Makan Malam Berkelas

1008 Words
Suasana yang sangat berkelas Agatha rasakan ketika kakinya mulai memasuki restoran yang menjadi tempat pilihan James. Agatha menghela napas lega walau wajahnya mungkin sudah kumal, tetapi baju yang dikenakannya bagus dan layak untuk disandingkan dengan James yang memang selalu terbungkus oleh pakaian mahal. Beruntung suminya tersebut memberikan banyak pakaian padanya yang sudah barang tentu merupakan kain-kain mahal yang disentuh secara langsung oleh desainer ternama Amerika. Agatha memamerkan senyum terbaiknya dengan tangannya yang melingkar di lengan kokoh James. Suaminya tersebut pun tampak bersahaja dengan perlakuannya yang sesekali mengelus puncak kepala Agatha. Jangan heran dengan sikap keduanya, karena kini mereka tengah menjalani lakon yang diperankan dengan baik. Bukan seorang aktris ataupun aktor yang pandai memainkannya, tetapi baik Agatha ataupun James keduanya sudah cukup profesional untuk melakukannya. Mungkin mereka melakukannya dengan baik karena mengingat tujuan mereka untuk membuat Emily dan Jonathan menyesal. Keduanya memilih tempat duduk yang paling strategis untuk menjadi pusat perhatian. Ah, tidak! Lebih tepatnya James yang memilih tempat duduk tersebut karena ingin semua mata memandang ke arahnya dan akan menjadikan mereka pusat perhatian yang membuat mereka iri terhadap keromantisan yang akan mereka ciptakan. Akan sangat bagus hasilnya jika ada seorang wartawan yang diam-diam menyorot mereka dan menampilkan berita mengenai keduanya esok pagi. Semakin mereka tersohor dengan keromantisan dan kemewahan, Jonathan yakin jika Emily akan cepat menyesal. James mempersilakan Agatha untuk duduk terlebih dahulu sebelum kemudian dirinya menarik kursi lainnya untuk dirinya sendiri. Bahkan, James sengaja menarik kursi untuknya dan menggesernya ke sebelah kanan agar berimpitan dengan Agatha. “Bisakah kau menjauh sedikit saja? Aku tidak bisa bergerak bebas jika kau terlalu merapat padaku seperti ini,” bisik Agatha ketika James telah duduk di sampingnya. Namun, pria itu malah melebarkan senyumnya seraya merangkul Agatha dan membuat tubuh mereka semakin rapat. “Dengarkan aku, Sayang, kita harus tampak seperti pasangan yang paling romantis di sini. Biarkan semua orang memandang ke arah kita dan menganggapmu sebagai wanita yang paling beruntung di dunia ini karena telah berhasil mendapatkan suami sepertiku,” balas James yang juga berbisik tepat di telinga Agatha yang sempat membuat wanita itu meremang. Demi untuk menjalankan perannya, Agatha tersenyum manis dan mencium pipi suaminya sejenak dengan gerakan yang sangat lambat. Lalu, berkata dengan nada yang sangat sinis walau tetap dalam balutan senyumnya yang memabukkan. “Jadi kau hanya memikirkan reputasi dirimu saja?” James tertawa kecil yang diakhiri dengan sebuah kecupan yang ia daratkan pada bibir istrinya. “Tentu saja, apa kau berpikir jika aku akan mau merepotkan diri untuk memikirkan reputasimu? Kau adalah gadis miskin sebelumnya Agatha, dan semua orang tahu jika aku yang telah mengangkat derajatmu menjadi seorang Nyonya Hunt.” Agatha mendengus sebal seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mereka hanya tinggal menunggu makanan datang karena anak buah James yang sudah memesankannya. Agatha mendengus semakin kesal karena ia bahkan tidak diberikan kesempatan untuk memilih makanan apa yang ia inginkan. Setelah beberapa lama mengamati para pengunjung lain, Agatha memicingkan matanya pada salah satu meja yang mana ia merasa jika dirinya mengenal seseorang yang berada di sana. Dan setelah memerhatikan lebih lama, Agatha terpekik senang. “Bukankah itu Fahima?” Agatha tidak sedang bertanya pada James, melainkan sedang bertanya pada dirinya sendiri. Bibirnya tersenyum lebar dan hendak bangkit, tetapi hal tersebut tidak bisa dilakukannya karena James yang menahan bahunya. “Aku ingin pergi ke sahabatku, apa kau mau mempermasalahkan hal tersebut juga?” kesalnya Agatha. Kini James mengalikan tangannya yang semula berada di atas bahu Agatha menjadi menahan pinggang istrinya tersebut agar terus merapat padanya. Ia mengikuti arah pandang Agatha dengan santai. “Apa kau tidak melihat? Dia sedang bersama dengan kekasihnya, jangan mengganggu dan kita nikmati saja waktu makan malam kita berdua.” “Kau sangat menyebalkan!” “Aku tergantung bagaimana orang lain menilaiku.” James membuat Agatha semakin merapat padanya, hal tersebut dilakukan karena matanya yang diam-diam menangkap seorang wartawan yang memakai pakaian biasa diam-diam mengarahkan kamera ponsel padanya. Namun, perbuatannya tersebut membuat Agatha kesulitan bernapas. “Apa kau sedang berniat untuk membunuhku secara perlahan?” pekik Agatha dengan kesal. “Diam saja dan tersenyumlah, jangan sampai wajah merajukmu yang menghiasi layar kaca!” *** Agatha sedang berada di kamar mandi yang terletak di bagian belakang gedung restoran. Rasanya ia sangat betah berada di sini karena dekorasinya yang sangat indah. Pantas saja banyak orang yang rela merogoh kocek dalam untuk mengunjungi sebuah restoran, karena ternyata toiletnya saja bisa menjadi tempat untuk berfoto. Agatha yakin jika mengambil satu atau dua potret foto maka hasilnya akan sangat bagus. Namun, Agatha tidak melakukannya karena malu. Begitu banyak orang yang kini berada di ruang yang sama dengannya. Bahkan Agatha tidak mempunyai kesempatan untuk mengangkat ponselnya saja. “Agatha, kaukah itu?” Suara Fahima yang memasuki indra pendengarannya membuat Agatha tersenyum cerah seraya membalikkan tubuh. Betapa senangnya Agatha ketika dirinya benar-benar menemui Fahima yang kini berada tak jauh darinya. Dengan segera Agatha mendekati sahabatnya tersebut. “Kau bersama siapa di sini?” “Aku sudah melihatmu sejak berada di restoran, aku melihatmu duduk bersama seorang pria tetapi James melarangku untuk mendatangimu!” ujar Agatha tanpa menyembunyikan raut wajah kesalnya. “Jadi kau datang bersama suamimu?” tanya Fahima dengan kening berkerut. Tidak menyangka jika ia akan menemui Agatha di restoran semahal ini. Lebih tidak menyangka jika ternyata James mengajak Agatha untuk makan malam bersama di sebuah restoran yang bertemakan romantis. “Tentu saja aku datang bersamanya, memang bersama siapa lagi aku bisa mendatangi restoran semewah ini?” “Aku tidak menyangka jika James akan mengajakmu datang ke restoran seperti ini. Apa hubungan kalian sudah membaik? Sepertinya kalian mulai bisa menerima status baru kalian sebagai suami istri?” Agatha menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak seperti yang kau pikirkan, Fahima. Dan siapa pria yang sedang bersamamu?” “Namanya Abdullah, dia kekasihku dan akan segera menjadi suamiku.” “Wow, jadi kau akan segera menikah dengannya?” “Tentu saja, kami sedang mengaturnya.” Agatha menatap sahabatnya itu dengan senang. “Beruntungnya dirimu karena bisa menikah dengan pria yang kau cintai, tidak seperti aku.” Fahima mengusap bahu Agatha dengan perlahan, "Mungkin kau dan suamimu bisa belajar saling mencintai satu sama lain."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD