dramatis. “Percuma, meski muka lo dipoles kayak apapun tetep nggak bakal bisa nutupin fakta kalau lo mandul!” sembur Rey tajam. Ia terkekeh di ujung kalimatnya. Bianca mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Membalas tatapan meremehkan dari mantan suami dan istri barunya itu. Di sebelahnya, Zita tak kalah kesal. Jika bukan di lobi, mungkin mereka berdua sudah akan mengamuk, mencakar-cakar wajah sombong dan menyebalkan itu. Bianca menyambar kunci di tangan Rey, mendengus kasar. “Titipkan pak Dwi kalau udah beres. Ingat, jangan berani-berani lo sentuh barang-barang gue atau Gita.” Rey menyebutkan nama satpam rumahnya sekaligus memberi peringatan. “Oh ya, satu lagi. Kapan lo mau bilang ke orang tua lo kalau kita udah cerai? Soalnya gue risih, mereka minta uang terus.” Sesaat setelah dirinya diusir oleh suaminya sendiri, Bianca memang meminta Rey untuk tidak memberitahukan soal perceraian mereka pada orang tuanya. Bianca yang akan mengurus itu. Karena itu, sekarang ia berusaha mencari penghasilan tetap bulanan untuk memberikannya pada orang tuanya seperti yang biasa dilakukannya dahulu. Bedanya, dulu ia menggunakan uang yang Rey berikan. Penghasilannya dari menjadi beauty vloger tidak bisa diandalkan karena nominalnya tidak menentu. “Ck ck ck, anak dan orang tua sama aja. Duit melulu yang dipikir,” komentar Gita sembari tertawa sinis. Bianca tak menggubris, hanya memutar bola matanya, ia muak. “Biar itu jadi urusan gue. Kalau ortu gue telepon minta duit lagi, bilang suruh minta gue aja,” tukasnya kemudian segera berlalu dari hadapan mantan suaminya. “Ck, udah mandul ternyata nggak sopan juga,” desis Gita sesaat setelah Bianca dan Zita berlalu. Sepasang sahabat itu tentu mendengar gumaman Gita, tapi mereka malas ribut. Tubuh mereka sudah lelah, tidak ingin menambah masalah hanya untuk meladeni ular berbisa itu. Namun Bianca berjanji dalam hati, ia akan menyumpal mulut tajam pelakor itu. Ia juga akan membungkam kesombongan Rey suatu saat nanti. Tak apa meski waktu yang ia butuhkan untuk membalaskan sakit hatinya sangat lama, tapi ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika pasangan pengkhianat itu hancur bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD