Pada keesokan harinya, Nida memberikan kabar kepada kedua orangtuanya kalau dia sudah menerima lamaran Jey Stefan. Kedua orangtua Nida begitu senang dan bahagia. Mereka merasa kalau jodoh Nida sebenarnya adalah Jey, bukan Rafa Hanafi.
“Ibu senang sekali Nida, akhirnya kamu bersedia menikah dengan Nak Jey. Ibu merasa kalau Nak Jey sangat mencintaimu. Ibu yakin dia akan membahagiakanmu.” Tutur Bu Ratmi pada putrinya tersebut.
Nida hanya tersenyum demi menutupi perasaan terpaksa di dalam hatinya. Wanita berparas anggun tersebut tidak sampai hati mengatakan kepada mereka kalau sebenarnya dia setuju lantaran Jey terus mendesak dirinya dengan aneka rupa ancaman.
Di sisi lain.. Jey juga memberitahukan kabar baik tersebut pada kedua orangtuanya. Pria itu sangat senang sekali lantaran Nida bersedia menikah dengannya, dia tidak peduli entah itu pernikahan sandiwara atau pernikahan sebenarnya. Di dalam hatinya dia sungguh-sungguh ingin bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa Nida setelah awal pertemuan mereka berdua malam itu.
“Papa dan Mama hanya bisa mendukung keputusan kamu Jey. Kamu putra kami satu-satunya, kami selalu berharap kamu mendapatkan kebahagiaan Nak.”
“Ma, Pa, empat bulan lagi Jey ingin menggelar acara pertunangan kami secara resmi. Jey ingin kerabat Nida dan masyarakat sekitar tahu kalau kami benar-benar akan menikah.”
“Iya, lakukan yang menurut kamu baik, Nak.” Stefan memberikan dukungan penuh pada putranya tersebut.
Hari-hari Nida berjalan normal sejak dia menerima lamaran Jey. Pria itu juga tidak mengganggu atau mengancamnya seperti sebelumnya. Jey hanya mengirimkan beberapa hadiah kepada Nida melalui asisten pribadinya yaitu Ajeng, seorang gadis berusia dua puluh lima tahun. Hal itu dia lakukan demi mematuhi permintaan Nida. Nida tidak ingin mereka terus bertemu sebelum resmi menjadi pasangan suami istri demi menjaga nama baik mereka berdua. Nida tetap bekerja di rumah katering miliknya. Semuanya sudah berjalan normal seperti hari-hari biasa.
Di sisi lain.. Rafa mendengar kabar kalau Nida sudah menerima lamaran dari pria yang sangat dia benci. Pikirnya Nida akan terus berkabung karena dia sudah meninggalkannya. Pria itu terpaku dalam lamunan dalam waktu cukup lama sampai Ayana datang dan menegur dirinya.
“Mas Rafa, mikirin apa sih? Sudah malam kenapa tidak tidur?”
“Nggak ada yang aku pikirkan, kamu tahu banyak pekerjaan di perusahaan banyak kendala.” Selama ini Rafa mengelola perusahaan tekstil, perusahaan miliknya lumayan besar dan berjalan dengan pesat di dunia perindustrian. Dia sengaja berbohong pada Ayana karena dia tahu wanita itu akan merajuk kalau sampai mengetahui dia masih memikirkan Nida.
Ayana seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Rafa, wanita itu langsung menyerang dengan permintaan yang sangat mustahil untuk Rafa penuhi.
“Mas, aku ingin tinggal di rumah yang Mas berikan untuk Mbak Nida! Harusnya rumah itu menjadi milik Yana kan? Mbak Nida nggak pantas tetap tinggal di sana. Wanita itu sudah berkhianat pada Mas Rafa!” Serunya seraya menyentuh pipi Rafa. Begitu pandai dan lihainya Ayana membuat Rafa kembali marah, pria itu sangat terusik dengan ucapan Ayana.
“Yana, tapi itu..”
“Mas, Yana sudah berkorban sampai meninggalkan Mas Rifai untuk menikah sama Mas Rafa! Apakah itu tidak cukup jika dibandingkan dengan Mbak Nida yang bermain dengan pria lain di belakang Mas Rafa?! Pokoknya Yana ingin Mas usir Mbak Nida dari rumah lama, dalam bulan ini! Yana sedang hamil anak kita sekarang, Mas mau kandungan Yana terganggu?!” Teriak Ayana padanya.
Wanita itu begitu manja padanya, berbeda dengan Nida yang selalu mandiri dalam mengurus semua hal di rumah. Jarang sekali Nida berkata kasar atau mengucapkan sesuatu yang melukai hatinya. Perbandingan antara Nida dan Ayana mulai mengusik hati Rafa Hanafi. Nida yang selalu sopan dan ramah, Ayana yang selalu manja dan pandai mengambil hatinya!
Rafa masih tidak tahu apapun kalau semua hal buruk yang menimpa bahtera rumah tangganya dengan Nida merupakan rencana dari Ayana. Wanita itu merasa iri ketika melihat Nida dan Rafa hidup dengan limpahan kebahagiaan. Ayana juga yang membayar seseorang untuk menjerumuskan Nida sampai Nida masuk ke ruang peristirahatan Jey Stefan. Membuat skenario, lalu diam-diam mengirimkan pesan pada Rafa untuk mengejar Nida dengan seribu pertanyaan serta menanam seribu keraguan dalam hati Rafa! Ayana berhasil mengambil celah di dalam hati Rafa, berhasil merebut pria yang dicintai kakak sepupunya sendiri. Bahkan menggugat cerai Rifai demi bisa menikah dengan Rafa!
Karena terus didorong Ayana, Rafa sampai hati mengambil rumah yang harusnya dia wariskan untuk kedua putrinya, Akila dan Syifa!
Pada suatu malam tepat satu minggu setelah Ayana terus merundung dirinya, Rafa datang ke sana bersama Ayana.
“Mas Rafa!” Nida tersenyum senang sekali, pikirnya Rafa akan meminta maaf padanya malam itu. Tapi ternyata pria itu datang dengan membawa Ayana.
“Mas Rafa suamiku Mbak, bukan suami Mbak Nida lagi! Jadi tolong jaga sikap Mbak Nida!” Bentak Ayana padanya seraya menggamit lengan Rafa Hanafi.
“Aku ingin kamu meninggalkan rumah ini.” Ucap Rafa pada Nida tanpa menunggu lama.
“Kalian masuklah ke dalam, aku akan menyiapkan minuman.” Ujarnya dengan nada lembut, Nida sangat pandai menyembunyikan luka di dalam hatinya. Bahkan wanita berhijab tersebut masih mengukir senyum pada bibirnya saat ini.
Melihat sikap Nida yang begitu tenang, Ayana semakin cemas kalau Rafa akan terpikat oleh Nida kembali.
“Nggak perlu, Mbak serahkan saja sertifikat rumah ini! Sekarang! Aku istri syah Mas Rafa jadi aku yang berhak tinggal di sini. Bukan Mbak Nida!” Bentaknya tidak sabar.
Nida menatap wajah mantan suaminya, wanita itu menunggu Rafa berkata sepatah kata padanya. Tapi nihil! Pria itu malah menatapnya dengan penuh kebencian.
“Ayana benar! Kamu harus menyerahkan rumah ini padanya! Dia istriku sekarang!” Ucapnya pada Nida.
“Iya, Nida akan pindah. Tapi Nida minta waktu satu minggu untuk beres-beres.”
Malam itu juga Nida menyerahkan sertifikat rumah pada Rafa. Dibandingkan berdebat dengan mantan suaminya, wanita itu memilih tinggal sementara di rumah kedua orangtuanya.
“Awas kalau sampai Mbak Nida dalam satu minggu nggak pergi!” Hardik Ayana padanya.
“Kamu tenang saja, aku pasti pergi meninggalkan rumah ini. Aku titip Mas Rafa sama kamu, jaga dia baik-baik.”
Nida mengatakannya dengan wajah menunduk, dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Ayana menggamit lengan Rafa untuk kembali menuju ke arah mobil. Mereka berlalu dari halaman depan rumahnya. Nida melihat Ayana begitu bahagia, bahkan Rafa tanpa tanggung-tanggung mencium kening Ayana di depan matanya.
Hari demi hari berlalu, Jey juga tahu kalau Nida sudah meninggalkan rumah lamanya dari orang yang dia suruh untuk mengawasi calon istrinya tersebut. Pria itu merasa sangat geram mengetahui perlakuan Rafa yang sudah sangat kelewatan! Jey semakin bertekat untuk meresmikan hubungannya dengan Nida Syafara!
Pagi-pagi sekali, Jey datang mengunjungi kediaman kedua orangtuanya Nida. Pria itu datang dengan niat untuk mengantarkan Syifa dan Akila ke sekolah.
“Wah Nak Jey, pagi-pagi sudah datang ke sini.” Sambut calon ibu mertuanya.
“Iya, Bu, Mbak Nida ada?” Ucap pria itu seraya menjabat tangan calon ibu mertuanya tersebut.
“Ada di dalam mari masuk..”
Jey tersenyum dia melihat Nida sedang memakaikan baju seragam pada kedua putrinya, wanita itu terlihat sangat terkejut lantaran Jey muncul di rumah kedua orangtuanya pagi-pagi sekali. Dia sangat malu karena belum terbiasa dengan kehadiran pria itu di sekitarnya. Sebelumnya Jey sudah setuju kalau tidak akan datang mengunjunginya dan dia tidak tahu kenapa pria itu muncul lagi serta mengingkari janji tersebut.
Meskipun ingin sekali memarahinya, Nida tidak bisa menghardik Jey di depan kedua orangtuanya terlebih lagi di depan Akila dan Syifa.
“Mama, Om itu datang lagi.” Seru Syifa sambil tersenyum melihat Jey mendekat ke arah mereka.
Jey membalas senyumnya masih melangkah mendekati mereka bertiga lalu berjongkok di depan mereka. “Syifa, Akila, sudah sarapan belum? Om bawa makanan untuk kalian.” Jey menyerahkan bingkisan dari genggaman tangannya pada Akila dan Syifa. Dua anak itu segera mengangguk sambil tersenyum cerah menerima pemberian dari Jey.
Nida menundukkan wajahnya, wanita itu melihat Syifa dan Akila begitu senang menerima pemberian dari Jey. Dia sudah lama sekali tidak melihat mata kedua putrinya berbinar semenjak Rafa meninggalkan mereka bertiga.
“Ayo dimakan, apa mau Om suapin?” Tawarnya pada Akila dan Syifa.
Syifa tidak berani menjawab, tapi Akila yang masih kecil segera mengangguk sambil menggenggam jemari tangan Jey. Pria itu sangat lega sekali, dia mengusap puncak kepala Akila.
“Jey...” Tegur Nida padanya dengan menggelengkan kepala, Jey melihat ekspresi wajah Nida begitu cemas. Nida sendiri berpikir kalau Jey yang masih bujang pasti akan risi dengan kedua putrinya.
“Aku melamarmu bukan untuk memenuhi kesenanganku, tapi untuk menjadi ayah dari Syifa dan Akila.” Sahut pria itu sambil tersenyum dengan kedua bola mata berkaca-kaca lalu menggandeng dua anak tersebut menuju ke ruang makan.
Hati Nida bagai dihantam pukulan teramat dalam, jiwanya merasa terguncang. Nida terduduk lesu seraya meremas hijabnya, dia tidak mampu menahan derai air matanya. Pria yang dia lihat selama ini hanya Rafa Hanafi, bukan Jey! Tapi Jey menunjukkan sesuatu yang luar biasa pagi ini dan tidak pernah terbersit sama sekali di dalam benak Nida untuk memikirkannya! Sebuah ketulusan dan kesungguhan!