PART III

2293 Words
        Pagi ini adalah hari keduaku dengan status sebagai istri, saat ini aku sedang menyiapkan sarapan buat Mas Randy kali ini hanya roti saja dengan selai greentea dan teh, aku melihat Mas Randy turun dari atas dengan menggunakan pakaian santai.     "Selamat pagi Ca" Sapa Mas Randy padaku.     "Selamat pagi Mas" Aku memberikan teh kehadapan Mas Randy.     "Kamu ga sarapan?" Tanya Mas Randy padaku.     "Aaahh enggak Mas, Carissa ga biasa sarapan" jawabku pada Mas Randy yaa benar aku tidak biasa untuk sarapan.     "Jangan gitu dong Ca, ayo sarapan mulai sekarang setiap pagi kamu harus sarapan, sarapan itu baik Ca."     "Tapikan Mass" omonganku terpotong karna Mas Randy.     "Ca, jangan nolak ya." Mohon Mas Randy padaku, gatau kenapa jika Mas Randy seperti itu aku tidak bisa menolak lagi.     "Iya Mas" aku pun ikut bergabung untuk sarapan.     "Selesai sarapan kamu bersiaplah, kita akan kerumah mama papa"     "Baik Mas" jawabku pada mas Randy. *****      Kami sudah sampai di kediaman Orangtua Mas Randy, rumah ini juga tidak kalah lebih besar dari rumah kami. Mama Mas Randy datang menghampiri kami.     "Hallo sayang" Mama Mas Randy mencium anaknya. Kemudian beralih padaku dan mencium pipiku juga.     "Apa kabar nak?" Tanya Mama Mas Rany padaku.     "Baik kok Bu" Jawabku pada Mama Mas Randy.     "Eiitss jangan panggil Ibu lagi dong tapi Mama, karna sekarang kamu jadi anaknya mama. Coba panggil dengan kata Mama"     "Ma...ma" kataku gugup. Mama Mas Randy tersenyum padaku.     "Nah gitu dong, oh iya Mama mau buat kue kesukaannya Randy dulu ya." Kata Mama Mas Randy padaku.     "Boleh aku ikut Ma?" Kataku pada Mama.     "Boleh yuk ikut sama Mama." Kata Mama padaku. Kemudian adiknya Mas Randy datang namanya Rania.     "Kakk, bantuin kerjain tugas dong, susah banget aku udah usaha tapi gabisa ini tentang pemasaran." Rajuknya pada Mas Randy.     "Kakak tidak bisa, kakak ingin memeriksa kerjaan lagi ada masalah lain kali saja." Kata Mas Randy padaku.     "Tentang pemasaran lokal atau unlokal Nia?" Spontan aku bertanya kepada Rania, awalnya dia terdiam kemudian dia tersenyum padaku.     "Tentang pemasaran lokal kak. Apakah kak Carissa bisa membantuku?" Tanyanya padaku.     "Bisa, tapi bolehkah aku membantu Mama membuat kue dulu baru membantu kamu mengerjakan tugas?" Tawarku pada Rania.     "Boleh kok kak, aku tunggu dikamarku ya kak." Katanya padaku. Aku pun tersenyum dan mengikuti Mama menuju dapur.   *****         Kami akan makan siang bersama di rumah orangtua Mas Randy, Papanya Mas Randy juga sudah pulang untuk makan bersama. Aku ingin memanggil Mas Randy untuk makan bersama, dia berada di ruang kerjanya. Pintunya tidak terlalu tertutup samar-samar aku mendengar suara Mas Randy berbicara sepertinya sedang menelvon.     "Kamu pakai uang sebanyak itu buat apa Mia?" Aku melihat Mas Randy berdiri mondar mandir di depan mejanya.     "Aku ga masalah dengan nilainya tapi aku mau tau kamu pakai apa sampai segitu, bahkan selama ini aku gatau kemana itu semua." Mas Randy mulai gusar sepertinya.     "Dengarkan aku, aku juga ga tau kamu pergi kemana bahkan kamu ga punya waktu untuk keluargaku dan ngurus aku." Mas Randy mulai emosi sepertinya.     "Kamu juga istri aku, kamu ga malu apa sama Carissa, Carissa yang baru jadi istriku saja bisa mengurusku perlahan-lahan kamu yang sudah lama menjadi istriku belum ada sedikit pun kamu mengurusku." Mas Randy menahan amarah sepertinya.     "Terserahmu saja, aku capek sama kamu." Setelah itu aku tidak mendengar suara lagi aku hanya mendengar Mas Randy bernafas lepas kasar. Aku menenangkan diriku kemudian aku mengetuk pintu.     "Masuk" kata Mas Randy. Kemudian aku membuka pintu dan berdiri di depan pintu.     "Maaf mengganggu waktu Mas, Mama menyuruhku memanggil Mas Randy untuk kita makan siang bersama." Jelasku pada Mas Randy. Mas Randy meletakkan hpnya di meja.     "Oke Ca." Kemudian aku mulai berjalan meninggalkan ruangan Mas Randy.     "Ca," Mas Randy memanggilku. Aku berhenti dan menghadap Mas Randy.     "Kenapa Mas?" Tanyaku pada Mas Randy.     "Kemarilah" Mas randy memanggilku. Aku berjalan mendekat dan kemudian Mas Randy memelukku, aku terdiam aku kaget aku gugup, ini pertama kalinya kami seperti ini. Mas Randy meletakkan kepalanya dibahuku dan menghirup rambutku yang terurai.         Aku tidak membalas pelukan Mas Randy karna aku tidak tau harus bersikap bagaimana, aku menghirup bau khas mas Randy, aku sangat suka dan hal ini membuatku nyaman. Ada apa ini? Tak berapa lama Mas Randy melepaskan pelukanku.     "Maaf Ca, aku tidak bermaksud." Kata Mas Randy sambil menggaruk kepalanya ku pikir itu tidak gatal.     "Gapapa kok Mas. Ayo kita makan siang" aku langsung mengalihkan pembicaraan.     "Ayo" Kata mas Randy padaku sambil menggenggam tanganku dan kami berjalan keruang makan. Mas Randy menarik kursi buatku duduk, dan aku pun duduk. Aku melihat kedua mertuaku dan adik iparku tersenyum.     "Carissa jago sekali buat kue, Ran. Mama saja kalah, Mama ingin belajar lebih banyak lagi sama Carissa. Kamu harus sering main kesini dan ajarin mama ya, anak mama perempuan satu-satunya tidak bisa terharapkan dengan adanya menantu Mama yang ini jadi Mama bisa bantu Mama dengan hobby Mama. Terkadang Mama kesepian dirumah sendirian, Papamu terlalu sibuk bekerja dan adikmu satu ini suka sekali berkeliaran, jadi kamu harus sering kesini ya." Mama begitu antusias menyuruku datang kesini.     "Carissa usahakan ya Ma, nanti Carissa pandai-pandai bagi waktu buat Mas Randy, Mama, dan Ibu ya." Kataku pada Mama.     "Mama tunggu loh Ca, kamu juga boleh ajak Ibu kamu kesini. Kita bisa masak bersama dan cerita bersama." Aku tersenyum. Mama mertuaku sangat baik sekali, mala dia mau Ibu pun terlibat. Aku bersyukur sekali mempunyai Mama mertua seperti ini.     "Kak Carissa juga pintar dan baik banget Ma, kak. Tadi tugas aku selesai semua ternyata setelah di ajarin gampang loh. Baik banget udah mau ajarin aku. Beda banget sama Kak Mia kerjaannya sibuk, marah-marah dan ga mau bantuin aku. Jangankan bantuin aku sama Mama, ngurus kak Randy aja tidak bisa. Bisanya hanya menghabiskan uang Kak Randy saja." Aku kaget di saat Rania berbicara seperti itu, apakah Mbak Mia seperti itu, aku melihat Mas Randy diam saja tidak membantah. Aku semakin bingung. Oh iya dimana tinggalnya Mbak Mia. Mbak Mia juga tidak ada disni jadi dimana Mbak Mia tinggal?     "Udah ayo kita makan" itu suara Papa mertuaku.   *****         Saat ini kami berada di Mall, entahlah aku pun gatau kenapa Mas Randy mengajakku ke sini. Saat ini kami berada di lantai paling atas, Mas Randy sedang melihat-lihat hp kemudian dia membeli tiga. Satu Ipad dan dua lagi Iphone padahal hpnya Mas Randy udah banyak loh dan ini untuk apa? Astagah boros sekali suamiku.     "Ini buat kamu." Mas Randy menyodorkan bungkusan Hp tadi samaku. Aku tidak langsung mengambilnya aku melihat wajah Mas Randy.     "Buatku? Untuk apa Mas? Carissa punya hp." Kataku pada Mas Randy.     "Ganti saja, kamu pakai saja yang ini. Ini lebih bagus dan canggih daripada hpmu. Udah ambil saja." Kata Mas Randy padaku.     "Tapi Mas ini kebanyakan satu saja sudah cukup." Jelasku pada Mas Randy.     "Kamu bisa menggunakannya dengan yang lain, mungkin yang satu untuk apa terserahmu saja. Ambil saja Ca." Mas Randy menyodorkannya lagi padaku dan aku mengambilnya Mas Randy tersenyum padaku. Kemudian kami pergi ke salah satu butik khusus pakaian wanita. SPG tersebut langsung menyambut kami.     "Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Mbak itu kepada kami.     "Tolong carikan baju, tas, dan sepatu yang paling bagus dan cocok pada istri saya, akan saya ambil semuanya." Jelas Mas Randy, aku terkejut kemudian aku menghadap Mas Randy.     "Mas, buat apa?" Tanyaku kepada Mas Randy.     "Kamu istriku, kamu juga akan sering ku ajak untuk makan malam bersama dengan kolegaku dan ada pesta lainnya. Mulai sekarang kamu juga bisa menjaga penampilanmu, bukan maksudku penampilanmu sekarang tidak baik, tapi alangkah lebih baik kamu menunjukkan bahwa kamu adalah istri seorang Randy Anggara Erlangga."          Aku terdiam aku tidak tau mau bilang apalagi, aku hanya ikut saja apa kata Mas Randy aku memilih pakaian mana saja yang akan ku ambil Mas Randy juga ikut turun tangan dalam memilih. Kemudian ada seorang wanita dan pria juga menghampiri kami.     "Hey, tumben banget lo mau ke Mall belanja pakain cewe pulak. Sama siapa lo?" Ini kata dari si cowo.     "Ini kenalin istri gue." Kata Mas Randy pada mereka.     "What the fuck? Are you crazy?" Kata si wanita dengan keras, hampir semua orang yang ada disitu melihat kita.     "Biasa aja dong lo, kebaiasan deh lo kayak gitu. Dilihatin tau ga lo." Kata Mas Randy kepada wanitu itu.     "Jadi beneren lo nikah lagi?" Kata wanita itu lagi.     "Yaa bener lah, kan gue udah kirim undangan kerumah kalian. Kalian aja yang ga datang pada sibuk bulan madu terus. Ga capek apa lo Kania nih ngadapin manusia yang gila karna bau orgasme lo?" Kata Mas Randy. What? Mas Randy bicara sefrontal itu? Apakah ini Mas Randy aslinya?     "Wahh gila lo, gini-gini gue top cer loh, nih bini gue udah hamil anak kedua sekarang. Nah lo? Satu pun ga ada ga ampun tuh punya lo." Jawab itu si Pria. What? Pembicaraan apa ini sekarang?     "Sialan lo, jangan bawa-bawa kayak gitulah." Kata Mas Randy pada si pria.     "Udah-udah apaan si pembicaraan kalian di depan kita kayak gitu. Kita serasa di nodai tau. Kenalin nama gue Kania. Gue sahabatnya Randy dari kita bertiga jaman ingusan." Wanita itu menyodorkan tangannya padaku.     "Carissa Mbak." Aku membalas salaman wanita itu.     "Lo sekretarisnya Randy kan?" Tanya wanita itu padaku.     "Iya Mbak, saya sekretarisnya Mas Randy." Kataku pada wanita itu.     "Astagah Mas? Lucu banget Ran lo dipanggil gitu. Sama gue santai aja ga usah pake mbak, panggil Kania aja. Gausah formal banget sama gue. Karna lo jadi istrinya si curut ini berarti lo juga sahabat gue, kita bisa berteman dengan baik. Kayaknya loh baik beda sama kayak istri sicurut yang satu lagi yang ga tau diri. Senang bisa berteman dengan lo." Dia merangkul bahuku.     "Beruntung banget lo Ran dapat istri kayak gini, kalau lo jadi gue dapat istri kayak gini ga bakalan gue lepas gue juga mau nikah lagi kalau dapat istri kayak gini." Kata pria itu pada Mas Randy. Mas Randy hanya ketawa wanita itu melepas rangkulannya padaku dan menghadap pria itu.     "Ohhh jadi kamu mau nikah lagi, mau cari istri baru lagi, iya?" Wanita itu mencubitin si pria, si pria kesakitan karna cubitan itu.     "Enggak-enggak becanda doang tadi. Udah ahh kamu mah gitu langsung sensitif." Kata si pria itu.     "Istri lagi hamil ya iyalah sensitif. Aku juga kayak gini karna kamu kan. Kamu yang terus minta jatah sama aku." Si pria terkekeh dan langsung memeluk si wanita.     "Tapikan kamu suka buktinya mala kamu terus memohan padaku dan minta lagi" kata si pria. What? Pembicaraan seperti apa ini?     "Apaan sih lo berdua bicara kayak gitu di depan kita. Ca kenalin ini Kevin dan Kania teman aku dari kecil, mereka udah nikah dan katanya mereka sudah mau memiliki anak lagi. Jadi kamu sabar-sabar aja lihat tingkah aneh mereka, mereka emang gitu tapi mereka baik kok." Jelas Mas Randy padaku.     "Bagi nomer telvon lo dong, biar gue neghubungin lo gampang dan lo juga gitu. Lo udah jadi sahabat gue sekarang." Kata Kania padaku.     "Nanti gue sms aja nomernya Carissa sama lo dan alamat rumah kita, kapan-kapan kalian bisa datang dan bawa anak kalian. Kita duluan yaa masih banyak yang mau di cari." Kata Mas Randy padaku dan kemudian kami meninggalkan mereka.   *****  Malam sudah tiba aku sedang membaca novel kesukaanku di tempat tidur. Aku bersandar di kepala ranjang. Tak begitu lama Mas Randy masuk kedalam kamar kami. Kemudian dia naik ketempat tidur dan duduk disampingku seperti yang kulakukan.     "Ini kartu kamu pegang, kamu bisa pakai untuk apa saja tidak perlu khawatir dengan isinya sudah banyak di isi kamu tinggal pakai. Dan apabila kamu mau uang cash kamu boleh ambil di brangkas paswordnya tanggal kelahiranmu." Jelas Mas Randy padaku.     "Tapi ini terlalu berlebihan Mas." Kataku pada Mas Randy.     "Ga ada yang berlebihan untuk istriku. Kamu tanggung jawabku sekarang semua kebutuhanmu dan keluargamu aku yang penuhi karna sudah menjadi tanggung jawabku. Sudah jangan menolak Ca. Ini tanggung jawabku."     "Iya mas Carissa terima. Makasih ya Mas baru berapa hari menikah Carissa belum melakukan apa-apa untuk Mas. Tapi Mas Randy udah banyak banget ngelakuin apa saja buat hidup Carissa dan keluarga Carissa." Entah mengapa aku bisa mengeluarkan kata-kata itu pada Mas Randy. Tapi aku ingin bilang hal itu untuk Mas Randy.     "Sudah kewajiban aku jadi suami kamu ca. Aku kan udah janji bakalan tanggung jawab dan jagain kamu sama Ibu. Oh iya mulai besok Mas sudah masuk kerja, kamu kalau mau kemana-mana bilang pada Mas ya, telvon atau sms pokoknya kabarin Mas, biar Mas tau. Dan tolong kalau kamu kemana-mana sama supir jangan sendiri. Kamu mengerti?" Tanya Mas Randy padaku.     "Iya Mas" Apakah Mas Randy peduli padaku sehingga Mas Randy bersikap seperti itu padaku? Atau apa?     "Oh iya Mas, apakah Carissa boleh membawakan makan siang untuk Mas Randy kekantor? Kalau terlalu sering makan diluar tidak baik Mas, Mas Randy harus jaga kesehatan dan pola makan juga." Entah mengapa aku ingin sekali melakukan hal ini. Karna dari dulu aku memang ingin sekali jika aku menanti nanti aku akan memasak untuk suamiku dan akan membawanya ketika dia bekerja.     "Boleh silahkan kamu datang membawakanku makanan. Jikalau kamu bosan kamu juga boleh datang kekantor datanglah kapan saja. Kantor itu kan juga milikmu sekarang." Entah kenapa aku sangat senang saat Mas Randy mengizinkanku untuk membawakan makan siang padanya. Spontan aku memeluk Mas Randy sakin senangnya kemudian aku sadar dan melepaskannya.     "Maaf mas, Carissa hanya terlalu senang Mas Randy mengizinkan Carissa untuk membawakan makan siang untuk Mas Randy." Jelasku pada Mas Randy, Mas Randy tersnyum padaku.     "Tidak apa-apa. Mas juga senang kalau kamu senang. Mas tidur duluan ya, mas capek sekali apalagi besok ada rapat penting." Mas Randy sambil menarik selimut dan tidur di sebelahku.     "Apakah perlu Carissa pijetin mas?" Tanya ku pada Mas Randy.     "Tidak perlu Ca, kamu pun tidurlah, agar tidurmu cukup." Kata Mas Randy padaku.     "Mas Randy duluan saja, Carissa sebentar lagi."     "Baiklah. Selamat malam."     "Selamat malam Mas Randy." Apakah aku boleh berharap atas pernikahan kami? Apakah aku boleh berharap atas kemajuan dalam pernikahan kami? Apakah aku juga boleh berharap apabila suatu saat nanti Mas Randy akan mencintaiku? Entahlah biar semua ini mengalir seperti air, semoga Tuhan berpihak kepadaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD