Crazy Nathan

710 Words
Malam itu udara terasa lembap, sisa hujan sore hari masih meninggalkan bau tanah yang khas. Asti berjalan mondar-mandir di ruang tamu, sesekali melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Rumah yang tadinya sunyi mendadak terasa mencekam di matanya. "Mas Nathan di mana, sih?" gumam Asti cemas, kedua tangannya bersedekap sambil melangkah ke dapur. Ia membuka lemari, kulkas, bahkan sempat memeriksa kamar mandi di dekat dapur, tetapi hasilnya nihil. Sudah hampir satu jam Nathan, suaminya, menghilang tanpa kabar. Hal ini tidak biasanya terjadi. Nathan selalu berada di sisinya di malam hari, menemani mengobrol atau sekadar bercanda ringan sebelum tidur. Tapi malam ini, Nathan seperti ditelan bumi. Tanpa pikir panjang, Asti menuju lorong kamar. Setiap pintu ia cek, hingga akhirnya ia berdiri di depan pintu kamar Juwita, kakak kandungnya yang baru beberapa bulan lalu kembali tinggal bersama mereka. Awalnya, Juwita kembali ke rumah ini karena alasan pekerjaan, namun Asti tahu bahwa ada luka di hati kakaknya yang membuatnya kembali—luka yang berasal dari hubungan masa lalu. Asti berdiri diam di depan pintu kamar Juwita. Ia ragu mengetuk, tapi akhirnya ia memanggil dengan suara lantang, "Mas Nathan! Mas ada di mana?" Suara Asti menggema di rumah yang mulai senyap. *** Nathan, yang berada di dalam kamar Juwita, terlonjak mendengar panggilan itu. Ia berdiri terburu-buru dari kursi tempatnya duduk. Wajahnya menunjukkan kepanikan, dan tatapan matanya bertemu dengan Juwita yang sama-sama terkejut. "Mas, cepat keluar! Jangan sampai Asti curiga," bisik Juwita dengan nada cemas. Nathan mengangguk cepat. Ia melangkah menuju pintu, membuka sedikit celah, lalu mengintip untuk memastikan Asti tidak terlalu dekat. Setelah itu, ia melangkah keluar dengan hati-hati, berusaha menghindari suara langkah yang terdengar jelas di lantai kayu rumah itu. "Aku di sini, Dek Asti," panggil Nathan dengan senyum tipis, mencoba terlihat santai meski dadanya berdegup kencang. Asti, yang berdiri di lorong, menoleh dengan cepat. Raut wajahnya berubah lega begitu melihat suaminya keluar dari kamar. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri dan memeluk Nathan erat. "Mas, kamu di mana saja? Aku cari-cari dari tadi," ucapnya dengan nada sedikit mengeluh. "Ini sudah malam, ayo tidur." Nathan mengangguk sambil mengelus punggung istrinya. "Iya, Mas cuma ngobrol sebentar sama Juwita. Maaf, ya." Asti tidak banyak bertanya lagi. Ia menggandeng tangan Nathan, membawanya ke kamar mereka. Nathan hanya mengikuti langkah istrinya tanpa menoleh ke belakang. Di dalam kamar, Asti langsung merebahkan diri di kasur sambil tersenyum lega. Nathan memperhatikan istrinya sejenak sebelum ikut duduk di sampingnya. "Mas, besok jangan lama-lama, ya, kalau ngobrol sama Mbak Juwita," ucap Asti pelan sambil memejamkan mata. Nathan hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia tahu perasaan Asti begitu tulus, dan hal itu membuat dadanya terasa sesak karena apa yang baru saja ia lakukan. *** Di balik pintu kamar, Juwita memperhatikan Nathan dan Asti yang berjalan bersama menuju kamar mereka. Matanya berkaca-kaca, dan napasnya terasa sesak. Ia merasakan gelombang emosi yang sulit ia kendalikan. Dengan gerakan kasar, ia menyeka air mata yang mulai mengalir di pipinya. "Seharusnya itu aku... Seharusnya aku yang berdiri di samping Nathan, bukan Asti," gumamnya penuh amarah. Kenangan masa lalu kembali membanjiri pikirannya. Nathan adalah kekasihnya, cinta pertamanya, dan orang yang ia pikir akan menjadi suaminya. Namun takdir berkata lain. Hubungan mereka kandas karena sebuah kesalahpahaman, dan sebelum Juwita sempat memperbaiki semuanya, Nathan malah memilih menikah dengan Asti. Juwita merasa terjebak di antara cinta yang belum selesai dan kenyataan pahit yang harus ia hadapi. Ia tidak pernah membenci Asti, adik yang selalu ia sayangi. Tapi di sudut hatinya, ia tidak bisa memaafkan takdir yang membuat Nathan menjadi milik orang lain. *** Juwita menatap pada handphonenya yang berbunyi. Ia langsung membuka pesan yang dikirim oleh Nathan. [Juwita, aku sangat ingin sekali kamu yang tidur di sini bersama denganku. Atau kau saja yang tidur denganku sekarang?] Juwita terkejut dengan pesan yang baru saja di dapati oleh dirinya. Juwita memijit kepalanya dan menggeleng pelan. [KAU SUDAH GILA NATHAN! Di sampingmu ada Asti!] [Ya, aku tahu kalau di sampingku ada Asti. Bukankah perselingkuhan yang pernah aku tawarkan itu mau kau terima? Ayolah… terima saja Juwita. Lagian aku hanya mencintai dirimu. Bukan Asti. Tidak akan ada yang mengetahuinya. Hanya aku dan kamu yang tahu. Pikirkan ya Juwita, karena aku merasa kejantananku hanya akan berdiri karena lubangmu, sayang] Juwita terdiam mendapati pesan itu dan menggeleng pelan. Nathan memang sudah benar-benar gila dan tidak waras!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD