Kaella and Gabriel (Bag.1)

1207 Words
"Truth or dare?" Empat orang yang membundar itu kompak menatap Kaella. Botol wine kosong baru saja berhenti berputar, mengarahkan moncongnya pada Kaella. "Truth," balas Kaella mantap. Semua orang langsung menghela nafas malas. Mereka berlima sudah memainkan permainan ini sejak tadi, dan nggak ada yang berani ambil tantangan. "Mana berani dia ambil dare," seru Titian sambil beringsut menyender pada d**a Rafa di sampingnya. Rafa langsung menyambutnya dengan pelukan tangan kiri, sengaja turun lalu meremas p******a cewek itu sekali sampai Titian menaboknya. "Dare bego Kael, Dare!" itu suara Dami, cowok berkulit cokelat itu daritadi semangat banget menyuruh semua orang ambil dare. Padahal tadi pas dia sendiri juga nggak mau ngambil tantangan. "Bacot banget sih. Truth udah!" tegas Kaella final. "Banci ah," maki Sera sambil menuangkan botol wine yang masih penuh ke dalam gelas panjang, lalu menenggaknya. "He t***l, dia cewek. Kalo banci noh si Ega, doyannya sesama jeruk," Dami ikut menuang minum. Ega yang dimaksud cowok itu adalah Gabriel, begundal andalannya 71, yang kalau natap doang udah berasa kayak ditusuk belati, tajem banget, udah gitu gak tanggung lempar orang kalau lagi kesal. Katanya suka ikut balap liar, keciduk polisi udah biasa, tapi bebas tanpa syarat karena ayahnya pengusaha. "Eh tiati orangnya denger!" Sera menggeplak paha Dami kencang. Jadi, sekarang malam hari, dini hari malah karena jarum jam hampir mengarah ke angka dua. Enam orang manusia berstatus pelajar SMA 71 sedang mengadakan party atas kemenangan Sera dalam perlombaan cheerleader antarsekolah se-Jakarta. Tadi niatnya Sera, Titian, dan Kaella hanya mampir ke puncak sebentar, namun bertemu Dami dan Rafa saat hendak pulang, dan dua cowok itu ngajak bermalam di villa. Nggak tau darimana datangnya, dua jam lalu Gabriel nyusul dan langsung masuk kamar, capek katanya habis kelahi sama anak situ. Lalu mereka main truth or dare tanpa Gabriel. "Udah dare aja kenapa si, Kael? Ngantuk nih butuh hiburan," usul Dami masih tidak mau menyerah. "He lo pikir gue sudi nurutin tantangan di otak b***t kalian?!" tolak Kaella mentah-mentah. Tahu banget anak buah Gabriel itu pasti b***t semua. Orang ketua gengnya aja begitu. Kebayang Dami sama Rafa isi otaknya s**********n doang. Rafa bahkan tangannya udah ngusap-ngusap pangkal paha Titian, pantes cewek itu jadi pendiam. Diam-diam keenakan sih itu. "Nggak Kael nggak. Nggak bakal suruh lo sepongin gue, nggak!" Dami ini kekeuh banget. Entah apa yang ada di otaknya kalau Kaella sampai nurut ambil dare. "Oke. Dare!" Kaella membalas malas. Yaudah lah. Suruh sepongin juga gak masalah. Kaella bukan penganut aliran cewek sok suci yang ngebet gaul tapi takut digauli. Udah beberapa kali nyicip pisang daging juga kok. Dami langsung tersenyum miring. "Ke kamar Gabriel, godain sampe ngaceng, tapi jangan ML." "Anjing! Lo pengen gue mati?" Kaella sampai berkata kasar saking kagetnya. Bukan cuma Kaella, yang lain juga melongo mendengar tantangan Dami. Ini Gabriel loh. Cowok yang udah biasa ketimpuk tongkat besi. Mana ada yang berani gangguin dia. Mana orangnya lagi tidur. Suruh terangsang lagi. Kaella cuma punya satu nyawa kali. "Udah nggak bisa diganti. Sono buru. Gue penasaran apa dia emang lebih suka pedang-pedangan atau belah duren," Dami mendorong pelan bahu Kaella. "Harga diri Kael kalau lo nggak bisa bikin burung Gabriel berdiri," bisik Sera sambil cengengesan. Iyalah harga diri. Dengan bodi semontok ini, Kaella nggak pernah gagal puasin cowok yang pernah main sama dia. Tapi ini Gabriel. Yang orientasi seksualnya dipertanyakan. Kalau beneran homo gimana? Bukannya sukses bikin burungnya berdiri, yang ada Kaella mati berdiri. "Orangnya lagi pules. Yakali gue bangunin. Gue belum tobat mau mati. Dosa gue segunung!" Kaella masih saja menyanggah. Sebenarnya dia udah deg-degan nggak karuan. Namun Dami tidak menyerah, dia bangkit dan mengangkat paksa tubuh Kaella lalu masuk ke kamar Gabriel dan menurunkan cewek itu. "Good luck," lirihnya sebelum pergi menutup pintu, sempat mengedipkan sebelah matanya. Kaella jadi bingung sendiri ditempatnya. Ia memandangi Gabriel yang sedang terpejam dengan posisi telentang. Cowok itu nggak pakai baju, tapi celana jeans hitam masih utuh ditubuhnya. Ada tato abstrak di bahu kanan dan juga dadanya. Kaella meneguk ludah, perlahan berderap mendekati Gabriel. Ia menaiki ranjang pelan-pelan karena takut membangunkan sang singa yang lagi pulas. Detak jantungnya nggak usah ditanya. Bahkan Kaella yakin dia sudah gila karena lebih mempertahankan harga diri daripada nyawanya sendiri. "Ga, Ega," Kaella menggoyangkan lengan cowok itu dengan hati-hati. Tiba-tiba gerakan Gabriel tidak bisa diprediksi oleh Kaella. Cowok itu menarik tangannya lalu secepat kilat sudah ada diatasnya, dengan tangan mencengkram leher Kaella erat. "Uhuk,," Kaella terbatuk tidak bisa bernafas dengan benar. Gila sih ini. Gabriel mencekiknya! Ini namanya pembunuhan! Kaella menepuk-nepuk lengan kekar Gabriel agar melepaskan cekikannya. "Ngapain lo disini?" desis cowok itu tajam. "Lephhas, uhuk." Gabriel menjauhkan tangannya dari Kaella, namun tidak dengan tubuh dan tatapan tajamnya. Kaella menarik nafas banyak-banyak. Dia baru saja merasakan apa yang namanya sekarat. Gila sih! Gabriel masih diam membiarkan Kaella bernafas. "Gue tuh, anu," akhirnya cewek itu bersuara lagi, namun grogi karena tatapan Gabriel beneran mirip laser yang merontokan nyalinya jadi debu. Cup! Kaella mencium Gabriel sekilas. Cowok itu masih tidak bereaksi. "Wanna taste me tonight?" Setelah mengumpulkan keberanian, Kaella mencoba menggoda Gabriel. Dia mengecup bibir itu lagi lebih lama dan lebih dalam. Udah ngaceng belum, ya? Batin Kaella. Dengan jarak setipis ini, harusnya sih kalau Gabriel ereksi, Kaella bisa merasakannya. "Gue tanya lo ngapain?" Suara Gabriel masih dingin dan berat, matanya tidak berhenti mengintimidasi. Kaella masih berusaha tenang menghadapi singa jantan satu ini. Tangannya meraba leher Gabriel, kemudian turun ke d**a, lalu ke perut. "Rafa sama Titian. Dami sama Sara. Gue nggak ada temennnya," ujarnya centil. Gabriel menaikan alisnya. "So?" "Gue sama lo, ya?" Kaella hampir berhasil menyentuh pusaka Gabriel, namun tangannya segera ditangkap dan dikungkung oleh lengan besar Gabriel. "Yakin? Tahan berapa ronde?" Njir. Pertanyaan menggoda. Nggak mungkin kalau nggak ML. Ini sih bukan Gabriel yang mau, tapi Kaella. Membayangkan betapa perkasanya Gabriel diatas ranjang aja sudah mampu membuat Kaella meneguk ludah. "Nggak bakal tau kalau belum coba, kan?" Kaella sengaja menjilat bibir Gabriel. Tangannya segera lepas dari cengkraman karena Gabriel menyerbunya tanpa ampun. Lumatan-lumatan dalam dan goyangan lidahnya di mulut Kaella mampu membuat cewek itu hilang akal. Kaella perlu menjauhkan wajahnya untuk bernafas. "Lo jago banget ciuman." Gabriel hanya menyungging senyum miring. Kembali memagut Kaella dengan rakus. Cewek itu berusaha mengimbangi permainan Gabriel. "Ngghhhh," Kaella melenguh ketika dua jari Gabriel dimasukan di bawah sana. "Ga, ssshhhh, enak," Kaella bergerak erotis karena Gabriel mengocok jarinya dengan cepat. Sensasinya luar biasa. "Bibir lo seksi," Gabriel tidak ingin melepaskan bibir sensual Kaella. Dipagutnya terus bibir itu sambil terus memuaskan Kaella di bawah sana. "Woy woy woy! Eh anjir Kael! Ngapa jadi lo yang keenakan!" Suara Dami menghancurkan semuanya. Gabriel langsung berhenti dan merapikan kembali celana Kaella. Sedangkan Kaella masih dengan nafas tak teratur akibat hasratnya yang nanggung banget. Bangke Dami! "Lo tau gunanya pintu itu buat diketuk sebelum masuk?" tanya Gabriel sarkas. Dami tidak mempedulikannya dan malah bertolak pinggang. "Si Kaella noh. Dibilangin jangan sampe ML, malah dia yang pengen, bego banget dia dah." Gabriel mengerutkan kening tidak mengerti. "Eh, Eung, Kael, lo nggak ngomong ke Ega tantangannya?" Dami jadi meneguk ludah melihat ekspresi bingung Gabriel. Mati gue. Kaella sudah mengutuk Dami dengan nama-nama binatang dalam hatinya. "Tantangan?" Mata Kaella dan Dami berlari kasana kesini dari tatapan Gabriel. Kemudian terdengar Gabriel hanya menghembuskan nafas pendek. Ia menghujani Kaella dengan tatapan dingin sebelum akhirnya pergi dari kamar. Tidak. Gabriel pergi dari villa.   ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD