06 - Liar

1167 Words
Claire terus berusaha untuk menyentak tangan Alex dari dirinya. Namun, usahanya memang sia-sia saja. Tenaganya dan Alex tidak sebanding sama sekali. Pria itu memiliki kekuatan yang sangat besar dan dirinya? Dia hanya gadis kecil yang tidak akan sebanding tenaganya dengan Alex. “LEPASKAN! AKU TIDAK MAU IKUTTT!” teriak Claire menarik perhatian semua orang di lobi hotel. Semua orang itu tidak berani menolong. Apalagi keamanan di hotel ini yang mengetahui Alex adalah pemilik hotel ini. Mereka tidak mengetahui siapa yang ditarik oleh Alex. Yang mereka tahu kalau gadis itu sangat cantik dan sangat muda sekali. Dan mereka mengerutkan kening melihat gadis itu hanya memakai pakaian pegawai. Dan mereka tidak tahu pakaian pegawai apa itu. apakah pemilik hotel ini jatuh cinta pada gadis yang biasa saja. Ah … kisahnya sangat romantis seperti dalam kisah romansa percintaan. “Kau jangan berteriak.” Alex mendesis dan menatap tajam pada Claire. Claire mengabaikan Alex dan menatap pada orang yang menatap mereka dengan tatapan bingung. Claire menarik napasnya dan melepaskannya kasar. Dia harus berteriak dan tidak peduli Alex akan semakin marah pada dirinya nanti. “TOLONG AKU INGN DICULIK OLEH DIA!!” teriak Claire meminta tolong pada orang-orang itu. Alex yang mendengar teriakan Claire mendesah kasar dan menatap tajam pada orang-orang di lobi hotel. Dan tersenyum tipis. “Maaf, kekasih saya memang seperti ini. Dia baru keluar dari rumah sakit jiwa beberapa hari yang lalu,” ucap Alex membuat semua orang itu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alex. Claire yang mendengar ucapan Alex semakin mengamuk dan menendang. Namun, dia tidak mengenai Alex sama sekali. “Lepaskan! Aku tidak gila. Dia sungguh ingin menculikku!” ucap Claire ingin menangis. Alex sangat bosan melihat drama Claire, memaksa gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Dan tersenyum pada orang yang masih menatap mereka. Claire memang sangat nakal sekali. Dia membuat harus menahan kesabaran, kalau saja Alex tidak mengatakan Claire gila tadi, mungkin orang-orang tadi akan percaya kalau Alex menculik Claire. “Kau tidak akan bisa berteriak lagi. Berteriaklah sepuas yang kau mau,” ucap Alex datar. Alex melajukan mobilnya dan mengabaikan gerutuan Claire yang terus memukul paha Alex. Alex tersenyum dan akhirnya memegang tangan Claire. “Claire, jangan memukulnya terus. Kalau kau mau boleh mengelus sedikit ke atas dan memuaskannya,” ucap Alex tersenyum mes*m pada Claire. Claire yang mendengar itu menarik tangannya dan melihat ke arah lain. Najis. Claire tidak akan melakukannya. Dan kalau sampai dia melakukan itu, taruh di mana otak Claire yang bermain dengan kakaknya sendiri. “Kak! Kita itu saudara kandung! Berhenti menggodaku!” ucap Claire. Alex hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Claire ternyata memang tidak peka sama sekali, seharusnya gadis itu mencari tahu apakah benar Alex saudara kandungnya atau bukan. Dari nama belakang mereka saja sudah beda. Alex tidak pernah memakai nama Cullens di belakang namanya, dia dari kecil memakai nama Avander. “Kak? Kau mau membawaku ke mana? Aku ingin pulang!” Claire terlihat panik. Pasalnya mereka tidak menuju mansion dan ntah ke mana Alex akan membawanya setelah ini. Alex melihat ke arah Claire sebentar. “Aku ingin membeli bunga untuk Mama. Dan setelah itu kita pulang,” ucap Alex datar. Claire yang mendengarnya terdiam dan melihat Alex yang menghentikan mobilnya di depan toko bunga. Alex keluar dari dalam mobil, dann mengunci pintu mobil otomatis, agar Claire tidak bisa keluar lagi. Claire yang mencoba membuka pintu mobil dan tidak bisa. Sial. Pintunya terkunci dan Claire tidak bisa keluar dan kabur dari Alex. Claire duduk diam dan menatap pada keluar jendela mobil. Dirinya harus menunggu Alex. Alex masuk ke dalam mobil dan membawa sebuket bunga mawar merah untuk ibunya. Alex menatap pada Claire dan tersenyum gadis itu tampak kesal dan cemberut pada Alex. “Kau ingin membeli sesuatu?” tanya Alex. Claire menggeleng, lebih baik mereka langsung pulang saja. Claire tidak mau berlama-lama di dalam mobil bersama dengan Alex. “Tidak. Aku ingin langsung pulang saja,” ucap Claire. Alex mengangguk dan melajukan mobilnya menuju mansion orangtuanya. Alex tadi ingin membawa Claire ke salah satu pusat perbelanjaan namun tidak jadi, karena acara kaburan dari Claire. *** Alex menghentikan mobilnya di depan pintu mansion dan turun dari dalam mobilnya. Alex menatap pada Claire yang sudah turun juga. Claire mendesah pelan, padahal dia sudah membayangkan akan berdua dengan kekasihnya menikmati waktu bersama. Tetapi … semuanya gagal karena ulah Alex yang membawanya pulang dan memaksa dirinya. Claire memasuki mansion dengan wajah cemberut dan menatap kesal pada orangtuanya yang berduaan di ruang tengah. Claire tidak peduli dengan tatapan bingung dari orangtuanya. Mungkin mereka bingung kenapa Claire memakai pakaian pegawai butik. Mereka semua menyebalkan. Orangtuanya selalu membelas Alex. Alex. Dan Alex. Tidak pernah membelas Claire sama sekali. mungkin anak mereka hanya Alex saja dan tidak ada memiliki anak yang bernama Claire. Amber dan Jeremy berdiri dan menatap pada Alex yang membawa sebuket bunga. Alex tersenyum pada orangtuanya dan memberikan bunga itu pada ibunya. “Ini bunga untuk Mama,” ucap Alex memberikan sebuket bunga itu untuk Amber. Amber mengambil bunga dari Alex dan tersenyum. “Terima kasih sayang, kau selalu membuat Mama bahagia,” ucap Amber dan mencium kening Alex. Alex mengangguk dan duduk di sofa. Alex menatap orangtuanya yang balik menatap Alex dengan tatapan penasaran mereka. Pasti mereka bingung dengan pakaian yang dikenakan oleh Claire. “Tadi Alex membawa Claire ke butik untuk mengganti pakaiannya, karena pakaian Claire yang sangat terbuka. Dan dia kabur menggunakan pakaian pegawai butik. Dan Alex menemukannya di kamar hotel bersama dengan kekasihnya.” Alex menjelaskan pada orangtuanya. Jeremy dan Amber yang mendengar itu terkejut. Mereka menatap sendu pada Alex. Mereka tidak menyangka Claire akan sejauh ini. Di dalam kamar hotel bersama dengan seorang lelaki dan akan terjadi hal yang tidak diinginkan selanjutnya. “Alex … Mama dan Papa berterima kasih, kamu sudah mau menjaga Claire. Dia tidak bisa diatur sekarang. Dia selalu mengekang dan melawan.” Amber menangis kesekian kalinya membayangkan kelakuan putrinya. Alex yang melihat ibunya menangis tersenyum dan mengusap air mata di pipi ibunya. “Mama jangan menangis. Alex dari kecil sudah berjanji akan menjaga Claire. Bahkan saat Claire di dalam kandungan saja, Alex sudah menjaganya.” Jeremy dan Amber tidak salah mengangkat Alex sebagai anak mereka dulu. Alex memang anak yang baik dan akan menjadi anak yang paling baik untuk mereka. Claire seharusnya senang melihat Alex yang perhatian padanya. Dan tidak perlu melawan dan melakukan hal yang tidak berguna terus. Dan untuk apa di kamar hotel bersama dengan seorang pria? “Papa akan bicara pada Claire. Papa sudah tidak tahan. Dia semakin hari semakin nakal dan tidak pernah mendengarkan ucapan orangtua. Kalau dibiarkan seperti ini, dia akan semakin liar,” ucap Jeremy dan berjalan menuju kamar Claire. Dia tidak mau putrinya akan terjerumus ke pergaulan yang lebih parah lagi. Alex mencegah Papanya. “Pa tunggu!” ucap Alex. Jeremy menatap pada Alex dan menatap putranya bingung. Alex akan mengatakan hal yang akan membuatnya tersiksa nantinya. Namun, dia harus melakukan ini. Alex tidak mau lengah pada Claire yang semakin hari semakin liar dan susah untuk diatur. “Ya?” “Hum ….” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD