Bab 5

1079 Words
"Mas, cari siapa ya?" Tanya seorang wanita paruh baya menghampiri mobil Dariel. Wanita itu awalnya mengabaikan kehadiran Dariel, namun karena keberadaan Dariel dan Alex sudah lebih dari dua jam dan kehadirannya tanpa tujuan jelas. Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk bertanya. "Saya cari Lista." Jawab Dariel, dengan posisi ia masih berada di dalam mobil dan wanita paruh baya itu dari luar. "Mas ini siapanya Lista?" Tanyanya lagi. "Saya temannya." "Tapi saya belum pernah lihat Mas ini sebelumnya." Dariel menghela lemah. "Memangnya Lista harus lapor setiap dia punya teman?" Meski kesal, Dariel masih bersikap sopan agar tidak menimbulkan kekacauan. "Bukan begitu, Mas. Saya kebal baik Lista, jadi saya tau siapa saja yang menjadi temannya." Balas si wanita itu sambil tersenyum. "Lista nya ada?" Tanya Dariel. "Loh, katanya kalian teman. Masa gak tau kalau Lista hari ini pergi." Dariel mengerjap, "Pergi? Kemana?" "Kalian beneran teman atau bukan?" Akhirnya wanita itu merasa curiga dengan jawaban Dariel. "Kita memang berteman, dan kedatangan kami ini tidak diketahui Lista. Jadi semacam surprise gitu." Alex tidak bisa tinggal diam memperhatikan Dariel yang mulai kebingungan menjawab pertanyaan wanita itu. Akhirnya ia pun mencoba memberikan alasan yang bisa dimengerti. "Oh, gitu. Tadi pagi Lista pergi, katanya mau ke tempat Kakaknya." "Kira-kira berapa lama?" Tanya Dariel. "Saya kurang tau. Kalau mau nunggu bisa di sana. Daripada di dalem mobil, panas." Setelah berbincang singkat dengan wanita yang disinyalir sebagai pemilik rumah kos-kosan itu, akhirnya Dariel dan Alex pu memutuskan untuk menunggu Lista ditempat yang dimaksud Ibu tadi, yakni di sebuah bangku kayu dekat rumah pribadinya. Dariel berharap Lista akan segera datang, dengan begitu ia tidak perlu berlama-lama lagi menunggu. Satu jam, dua jam, bahkan sampai tiga jam, Lista belum juga kembali. "Lo yakin masih mau nunggu?" Tanya Alex yang mulai bosan karena sudah terlalu lama menunggu. "Bentar lagi." Balas Dariel. Sejujurnya ia pun mulai kesal, dan ingin pulang saja, namun rasa penasaran yang masih ada di hatinya membuatnya mampu bertahan sebentar lagi. "Sebentar itu berapa lama? Sampe malem? Gila aja, Riel! Gue laper, panas, pengen rebahan." Keluh Alex. "Laper tinggal makan itu aja dulu. Nanti lo bisa makan di rumah gue sepuasnya." "Makanan mana yang lo maksud? Ini?" Alex mengangkat bungkus biskuit renceng, yang diberikan Ibu kos tadi dan juga kopi hitam. Namun kopi dan biskuit itu sudah habis tak bersisa. "Lo yang bilang gak suka biskuit gituan, gak suka kopi item. Nyatanya lo yang paling banyak makan." Dariel ingin menyangkal, namun melihat fakta yang ditunjukan Alex, membuat Dariel hanya bisa diam menatap hampa bungkusan biskuit dan kopi yang tinggal gelasnya saja. "Gue lapar, gur mau balik. Kalau lo masih mau disini, terserah. Gue naek ojek aja." Alex berdiri dari tempat duduknya, hendak pulang karena sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi. "Lo beneran mau ninggalin gue?" Cegah Dariel. Ia pun ikut berdiri dan menghadang langkah Dariel. "Iya." Jawab Alex ketus. "Ah elah, lo kayak cewek sih. Ambekan. Tunggu sebentar lagi napa." Alex hanya menatap jengah ke arah Dariel. "Gue tanya sama lo. Maksud dan tujuan lo datang kesini tu apa? Tugas lo cuman mastiin si Lista baik-baik aja kan? Dan wanita itu emang baik-baik aja. Lo gak harus kesini lagi." "Iya. Tugas gue cuman itu." "Terus apa lagi?" "Gue masih penasaran kenapa tu cewek gak mau kasih nomor hp nya. Apa karena gue gak terlihat tampan dimata dia?" Alex menganga. Ia tidak percaya dengan alasan Dariel yang mengorbankan hampir setengah hari waktunya hanya untuk hal bodoh seperti itu. "Lo kesini cuman mau pamerin ketampanan lo itu?" "Gue tersinggung, karena dia tidak merasa tertarik sedikitpun bahkan dia terkesan cuek." Alex kembali menggeleng. "Gengsi lo bener-bener setinggi langit." "Sekarang lo udah tau kan alasannya, dan lo tetap harus disini sampe si Lista balik." Alasan Dariel memang terkesan berlebihan dan sangat tidak masuk akal yang membuat Alex ingin meninggalkan ia sendiri menunggu Lista. Tapi, Alex merasa kasihan oleh karena itu ia pun mengalah dan menemani Dariel menunggu Lista. Penantian panjang kedua lelaki itu pun berbuah manis, orang yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Dari jarak cukup dekat hanya beberapa meter saja, Dariel dan Alex melihat Lista turun dari ojek online dan langsung terburu-buru menghampiri rumah kos. Namun langkahnya kian melambat begitu ia menyadari kehadiran Dariel dan Alex. Bukan hanya langkahnya saja yang melambat, tapi raut wajahnya pun ikut berubah. Dariel berdiri setelah ia merapikan pakaiannya terlebih dulu. Ia pun berjalan menghampiri Lista dengan penuh percaya diri. "Hai, kita ketemu lagi." "Ada perlu apa?" Tanya Lista, namun dari pertanyaanya saja, Dariel bisa menyimpulkan bahwa wanita itu memang tidak menyukai kehadirannya. "Mau ketemu lo," Jawabnya dengan senyum semanis mungkin, berharap Lista terpesona dengan jurus andalannya itu. "Kayaknya kita gak ada keperluan, jadi untuk apa bertemu lagi." "Jelas ada. Kalau gak ada, gak mungkin gue susah payah cari alamat rumah lo." "Oh, jadi dua orang yang datang tengah malam itu suruhan kamu?" Dariel mengerutkan kening. "Dua orang?" "Iya. Dengan bodohnya mereka berteriak memanggil namaku seperti mencari anak kecil hilang." Dariel melirik ke arah Alex dimana lelaki itu hanya mengacungkan cari tengah dan telunjuknya. "Bos dan anak buah, sama rusuhnya." Lista membalikan badan hendak meninggalkan Dariel. "Tunggu!" Dariel menghadang langkah Lista. "Lo mau kemana?" Tanya Dariel. "Kamu tau, karena kamu aku kembali ke sini padahal aku sedang ada urusan penting. Ibu kos bilang ada tamu penting menungguku, kalau aku tau tamu yang dimaksud itu kamu, aku tidak perlu repot-repot kembali. Karena kamu bukan tamu penting, bahkan kita tidak sedekat itu sampai kamu mengatakan kita adalah teman." Ucap Lista dengan satu tarikan nafas. Lista kesal karena tamu yang dimaksud Ibu kos adalah Dariel. Lelaki yang tiba-tiba saja muncul di saat kehidupannya mulai tenang. "Lebih baik kamu pulang dan jangan kembali lagi." Lista mengusir Dariel, yang membuat lelaki itu tidak menyangka Lista akan mengatakan hal tersebut padanya. "Apa? Kamu mengusirku?" Tanya Dariel dengan nada tidak percaya. "Iya." Jawab Lista tegas. Dariel tertawa hambar, dengan satu tangan mengguyar rambutnya ke belakang. "Aku akan kembali lagi, ingat itu." Ucap Dariel, dan ia pun terlebih dulu meninggalkan Lisat disusul Alex yang mengikutinya sambil berlari. "Kenapa ninggalin gue sih?!" Keluh Alex yang merasa tidak terima karena Dariel meninggalkannya begitu saja. Bunyi hentakan pintu membuat Alex terlonjak karena Dariel menutupnya dengan sangat kencang. Alex tau Dariel sedang dalam kondisi kesal akibat sikap Lista, namun disatu sisi Alex pun menyadari sikap Lista seperti itu karena Dariel datang dan mengganggunya tanpa sebab. Sepanjang perjalanan, Dariel tidak mengucapkan sepatah katapun, fokusnya hanya tertuju pada jalan raya. "Lo baik-baik aja kan?" Dengan hati-hati Alex bertanya. "Apapun caranya, gue harus bisa buat Lista bertekuk lutut di bawah kaki gue!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD