Jemari Brielle menggenggam erat rok berwarna putih selutut dan berenda itu, ia memperhartikan setiap sudut ruangan yang memiliki kesan manis untuk seorang dokter. Hans tidak memberikan kesan macho pada ruangan kerjanya ini, di bandingkan itu Hans lebih senang bila membuat semua pasiennya nyaman dengan dekorasi sedikit warna-warni.
Benar sjaa, Brielle tengah berada di dalam ruangan Hans si lelaki perebut hati. Karena Hans pun belum makan siang jadi dia menawarkan bekal makan siangnya, di ruang kerja sang dokter kini Brielle tak bisa banyak bergerak selain duduk tenang melihat Hans tengah bekerja.
Syarafnya terlalu kaku untuk sekedar di gerakkan, wajah serius Hans yang tengah memeriksa setiap lembar kertas yang di pegangnya membuat hati Brielle mendadak beku. Brielle tak pernah menyangka kalau Hans terlihat lebih seksi saat tengah bekerja seperti ini.
Sesaat Hans melirik Brielle yang diam saja di sofa tamu, Hans masih harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang telah terbengkalai beberapa saat. Hans sedikit mengutuk dirinya sendiri karena tidak mencicilnya sebelum menjenguk Ellaine di villa.
“Maaf nona Anderson telah membuat anda menunggu makan siang bersama seperti ini, sebelum itu aku harus menyelesaikan semua pekerjaan ini” ujar Hans dari tempat kerjanya.
Brielle mengibaskan tangannya pelan, “Hehe nggak apa-apa dokter, aku yang minta maaf datang tiba-tiba tanpa memberitahu anda sebelumnya”
Hans tersenyum kecil melihat sikap manis yang di tunjukkan oleh Brielle, “Baiklah aku akan menyelesaikannya secepat mungkin agar kita bisa segera menikmati bekal”
Hans lebih bersemangat dari sebelumnya setelah melihat kotak besar yang di bawa oleh Brielle, Hans mengetik semua pekerjaannya pada komputer di depannya dengan semangta membara. Melihat hal itu Brielle makin jatuh hati dengan dedikasi Hans pada pekerjaannya.
Satu jam tiga puluh menit berlalu rasanya seperti baru tiga menit bagi Brielle, Hans menyelesaikan semua pekerjaannya sangat cepat yang biasanya bisa ia kerjakan sampai dua hari. Hans berjalan pelan mendekati Brielle yang sudah dengan sabar menunggunya bekerja.
“Ahh terima kasih banyak sudah menungguku nona Anderson” kata Hans tetap dengan senyuman manisnya.
Entah kemana perginya wajah serius tadi yang bisa berubah dalam sekejab, “Ehem, nggak apaa-apa dokter. Aku nggak keberatan kok nungguin dokter sampai semua pegawai pulang sekalipun”
‘b**o! Ngapain aku malah gombalin dia! b**o, b**o Brielle b**o!’ teriak Brielle dalam hatinya.
“Hahaha, bisa aja. Aku nggak bakal biarin adik dari tuan Bryan menungguku sampai malam, lagi pula akan berbahaya kalau sampai nona telat makan siang”
Brielle tersipu malu mendengar jawaban dewasa dari Hans, “Dokter silahkan makan yang dokter suka, aku nggak keberatan kalo dokter makan semuanya”
Hans memperhatikan Brielle yang tengah membuka setiap kotak bekal, “Uwaah, apa anda yang membuat semua bekal makan ini nona?”
Brielle malu-malu mengangguk pelan, “I-iya, aku lagi pingin masak banyak jadi aku bawa aja semua yang aku buat pagi ini”
Hans tersenyum saat menerima satu kotak bekal susun itu, Hans agak terkejut saat melihat cara Brielle menata bekal. Gadis di depannya ini menata setiap makanan dengan bentuk karakter kartun yang menggemaskan, Hans bingung harus memakan mana dulu karena cara Brielle membentuk Hello Kitty.
Hans mencicipi telur gulung buatan Brielle yang terlihat menggoda selera itu. Hans juga mencicipi satu per satu makanan yang ada di depannya, matanya berbinar-binar melihat banyaknya makanan yang terlihat menakjubkan ini.
‘Aku sudah menyiapkannya sejak pagi, aku harap nggak masukin terlalu banyak garam’ ucap Brielle khawatir.
Tapi Hans memakan semua makanan yang ia siapkan dengan sangat lahap, Brielle sedikit terkejut karena Hans sama sekali tidak menyiakan makanan di kotak bekalnya.
“Apa kotak ini akan anda berikan pada orang lain, nona?” tanya Hans sembari menunjuk satu lagi kotak bekal yang belum tersentuh oleh mereka.
Brielle menggeleng pelan, “Enggak dokter”
“Baiklah, aku akan makan satu bekal lagi” kata Hans riang, dengan sigap Brielle memberikan bekal itu pada Hans.
Brielle tak keberatan sama sekali Hans menghabiskan semua makanan buatannya, ‘Hei, dia menyukainya’
“Woow, aku nggak tahu kalo nona pandai memasak. Apa anda terbiasa memasak di rumah, nona?” tanya Hans dengan mulut penuh dengan daun selada.
Brielle malu-malu menatap Hans yang punya sifat riang gembira ini, “Nenekku sering membuatkan makanan untukku, aku senang membantu nenek saat memasak”
“Hemm, anda terbiasa membantu beliau memasak jadi anda pun pandai memasak sekarang?”
Brielle mengangguk pelan, “Iya dokter, aku minta nenek untuk mengajarkan beberapa resep makanan, beliau sangat baik sudah mengajarkan banyak hal padaku”
“Anda sangat beruntung nona, masakan nona enak banget. Hahaha lihat aku makan dua kotak bekal buatan anda, aku yakin nenek anda sangat bangga pada anda” ujar Hans, tatapan lembut dari pria ini membuat hati Brielle makin berdegup kencang.
Seperti ada sesuatu hal yang mengetuk pintu hatinya, senyuman ramah itu tak pernah luntur dari wajah Hans sejak pertama mereka bertemu di lorong rumah sakit tadi. Hans sama sekali tidak keberatan Brielle mengganggunya dengan ajakan makan siang ini.
“Well, aku harus segera kembali pulang dokter” kata Brielle yang telah berdiri di depan pintu masuk rumah sakit, Hans pun mengantarkannya sampai ke pintu depan.
“Iya, aku senang anda sudah menemaniku makan siang. Aku kenyang sekali, hehehe”
Brielle menyentuh bibir mungil miliknya dengan jemari mungil yang ia miliki, “Ehemm, aku senang dokter menyukai masakanku, aku sangat berterima kasih dokter mau menghabiskan semuanya”
Hans menyadari ada yang salah dengan sikap Brielle, “Ada yang ingin anda katakan pada saya nona?”
Brielle tersipu entah apa dia bisa mengatakan hal ini atau tidak, “Ehmm apa.. aku boleh.. apa aku bisa..” kata Brielle terbata-bata.
“Nona boleh datang kapanpun kemari, aku pasti senang bisa menyantap masakan anda lagi” ujar Hans seakan bisa membaca apa yang tengah di pikirkan oleh Brielle.
Brielle terkejut karena tak menyangka Hans akan memberikan kesempatan ini seluas mungkin, Hans bahkan tak keberatan Brielle akan terus datang ke rumah sakit setiap hari.
“Lain kali, aku akan membuatkan makanan lebih enak lagi untuk dokter” kata Brielle yang sudah tak malu-malu lagi.
“Hahaha, aku menantikannya nona. Terima aksih sudah membuatkan aku makanan yang enak” jawab Hans senang.
Perut Brielle seakan penuh dengan ratusan serangga cantik yang ingin sekali lepas dari sana saking sesaknya, tak bisa di bayangkan lagi bagaimana senangnya Brielle dengan sikap Hans yang manis lebih dari gula ini.
Hans melambaikan tangan pada Brielle yang akan meninggalkan halaman rumah sakit dengan supir pribadinya. Seseorang yang sudah berdiri di belakang Hans mendekatinya perlahan dan ikut menatap seksama mobil yang di tumpangi oleh Brielle.
“Apa yang kau lakukan disana, Rafa?”
“Bukannya itu tadi Brielle Anderson, bro?”
“Yaah, memang dia”
“Apa yang dia lakukan disini?” tanya Rafael heran.
“I have the same question as yours”
“She seems happy today, did you do something to her?”
“Naah, I just follow what she want. Just like that” jawab Hans ambigu, yang sebenarnya Hans tidak terlalu memusingkan kenapa Brielle datang ke rumah sakit dengan banyak bekal makan.