Panggilan Sayang

1110 Words
Brielle tak menyangka rencana yang ingin ia wujudkan akan terlaksana secepat ini, tanpa mengatakan apapun Hans sendiri yang mengajaknya ke tempat indah dan manis ini. Hans membawa Brielle ke café bernuansa ceria, café tersebut juga memiliki dekorasi warna warni Brielle melahap ice cream berukuran besar, Hans tersenyum manis melihat tingkah Brielle yang tengah menikmati ice cream di depannya. Sikap manis kekanak-kanakannya tidak di buat-buat, Hans tahu betul Brielle termasuk gadis manja. Brielle sadar betul Hans menatapnya, “Ehem, dokter tidak pesan apapun?” “Hemm, aku masih kenyang setelah makan bekal dari anda tadi” jawab Hans manis, “Emm aku harus jujur kalau bekal yang anda buat hari ini sangat enak, aku menyukainya” Bagai di timpa puluhan badak Sumatera, wajah Brielle merona seketika “Benarkah? Aku bersyukuk dokter menyukainya. Aku akan berusaha memasak lebih baik lagi ke depannya, aku senang kalau dokter mau mencicipi semua masakanku” jawab Brielle malu-malu. Hans menyikap kedua tangannya di meja, “Hemm, anda sangat manis kalau tersenyum. Aku harap selalu bisamelihat anda tersenyum seperti ini” Brielle makin di landa kebahagiaan tiada tara, “Dokter juga, aku suka kalo dokter menyukai makanan yang ku buat. Aku harap bisa membuatkan dokter makanan enak setiap hari” Astaga inilah drama kalau seorang gadis baru jatuh cinta, semua yang di lihat terasa indah bagai taman bunga yang bermekaran. Yang bermekaran di sini maksudnya cintanya yang berseri-seri, sungguh kekuatan cinta yang sangat hebat! Hans menatap wajah Brielle yang makin berseri, “Baiklah aku akan sangat senang kalau bisa makan di temani gadis secantik anda, tapi aku punya satu syarat” “Aku mendengarkan, dokter” “Jangan panggil aku dokter dokter lagi kayak tadi, rasanya geli” Brielle agak bingung dengan permintaan Hans kali ini, “Bukankah dokter memang seorang dokter? Wajah dong kalo aku panggilnya dokter” “Well aku terbiasa di panggil seperti itu oleh pasienku, sementara anda bukan seorang pasien jadi ku harap anda tidak memanggilku seperti tadi” ‘Aah dokter mulai memikirkan panggilan kecil, eh bisa jadi aku memanggilnya dengan panggilan sayang’ ucap Brielle dalam hati dengan hati penuh gembira. “Kira-kira panggilan apa yang dokter sukai?” Hans sejenak berpikir juga tentang hal ini, agak aneh memang dia tiba-tiba meminta Brielle memanggilnya dengan sebutan lain. “Bagaimana kalo Hans saja, aku akan senang jika anda memanggil namaku” Brielle diam sejenak, “Aku tidak nyaman kalo memanggil orang lain dengan nama mereka langsung, bagaimana kalau ku panggil ‘kak’?” “Well ide bagus, aku akan terbiasa dengan panggilan baruku dari nona Anderson hahaha” tawa Hans yang renyah membuat Brielle makin berselera makan. Suasana café yang tidak ramai dengan alunan music jazz membuat Brielle seketika jatuh cinta dengan semua yang ada di dalam café ini. Brielle tak menyangka Hans menemukan tempat semanis ini, selera Hans ternyata tidak biasa. “Ehm, apa aku boleh tahu kenapa dokter, eh maksudku kak Hans mengajakku kemari? bukankah kakak sudah sangat capek hari ini?” Ada sesuatu menghangat di hati Hans saat Brielle memanggilnya dengan sebutan itu, “Emm, aku ingin meminta maaf pada anda nona” “Soal apa?” “Soal Rafael tadi” Brielle teringat dengan pria gila yang merebut bekal makan yang di siapkan untuk Hans, “Oh soal dokter Rafael tadi, nggak apa-apa kok kak. Aku nggak marah kok, hehe” “Dan juga soal anda…” Hans tak mampu melanjutkan ucapannya, dia khawatir kalau menyiggung perasaan Brielle. “Soal aku menunggu kak Hans tadi?” Hans sedikit menunduk bila ingat hal itu, “Benar, aku sangat minta maaf sudah membuat anda menungguku di depan ruang kerja. Aku sama sekali tidak peka kalau anda akan datang hari ini” Cara Hans meminta maaf dengan mimik wajah sangat merasa bersalah membuat Brielle khawatir, yang lebih mengejutkan karena Hans sedikit tersenyum seolah ia tengah menghibur Brielle. Brielle mengibaskan tangannya pelan, “Hahaha soal itu ya, nggak usah di pikirkan kak. Memang aku yang salah karena nggak ngasih tahu kak Hans kalo mau datang, bukan salah kak Hans kok” Hans tersenyum manis mendengarnya, Brielle ternyata memiliki hai lembut dan berbanding terbalik dengan kakaknya si Bryan yang berhati setengah iblis. “Sebagai tanda maafku, aku akan mentraktir anda hari ini. Anda bisa pesan makanan apapun yang anda sukai disini” kata Hans, tetap dengan senyuman manisnya. Mata Brielle berbinar-binar saat mendengar hal itu, “Terima kasih banyak kak” Di malam bersejarah itu, Brielle pesan camilan dan ice cream sangat banyak, Hans sedikit terkejut saat melihat napsu makan Brielle yang sangat besar ini. Hans teringat seseorang yang punya napsu makan sangat besar seperti Brielle, cara makannya pun sama lucunya. Mereka akan menggoyangkan kepala ke kanan dank e kiri saat menyantap setiap gigit makanan. ‘Aku penasaran apa semua wanita punya napsu makan segini gedenya? Eh tunggu dulu, emang segede apa sih ukuran perut mereka sampe bisa nampung makanan sebanyak ini?’ ucap Hans dalam hati, dia sangat bertanya-tanya juga kemana semua makanan yang pada wanit makan. ‘Mengerikan.. mengerikan, semua wanita di sekitarku terlihat mengerikan banget’ ucap Hans lagi saat ia menatap Brielle tak henti makan. * Brielle menatap luas langit biru yang membentang di atasnya, Brielle teringat akan moment empat hari yang lalu saat Hans mengajaknya makan malam alias makan camilan di café bernuansa ceria. Hati Brielle semakin menghangat saat Hans mengantarnya pulang, Hans sampai membuka pintu mobil untuknya. “Terima kasih kak” kata Brielle malam itu, “Terima kasih sudah mengajakku makan malam hari ini, menunya enak-enak” “Hahaha, aku senang nona suka dengan tempat itu” "Aku nggak nyangka kak Hans menemukan tempat semenarik cafe tadi" "Well kebetulan aku sering datang kesana dengan Rafael hehe" “Eeh kak Hans..” “Ya, nona?” “Apa lain kali.. aku.. apa aku bisa...” ucap Brielle terbata-bata, dia tak bisa mengatakan apa yang mengganjal di pikirannya. Hans menangkap apa yang di katakan oleh Brielle dan mengganjal di benak gadis itu, “Aku nggak keberatan menemani anda datang ke café itu lagi” Hati Brielle sangat bermekaran kala itu juga, Hans benar-benar tipe pria romantis yang sangat manis. Hans pun tak punya keraguan untuk dekat-dekat dengan Brielle, gadis itu sudah berulang kali di perlakukan baik oleh pria tapi itu pengawal, sangat berbeda rasanya dengan Hans. “Aaah kak Hans memang manis banget deh. Manisnya lebih dari gula aren hahahaha” teriak Brielle girang. “Oke oke, sekarang aku akan menyusun rencana lain untuk mengajak kak Hans pergi ke tempat lebih romantis! Bayangkan betapa manisnya kak Hans nanti” ucap Brielle penuh semangat membara. Dengan cekatan gadis ini menyusun setiap rencana cemerlang yang akan di gunakan saat ia bertemu dengan Hans nanti, lebih tepatnya Brielle akan menyeret Hans untuk kencan buta!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD