Chapter 02

1045 Words
Sejak kejadian kecopetan hari itu, Mayang keinget terus dengan sosok pria yang menolongnya. Pria yang terlihat dingin tapi justru membuat Mayang ingin bertemu lagi dan mengenalnya. "Kamu ngelamunin apa sih? Ayo bantu. Warung kita lagi ramai nih!" Seru Resa mengagetkan Mayang yang sedari tadi sibuk melamun sambil mengaduk-aduk masakannya. "Eh... iya maaf. Aku sebentar lagi ke depan. Ini tanggung dikit lagi mateng rendangnya." "Oke jangan lama-lama ya. Apalagi kelamaan melamun. Ngga baik. Entar di samber setan." Mayang tertawa. Resa kembali lagi ke depan untuk melayani pelanggan pelanggannya yang kelaparan. Maklumlah ini jamnya makan siang. Sudah dipastikan perut para pekerja sudah berbunyi nyaring minta diisi. Setelah dirasa matang, Mayang segera menaruh rendang buatannya di dalam sebuah wadah cukup besar lalu ia bawa ke warung untuk disajikan. Benar kata Resa. Warung mereka mulai dipenuhi para pekerja yang sudah kelaparan. Mayang segera membantu Resa menyajikan menu makanan milik pekerja. Mata Mayang langsung berbinar saat melihat sosok pria yang selama ini ia impi-impikan, ternyata hadir di warungnya dan tengah antri untuk makan siang. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya tiba-tiba bergetar. Kepalanya terasa kosong sampai sampai salah menaruh lauk yang dipesan oleh pelanggannya. "May kamu salah taruh lauk. Abangnya minta ikan tongkol balado kamu kasihnya ayam balado. Gimana sih!" "Oh ya ampun. Maaf Abang. Saya buatkan lagi ya." Mayang merasa bodoh karena tingkahnya sendiri. "Gpp Mba. Sama Ayam balado juga gpp," ucapnya sambil tersenyum. Mayang benar benar tidak enak karena salah melayani. "Ditambah oseng toge ya Mba. Jadi totalnya berapa?" "Dua puluh ribu Bang." Pria itu menyodorkan uang dua puluh ribu lalu segera mencari kursi dan meja yang kosong. Kini giliran Yudan dan temannya yang memesan makanan. Resa yang pengertian langsung mencatat pesanan temen Yudan sementara Mayang yang mencatat pesanan Yudan. Resa menahan senyumnya melihat Mayang yang tampak kikuk berhadapan dengan Yudan. Apakah pria itu yang membuat Mayang sampai kalang kabut seperti itu," pikirnya. "Wah ngga ada meja dan kursi yang kosong lagi nih, Yud." Seru teman Yudan. Pria itu pun celingak celinguk mencari tempat kosong tapi semuanya penuh. "Em... Mau di dalam Bang? Tapi lesehan," tawar Mayang ragu. Yudan dan temannya saling berpandangan. "Memangnya boleh di dalam?" "Boleh saja Bang. Dari pada Abangnya makan sambil berdiri, mending di dalam sambil lesehan." "Gimana Yud? Mau sambil lesehan?" "Ya udah deh dari pada ngga dapat tempat." Yudan memutuskan untuk menerima tawaran si penjaga warung untuk masuk dan lesehan di dalam. "Oke Mba. Kami lesehan saja. Makasih ya." "Sami sami Bang. Mari silakan." Mayang membuka pintu samping warung membiarkan kedua pria itu masuk. Ia mengantar keduanya masuk ke dalam warung. Sebuah tikar tergelar di dalam sana. Yudan dan temannya segera duduk manis sambil menikmati sapuan angin dari kipas yang terpasang di dinding. "Wah... kebetulan banget lagi panas diluar. Dapat tempat vip mana pake kipas pula. Makasih ya Mba," ucap Wisnu yang disambut senyum oleh Mayang. Yudan yang menjadi pusat perhatian Mayang tidak berkomentar apapun. Ia langsung menyantap menu makan siangnya. "Silakan menikmati. Mau minum apa?" "Aku es teh manis mba. Kamu mau apa Yud?" "Air putih aja," jawabnya singkat. "Oke. Ditunggu ya." Wisnu mengacungkan jempolnya. Mayanh segera beranjak dari sana untuk menyiapkan pesanan Yudan dan Wisnu. "Kamu dingin banget sih Yud." "Maksud kamu?" "Kami ngga merasa ya kalo si Mba yang tadi perhatiin kamu terus. Tapi kamunya cuek bebek." "Oh ya. Ngga merasa tuh." "Ck!! Makanya peka dong." "Buat apa? Inget udah ada anak dan isteri di rumah." "Itu kan di rumah Yud. Disini kamu single," goda Wisnu sambil tertawa. "Gila kamu!" "Gpp kalo Yud. Lumayan buat happy happy." Yudan tidak menanggapi ucapan temannya. Tak lama minuman mereka pun datang. Setelah mengobrol sejenak, Yudan dan Wisnu kembali ke tempat mereka bekerja. *** Di rumah. "Jadi, Abang itu yang mencuri perhatian kamu selama beberapa hari ini?" Resa langsunh menodong Mayang yang sedang menyaingi kangkung yang akan mereka masak besok subuh. "Apaan sih Res." "Udah deh ngaku aja. Kamu kesengsem ya sama Abang yang cuek itu. Sampai sampai salah kasih lauk lagi." Resa kembali menyinggung kebodohan Mayang tadi siang. "Udah ah malu tahu. Untuk si Abangnya ngga protes." "Lagian sampai segitunya. Tapi ngomong ngomong itu Abang cuek ganteng banget sih. Maskulin gitu. Iya ngga." Mayang tersipu malu. Wajahnya memerah karena ucapan Resa. "Iya gitu deh." Resa tertawa. "Mayang Mayang. Sekalinya jatuh cinta eh sama laki orang." "Maksud kamu Abang tadi udah punya isteri?" "Udah. Dia udah nikah. Anaknya perempuan baru umur 15 bulan kalo ngga salah. Tadi aku iseng tanya-tanya sama rekan kerjanya. Namanya Yudan. Dia udah nikah dan lagi program anak kedua sama isterinya." Mendengar kenyataan bahwa pria yang ia sukai sudah berkeluarga, Mayang menjadi sedih. "Lebih baik hapus rasa dihati mu untuk dia. Dia udah ada yang punya May." "Kamu sok tahu. Aku cuma kagum sama dia kok. Kagum bukan berarti suka," sangkal Mayang. "Kamu itu ngga bisa bohong Mayang. Mulut kamu bilang cuma kagum doang ngga sayang tapi hati mu berkata sebaliknya. Aku percaya kamu bakal dapat pendamping yang lebih baik lagi. Tapi bukan suami orang ya." Mayang semakin murung. Ia memilih masuk ke kamar dan mengurung diri disana. Resa menggelengkan kepalanya melihat Mayang yang sedih dan kecewa. Tapi mau bagaimana lagi. Mayang harus tahu kebenarannya. Ia harus menyingkirkan perasaannya yang baru saja tumbuh untuk Yudan. Resa tidak ingin temannya itu menjadi perusak rumah tangga orang lain karena ia sendiri tahu bagaimana rasanya disakiti oleh pelakor. *** "Kamu masih marah sama aku, May?" Tanya Resa saat keduanya tengah beberes untuk membuka warung. "Marah? Marah kenapa?" "Yang semalem lagi kita bahas May. Aku minta maaf untuk itu tapi aku harus lakukan itu. Aku ngga mau kamu jadi pelakor. Aku lakukan itu karena aku sayang kamu May." Mayang tersenyum simpul. "Kamu tenang aja. Aku memang sedih saat tahu Bang Yudan sudah menikah. Benar kata kamu, aku ngga boleh jadi pelakor. Cukup aku yang tersakiti sama pelakor." Resa tersenyum senang. "Nah gitu dong. Kamu harus bisa kendalikan perasaan kamu untuk Yudan. Kasihan anaknya nanti." "Iya aku tahu kok. Yuk buka warung aja." "Oke. Oh iya nanti siang aku mau pergi dulu ya. Mau ambil pesanan risol di teman ku. Dia mau titip jualin risol buatannya di warung kita. Siapa tahu laku kan lumayan." "Gampang. Pergi aja." "Kamu gpp aku tinggal sendiri?" "Gpp. Tenang aja pasti ke handle kok." "Syukurlah. Ya udah nanti aku pamit bentar ya." "Oke." Ayo Mayang kamu harus semangat! Ucapnya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD