Setelah pertengkarana dua hari kemarin di rumah ini, yang membuat Juwita mau pergi tapi dilarang oleh Rara. Sehingga Juwita tetap tinggal di sini sebagai pembantu di rumah adiknya sendiri. Pintu rumah terbuka, dan langkah kaki yang familiar menggetarkan lantai. Nathan, seorang pria tampan dengan sorot mata yang intens, muncul di ambang pintu, matanya langsung mencari sosok yang dicintainya. "Juwita," bisiknya, suaranya lembut dan penuh kerinduan. Dia berjalan mendekat, langkah-langkahnya penuh keraguan, seolah takut akan penolakan. "Aku merindukanmu." Juwita mengangkat wajahnya, senyum tipis terbentuk di bibirnya. "Aku juga merindukanmu, Nathan," desahnya, suaranya lembut dan hangat seperti sinar matahari pagi. Tanpa berkata lagi, Nathan melangkah maju, memeluk Juwita dari belakang, ta