***AUTHOR*** Ervan melangkah gontai, menuju kamar tidurnya, dibawah tatapan Bi Imah, dan Bi Isah. Ingin sekali mereka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi ancaman Bu Herlina membuat hati mereka meragu. Bu Herlina mengancam akan memecat mereka semua, kalau ada yang buka suara perihal keguguran yang dialami Puspa. Ervan melangkah memasuki kamar tidurnya, dilihat Wulan duduk di atas tempat tidur, dengan berurai air mata. Ervan menarik nafas berat. Ia sadar kalau, harus menguatkan Wulan, dan tidak ikut larut dalam kesedihan, setidaknya saat berada di hadapan Wulan. Ervan memeluk bahu Wulan. "Sudahlah, Dek. Puspa sudah memilih jalannya sendiri, mungkin dia merasa lebih bahagia, jika tidak bersama kita," kata Ervan berusaha menenangkan Wulan. Ucapan itu mengiris hatinya sendir