Sara mendengus kesal saat sudah duduk di dalam sekat ruangnya, ternyata Mia sudah tahu bahwa calon mertuanya itu bekerja di perusahaan tempat mereka berdua bekerja. Dia yakin Mia yang mungkin sudah lebih dulu tahu, dan diam tidak menceritakan kepadanya. Sara lupa, dia dan Mia saja saling diam, bagaimana Mia memberitahunya. Menghela napas pendek, Sara memandang lipatan kertas kecil yang bertuliskan nomor kontak Ihsan. Meskipun kesal karena tidak mendapatkan nomor ponsel pria tampan itu, Sara tetap nekat menghubunginya. “Halo, dengan Febi di sini, bisa saya bantu?” Sara terdiam, ternyata seorang perempuan yang menyambut panggilannya saat dia menghubungi nomor yang diberikan Ihsan kepadanya. “Saya Sara, bisa bicara dengan Ihsan?” “Oh, pak Ihsan, sebentar ya, Bu.” Ibu? Sara berdecak dala

