> BAB DUA <

1225 Words
Lala meremas kesepuluh jarinya dengan gemetar. Tatapan tajam dari orang yang sedang duduk di depannya saat ini membuatnya gemetar, sangat intens, tajam, dan mesum, tatapan itu seolah mampu menelanjangi dirinya, pria di depannya seolah-olah ingin memakan Lala. "Apa kau tadi sudah mandi?" tanyanya membuat Lala melongo heran. "Mandi?" ulang Lala, berusaha menghilangkan kegelisahan di hatinya. "Iya! Mandi! Maksudku sebelum datang kesini, apa kau sudah mandi?!" seru pria pemilik nama David, tajam. "Su-su-su--" "Susu?!" sahut David kebingungan dengan sikap Lala. "Bukan?! Mak-maksud saya ... saya sudah mandi, Pak," jawab Lala gelisah. "Benarkah?!" tanya David penuh selidik. "I-iya pak." "Lalu kenapa kau terlihat sangat mengenaskan?! Kau lebih mirip seperti seorang pengemis daripada calon karyawan," ejek David membuat Lala semakin gelisah dan berusaha menahan amarah. "Sa-saya bukan pengemis, Pak. Saya--" "BICARA YANG JELAS!!" bentak David membuat Lala kaget dan membalas perkataannya dengan suara yang keras pula. "IYA PAK!! SAYA SUDAH MANDI!! DAN SAYA BUKAN PENGEMIS!!" teriak Lala tanpa di sengaja. Dia langsung menutup mulutnya karna tidak percaya dengan ucapannya barusan. Dia sangat menyesal. Dia takut tidak jadi mendapatkan pekerjaan. "Ma-maafkan saya, Pak--" lirih Lala, merasa tidak enak hati. "Kamu membentak saya?!" tanya David dengan suara lebih tajam dari yang tadi. "Ti-tidak, Pak. Maafkan, Saya," Jawab Lala sambil meremas kesepuluh jarinya semakin erat karna gemetar. "Ya sudah, siapa namamu?" lanjut David sambil menyilangkan salah satu kakinya, dia tampak kesal dengan gadis lugu di hadapannya saat ini. "L-la-la--" "Saya tanya nama kamu!! Kenapa malah nyanyi?!" sahut David tidak sabar menatap Lala dan langsung menutup laptopnya kesal. Dia bangkit dari kursi dan duduk di kursi yang ada di samping Lala kemudian memutarnya hingga berhadapan dengan tubuh Lala. Lala benar-benar gugup setengah mati, ingin rasanya dia lari dan pergi meninggalkan pria arogan yang tidak punya hati ini sendirian. Tapi mana bisa? Pria yang tidak punya hati ini sedang memawancarai dirinya. Lala sangat butuh pekerjaan buat menghidupi kakaknya yang buta. "Kau tuli?!" tanya David semakin kesal. "Tidak!! Saya tidak tuli, Pak." "Nama, Kamu?!" David menaikkan salah satu alisnya, tatapan tidak sabar nampak mengarah ke Lala. "Lala, Pak," jawab Lala berusaha bersikap tenang. "Huft ... nama yang lumayan bagus, tapi sayang pemiliknya bodoh," ucap David sambil terus menatap mata Lala. "Apakah kau benar-benar serius?! Ingin bekerja di perusahaanku ini?!" tekan David, memastikan. "Ten-tentu saja, Pak. Saya sangat serius," jawab Lala sambil balas menatap mata David, bersemangat. "Baiklah, biar aku lihat dulu," ucap David sambil kedua tangannya terulur ke arah dada Lala dan ingin menyentuhnya. Tapi sebelum sempat David melakukannya, tangan Lala sudah terulur dan menampar rahang kokohnya. Plakk!! "Jaga sikapmu, Pak!! Saya memang butuh pekerjaan!! Tapi bukan buat di lecehkan!" seru Lala sambil matanya melotot tajam. David yang mendapat tamparan dari Lala justru merasa geli, belum pernah ada gadis yang berani menampar wajahnya, sekalinya ada, itu adalah Lala?! Astaga! Semakin membuatnya suka dan ingin terus menggoda Lala, bagi David, Lala sangat lucu. David teringat kearoganan mamanya, sifatnya hampir sama seperti Lala. Dan yang membuat David lebih heran lagi, entah kenapa hatinya begitu tertarik dengan gadis pemilik nama Lala, bahkan baru pertama kali menatap matanya saja sudah membuat hatinya tenang. Padahal banyak wanita lain yang suka menggoda dirinya, bahkan mereka rela menghabiskan waktu dengannya secara cuma-cuma agar bisa mendapatkan kepuasan darinya. Tapi Lala!! Justru menolak David secara terang-terangan. Dan itulah yang membuat David sangat tertarik. Entah secara kebetulan atau tidak, wajah Lala mengingatkannya pada wajah yang selalu dia rindukan siang dan malam. Si gadis penjual gorengan, gadis yang selalu David perhatikan dari jauh, gadis impiannya. Si cantik .... "Siapa yang mau melecehkanmu, Lala? Ada noda hitam di kerah bajumu, aku tidak percaya kalau kau benar-benar sudah mandi," ejek David tanpa ada nada marah sama sekali. "Be-benarkah?! Maafkan saya, Pak. Saya tidak sengaja dan telah salah sangka," ucap Lala menyesal. "Huuuh! Baiklah! Kau boleh pulang, sekarang. Biar nanti Aku suruh sekretarisku untuk menghubungimu masalah diterimanya sebagai karyawan atau tidak," jelas David membuat Lala tidak tenang. "Kenapa tidak langsung diterima aja sih?!" batin Lala geregetan. "Apa kau dengar?!" ulang David karna Lala diam saja. "Eh! Dengar, Pak. Tapi ... apakah saya akan benar-benar diterima?! Saya sangat butuh pekerjaan ini, Pak. Harapan saya semoga diterima ya, Pak," mohon Lala dengan suara sendu. "Saya pikir-pikir dulu." "Ya sudah, Saya pergi dulu ya, pak. Saya janji besok bakalan mandi dan dandan yang cantik," ucap Lala berusaha meyakinkan calon atasannya, David. Lala bangkit dari tempat duduknya dengan malas, dia mengira akan lagsung di terima, tapi ternyata tidak, dia harus menunggu kabar dari sekretarisnya David, Nona Risa. Sebelum sampai di pintu, David kembali berkata. "Apa kau yakin?!" "Em ... maksud, Bapak?" tanya Lala kebingungan. "Mandi dengan bersih dan berdandan cantik?" ucap David, sengaja menggoda Lala. "Oh! saya sangat yakin, Pak!" jawab Lala, bersemangat. "Baiklah, tunggu kabar dari saya." "Yaaaah ... digantung lagi," gumam Lala, keluar dan langsung pergi dari ruangannya. Setelah Lala tidak ada di ruangannya, David mendapat telpon dari orang kepercayaannya, Tama. "Hallo, Tama, apakah istrimu sudah sehat?" tanya David khawatir. "Sudah, Pak. Sekarang saya sudah mulai bekerja lagi sama bapak," jawab Tama, ramah. "Syukurlah, bagaimana kabar gadisku? apakah dia baik baik saja?" tanya David gelisah. "Buruk, Pak," jawab Tama membuat David gelisah, dia benar-benar ketakutan kalau gadisnya kenapa-kenapa. "Maksudmu?!" David tidak sabar ingin mendapat kabar dari Tama. "Tempat dia jualan gorengan seperti biasanya kena gusur," jawab Tama, membuat jantung David berdetak tidak karuan. "Apa?! Lalu bagaimana kondisinya?!" tanya David, tidak sabar. "Maafkan saya, Pak. Saya tidak tahu, kemaren cuti soalnya," jawab Tama, merasa bersalah. "Ya sudah! Biar aku cari tahu sendiri masalahnya, Kau pergilah," ucap David dan langsung mematikan sambungan telponnya. ??? David menaiki mobil seperti orang kesetanan, dia tidak memperdulikan keselamatan dirinya. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanyalah gadis impiannya, si penjual gorengan yang sudah mencuri hatinya sejak lima tahun yang lalu. David masih merasa bersalah karna telah membuat kakak dari gadis impiannya itu buta. Gara gara keteledorannya juga David tidak bisa mengendarai mobilnya dengan benar dan menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan. Bukannya dia tidak mau bertanggung jawab, saat itu kondisi kedua orang tuanya sedang kritis dan sedang di rawat dirumah sakit. Mobil yang di tumpangi oleh kedua orang tuanya saat itu Rem nya blong hingga akhirnya jatuh ke sungai setinggi dua meter. Untunglah nyawa mereka masih bisa diselamatkan meskipun kaki Papanya sempat lumpuh. Satu minggu kemudian, David melihat kondisi pria yang sudah di tabraknya, betapa bersalahnya dia karna gara gara dirinya, pria itu buta. Adik kecilnya terus menangis tanpa henti. Dan tangisan gadis itu benar-benar membuatnya merasa bersalah. Karna kondisi papanya yang lumpuh, David ditugaskan mengurus bisnis keluarganya yang ada di Belanda. Sejak saat itulah dia menyuruh Tama mengawasi mereka berdua. Rasa bersalah David pada gadis itu lama-lama berubah menjadi rasa cinta, tapi David tidak berani mengungkapkannya. Dia takut gadis itu membenci dirinya. Setelah lima tahun di Belanda, Papanya sembuh total dan David segera kembali ke Indonesia buat melihat kondisi gadis kesayangannya. Dia sudah tumbuh jadi wanita yang sangat cantik dan dewasa. Tubuhnya padat berisi, rambutnya panjang hitam nan lembut. Wajahnya tirus, senyumnya benar-benar sangat menawan, tatapannya teduh hingga dengan memandanginya saja mampu membuat hati David bergetar. Sayang sekali, David hanya mampu melihatnya dari jauh tanpa bisa mendekatinya. Rasa bersalah di hatinya masih sering menghantui pikirannya. ******** JANGAN LUPA TEKAN LOVE AND FOLLOW, SAYAAANG. MAAF MASIH BANYAK PENULISAN YANG KURANG BENAR, MASIH BELAJAR. TETAP SEMANGAT DAN JANGAN LUPA BAHAGIA, ALL .... TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD