“Ayah paling tidak suka jika putri Ayah sampai melakukan aksi mogok makan atau makan dengan terpaksa seperti tadi. Itu sama saja tidak mempunyai rasa syukur terhadap nikmat Tuhan. Makanan dan juga minuman yang sehari-hari bisa dengan mudah kita makan, kita nikmati, kita cerna dengan baik—belum tentu orang di luaran sana juga merasakan hal yang sama seperti kita. Olla mengerti ‘kan maksud Ayah?” “Mengerti..” “Jelaskan.” “…….” Olla diam seribu bahasa. Ia tidak mengerti harus menjelaskan dengan kalimat yang seperti apa. Kedua telinga Olla sudah bersiap hendak mendengarkan segala amarah yang keluar kembali dari bibir sang ayah. Kali ini tentu tidak ada pembela, Beby tidak di sisi Olla. Berbanding terbalik dengan pikiran Olla. Abrisam justru hanya mengembuskan napasnya. Ia menjelaskan d