PART II

1477 Words
        Aku terbangun dari tidurku disaat sudah jam what? Jam 8? Aku langsung bangkit dan melihat Mas Randy disebelahku sudah tidak ada lagi. Aku kesiangan ahhh betapa malunya aku baru dihari pertama menjadi istri aku sudah terlambat bangun. Ku dengar suara kamar mandi tertutup dan aku melihat Mas Randy keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk, spontan aku teriak.     "Aaahhhhhh" aku menutup mataku.     "Ca, kamu kenapa?" Aku bisa mendengar derap langkah Mas Randy mendekat kearahku.     "Jangan mendekat, Mas belum pakai baju. Pakai baju dul!" Kataku kepadanya.     "Astagah Ca, kirain kenapa lagian gapapa Ca, kita udah halal lagian kamu harus terbiasa mulai dari sekarang lihat aku seperti ini, karna nanti bakalan lebih dari ini loh"          Mas Randy senyum jahil padaku dan mengedipkan matanya padaku dan kemudian dia berjalan kearah lemari. Aku langsung lari ke kamar mandi.     "Ca, buruan mandinya, aku tunggu dibawah ya untuk sarapan, setelah ini kita akan pergi"          Mas Randy agak sedikit berteriak karna aku berada dikamar mandi. Aku baru memegang dadaku dan tarik nafas buang perlahan-lahan untuk menetralkan nafasku yang tiba-tiba memburu. *****         Kami sampai pada kerumah orangtuaku. Aku tinggal memiliki Ibu, Bapakku sudah meninggal 6 tahun yang lalu dan aku mempunyai adik laki-laki namanya Reno. Saat ini dia sedang kuliah, dia bisa kuliah karna salah satunya bantuan dari Mbak Mia. Kami turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah Ibu. Ibu membukakannya dan aku langsung memeluknya.     "Ibu, Issa kangen sama ibu." Aku memeluk Ibuku, jujur aku sangat merindukannya."     "Ibu juga kangen kamu nduk. Yaampun nduk baru pisah satu hari kamu langsung gini nak. Malu ada suamimu toh nduk." Ibu mengelus bahuku. Aku langsung tersadar dan melepaskan pelukanku dari Ibu.     "Hallo Bu, apa kabar?" Mas Randy menyalam dan mencium tangan ibuku. Sangat sopan sekali suamiku ini.     "Baik toh nak, kenapa kalian kesini?" Tanya Ibu kepada kami.     "Issa mau ambil barang-barang Issa Bu. Bentar ya Bu Issa ambil dulu ke kamar." Aku langsung masuk ke dalam.     "Kamu mau minum apa nak?" Tanya Ibu pada Mas Randy.     "Ga usah repot-repot Bu, kita cuma sebentar karna masih ada yang mau dikerjain setelah ini. Saya bantuin Carissa sebentar ya Bu." Mas Randy menyusulku ke kamar, Ibu tersenyum.         Setelah siap semua kami kembali kedepan, barang-barangku sudah dimasukkan Mas Randy kedalam mobil. Kami ingin berpamitan ke Ibu.     "Ibu jaga diri baik-baik ya, Issa akan sering datang kesini untuk lihat Ibu." Kataku sambil menggenggam tangan Ibu.     "Ndak apa-apa toh nduk, Ibu tau sekarang kamu sudah menikah jadi kalau kamu jarang kesini ya gapapa Ibu ya maklum nduk." Ibu mengelus pipiku, aku jadi ingin menangis.     "Enggak Bu, Issa janji bakalan sering datang lihat Ibu, pokoknya Ibu jangan kerja terlalu berat, jaga kesehatan Ibu juga, kalau obat ibu habis kasih tau Issa ya, kalau Reno bandel bilang sama Issa juga, pokoknya kalau Ibu perlu apa-apa kasih tau Issa ya Bu." Kataku panjang lebar mengingatkan Ibu.     "Iya Bu, kalau perlu apa-apa ibu kabarin saya ataupun Carissa ya Bu jangan sungkan, sayakan juga anak Ibu, jadi Ibu juga jadi tanggung jawab saya. Kalau saya jarang berkunjung tidak apa ya, ibu mengerti ya bu pekerjaan saya tapi kalau ada waktu saya akan berkunjung kok Bu" Mas Randy menimpali, yaa ampun Mas Randy aku terharu.     "Iya nak, makasih ya." Ibu tersenyum pada Mas Randy.     "Oh iya nak Randy, kalau Issa bandel, ngelawan atau apa tegur aja ya nak, gapapa kok ibu ga marah, kalau perlu cubit saja, haha" Ibu tertawa dan Mas Randy juga dan melihat ke arahku. Aku jadi jengkel dan seperti anak kecil yang merajuk?     "Emang Issa masih kayak anak kecil apa Bu?"     "Issa biasanya kalau kecapekan pasti bangunnya lama, tapi kalau enggak biasanya cepat kok, jadi kalau Issa bangunnya lama kamu maklum ya nak Randy pasti itu karna kecapekan. Jagain Issa juga ya, titip Issa ya nak."     "Iya Bu, Carissa istri saya dan udah jadi tanggung jawab saya bu. Ibu jangan khawatir ya." Mas Randy tersenyum. Kemudian kita pamit aku memeluk Ibu lagi kemudian kita pergi meninggalkan rumah Ibu. Aku sebenarnya tidak ingin tapi ini menjadi keharusan bagiku.     "Sudah, besok kamu boleh menemui Ibu lagi. Sekarang kita ke supermarket belilah apapun untuk kebutuhan rumah, kita harus mengisi rumah kita jadi kamu pilih ya setelah itu kita makan siang di luar saja baru kita kerumah." Aku hanya mengangguk dengan apa yang mas Randy bilang.  *****         Satu jam perjalanan dengan macetnya kota Jakarta akhirnya kita sampai dirumah. Rumah ini terlalu besar jikalau ditempati untuk berdua, halamannya luar biasa indah banyak sekali bunga-bunga aku suka kayaknya untuk halaman saja sudah bisa menjadi lapangan sepak bola, dan rumah ini bertingkat. Kemudian aku masuk wah setiap ruangan sudah tertata dengan rapi aku tidak bisa mengungkapkannya denga kata-kata rumah ini sungguh mewah dan besar.     "Ini rumah kita, aku tau kamu suka dengan bunga, kamu boleh menananm apa saja disana. Kamar kita di atas, kamar utama sekali melihatnya kamu pasti langsung tau jikalau itu kamar kita. Kamu tidak perlu membersihkan rumah ini. Kamu bereskan saja barang-barangmu dan masukkan belanjaan kita kekulkas dan lemari, aku tidak membantu tidak apa? Soalnya lagi ada email dengan perusahaan asing dan ada beberapa kendala jadi aku harus membereskannya. Aku keruang kerjaku dulu, ruang kerjaku ada di ujung sebelah kanan kalau butuh apa-apa aku  disana. Aku tinggal dulu ya." Mas Randy meninggalkanku aku hanya terdiam karna aku masih kagum dengan rumah ini.         Aku ingin berkeliling apa saja yang ada di rumah ini. Dilantai bawah ada dapur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan, ruang bermain (banyak mainan anak-anak), ruang santai, ruang olahraga (disana banyak alat-alat olahraga), ada ruangan kerja mas Randy, ada mini bar, dan ada dua kamar, sepertinya untuk kamar asisten rumah tangga. Dan ada ruangan dibawah tanah tapi aku tidak tau itu tempat apa karna saat aku ingin membukanya itu terkunci.         Kemudian aku kelantai atas. Di lantas atas ada ruang santai juga, dan wahh ada 5 kamar disana, dan yang paling besar ditengah itu pasti kamar kami. Sungguh luar biasa rumah ini, kemudian aku turun ke bawah untuk menyusun barang-barangku dan lainnya.     "Caaaaa, kamu tolong turun kebawah dulu dong" Mas Randy berteriak memanggilku dari bawah.     "Caaaa, Carissaa" Mas Randy memanggilku dan aku segera turun kebawah.     "Ada apa Mas?" Aku langsung berdiri disamping Mas Randy.     "Ini ada bi Jum dan bi Ina mereka asisten rumah tangga mereka akan beresin rumah, dan ini ada Pak Jul yang akan bantuin kamu beresin taman kita, dan yang terakhir ini Pak Iwan yang jadi supir kamu, supir aku udah ada jadi ini supir kamu, jadi kalau kemana-mana kamu bisa diantar sama Pak Iwan." Jelas Mas Randy padaku sambil memperkenalkan empat orang yang ada dihadapanku.     "Mas, jadi Carissa kerja apa? Carissa pasti bosen kan biarin Carissa aja yang kerjain." Tanpa sadar aku memegang lengan Mas Randy.     "Kamu bukan pembantu aku sa, kamu istri aku jadi biarkan mereka saja yang kerjain."     "Tapikan Mas, Carissa bisa kerjain itu sendiri."     "Ca, jangan ngebantah ya. Nanti kalau kamu hamil juga kamu pasti ga bisa kerjain itu."     "Tapi Carissa masih boleh masakkan?"     "Buat apa ca? Kan udah ada bibi yang akan masak nantinya."     "Mas izinin kali ini ya. Pokoknya yang bersangkutan buat kebutuhan Mas Randy biarin Carissa yang kerjain. Lagiankan masak buat kita mas."     "Yaudah terserah kamu, jaga diri aja jangan kecapean ya." Mas Randy mengelus kepalaku.     "Mas mau dimasakin apa untuk makan malam?"     "Terserah kamu saja. Aku kerja lagi ya soalnya lagi ada masalah." Mas Randy langsung keruangan kerjanya lagi dan aku naik ke atas.   *****         Sudah waktunya jam makan malam dan kami lagi makan malam sekarang tetapi dari tadi Mas Randy tidak mengomentari masakanku. Tetapi dari tadi Mas Randy tidak mau memakan sawi dan ikan asam manis yang ku masak.     "Bagaimana Mas?" Tanyaku hati-hati pada Mas Randy.     "Apanya yang bagaimana?"     "Masakanku apakah enak?" Tanyaku lagi pada Mas Randy.     "Enak kok Ca." Jawab Mas Randy singkat.     "Tapi kenapa ikan asam manis dan tumis sawinya tidak Mas makan?"     "Ohhh itu, aku tidak makan itu."     "Oohhh maaf Mas Carissa tidak tau." Jawabku sesal karna tidak tau apa-apa.     "Tidak apa-apa Ca." Mas Randy selesai makan.     "Apa saja makanan dan kebiasaan Mas Randy biar Carissa tau?" Tanyaku antusias karena jujur aku ingin tau.     "Kalau ikan aku hanya makan ikan laut, kalau sayur aku tidak suka sawi, kangkung. Aku pecinta seafood dan aku suka makanan yang pedas. Oh iya untuk sarapan, seminggu sekali aku makan nasi goreng, dan setiap minggu gausah masak aku akan makan bubur ayam ditempat langgananku. Selebihnya roti dengan selai coklat atau greentea dan secangkir kopi atau teh." Jelas mas Randy padaku.     "Oke deh Mas" aku tersenyum kemudian hp Mas Randy berdering di atas meja kemudian Mas Randy melihat namanya dan segera bangkit berdiri.     "Angkat telvon dulu ya Ca, dari Mia" Kemudian Mas Randy meninggalkanku. Aku sedikit mendengar perkataan Mas Randy.     "Iya sayang? Kamu dimana? Iya sayang, aku sayang kamu." Kemudian suara itu menghilang. Aku tidak tau entah mengapa disaat mas Randy mengatakan hal itu ada perasaan ga enak untukku, aku tidak tau apa tapi yang pasti ini aneh. Aku tak mau ambil pusing, aku langsung membereskan meja makan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD