"Tuan Cho," sapa salah satu kolega Kyuhyun yang berada di klub itu. Pria dengan kemeja putih dengan lengan yang di gulung se siku itu tampak menawan di tengah kumpulan manusia berpesta disana.
Ia menghampiri koleganya Mr Wang yang ingin bertemu disini. Bar miliknya.
"Maaf lama menunggu," ujar Kyuhyun sambil menjabat pria paruh baya itu.
Pelayan yang memang siap siaga di ruang VIP itu pun langsung menuangkan segelas wine yang memang di siapkan untuk Kyuhyun.
"Aku tahu ini kesukaanmu," ujar tuan Wang.
"Terimakasih," balas Kyuhyun singkat dan langsung menyesap sedikit minuman merah itu.
"Jadi bagaimana dengan proyeknya?" tanya Mr. Wang to the point.
"Semua berjalan dengan baik. Sedikit perubahan pada design nya semua akan baik-baik saja"
"Baiklah kalau begitu," balas Mr Wang yang kembali meneguk minumannya.
Kyuhyun mengerutkan dahinya, "Kita berkumpul disInI bukan karena kau ingin menanyakan hal itu saja kan?"
Mr Wang menunjukkan senyum singkatnya. "Inilah yang membuatku suka padamu Kyuhyun. Kau pintar," kata tuan Wang sambil mengelus paha Kyuhyun yang di balut celana jeans itu.
Geli.
Itu yang Kyuhyun rasakan.
Berkali kali Kyuhyun mengumpat dalam hati. Ia juga harus menahan tangannya untuk tidak mencekik pria tuan ini. Kyuhyun tahu orientasi Mr Wang yang sudah memiliki keluarga hingga cucu, tapi dirinya masih memiliki hubungan dengan para lelaki. Ia sempat ditawari untuk tidur oleh pria ini, namun Kyuhyun tolak mentah-mentah. Dengan cara yang baik tentunya.
Kyuhyun tengah berhadapan dengan iblis yang memiliki tambang emas.
Tentu ia tak bisa main-main.
Bisa saja ia mati.
Tapi sungguh ini sangat menjijikan.
"Kau masih tidak mau denganku?" tanya Mr Wang yang semakin memberanikan tangannya menuju pusat Kyuhyun. Secara spontan ia langsung menepis tangan Mr Wang.
"Kita bertemu untuk pekerjaan Mr. Wang," balas Kyuhyun dengan suara tegas.
"Kenapa? Karena gadis itu, Aeji?" ujar tuan Wang yang berhasil mendapatkan perhatian seorang Cho Kyuhyun. Tatapan Kyuhyun mengarah pada pria tua ini sepenuhnya.
"Jangan sentuh dia."
"Aku tak bisa janjikan itu. Kartu AS mu ada padaku, kau tahu itu bukan?" balas Mr Wang dengan tawa lepasnya. Kyuhyun begiu geram melihatnya. Ingin rasanya ia membunuh pria tua ini. Namun ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan hingga membiarkan sosok ini tetap hidup.
Di teguknya segelas wine itu kembali, "Katakan apa lagi maumu?"
Mr. Wang tersenyum bahagiah, seperti memenangkan proyek miliyaran rupiah. Pria itu mulai mengikis jarak duduk antar mereka berdua, seolah ingin mengatakan hal yang rahasia. Hal iitu berhasil membuat Kyuhyun heran.
"Kyuhyun, pilihanmu akan menentukan nasibmu," ia semakin mengerutkan dahinya, apa maksud pria tua ini. Wajahnya semakin dekat pada Kyuhyun, hingga kalimat penawaran itu membuat dirinya memanas.
"Tidur dengan ku atau aku tidur dengan gadismu?"
"b******n!"
BUKK!
Kyuhyun langsung melayangkan bogem mentah ke wajah Mr. Wang, membuat bodyguard yang berada di dalam dan luar ruangan segera mendekat. Mengunci tangan Kyuhyun dan mendorongnya hingga mencium lantai dingin, tepat di depan sepatu kulit Mr. Wang.
Beberapa bodyguard membantu Mr. Wang untuk berdiri. Tebitlah senyum licik di wajah Mr. Wang.
"Kau berubah sekarang. Kau tidak ingat aku memiliki kartu AS mu sayang? Berani padaku hah?" geram Mr. Wang yang menginjak kepala Kyuhyun dengan sepatunya. Hal itu membuat Kyuhyun semakin geram namun ia tak bisa bergerak, karena tangannya yang terkunci oleh bodyguard pria tua itu.
"Hah, baiklah. Aku sedang baik padamu hari ini. Langsung tentukan saja... mana pilihanmu, sayang?"
Mr.Wang kini berjongkok dan tersenyum lebar seolah berusaha menarik perhatian Kyuhyun agar mau berbaring di kasurnya. Kyuhyun yang melihat wajah itu semakin muak. Ia tak kuat lagi terus di perbudak oleh pria ini. Semua permintaan liciknya telah ia penuhi. Kini ia ingin Aeji? Tidak akan ku biarkan jari kotor pria tu ini menyentuh kekasihnya.
Sekuat tenaga Kyuhyun berusaha memberontak dari kukungan para bodyguard Mr. Wang. Tubuhnya bergerak sekuat mungkin dan berusaha menyingkirkan seluruh pria yang berusaha mengambil kotrol atas tubuhnya. Namun tak semudah yang di bayangkan.
Mr. Wang hanya tertawa dan duduk di salah satu sofa yang tak jauh darinya.
Hingga saat Kyuhyun berdiri.
"SIal, ada apa denganku?" bisiknya dalam hati. Bagaimana tidak heran? Kyuhyun merasa pandangannya mengabur, seolah bumi ini berputar, seperti sedang terjadi gempa. Kyuhyun masih melihat bayang-bayang Mr. Wang yang tengah tersenyum, namun tak begitu jelas. Tawa dan suara musik orang-orang terdengar begitu jelas dan reduo secara bersamaan, hingga pada beberapa saat kemudian...
Gelap dan hening.
Hollow Man
"Agh.. pegal sekali pinggangku," seru Aeji yang berusaha membawa barang-barang yang akan ia gunakan untuk acara besok. Seulbi yang sebenarnya ditugaskan untuk membantunya justru meminta Aeji untuk mengerjakannya sendiri karena ada kencan dadakan katanya. Tapi apa boleh buat, kemarin saat ia ambil cuti, Seulbi lah yang membantunya, mengemasi barang-barang ini bukanlah hal yang susah. Aeji hanya perlu membungkasnya dalam plastik atau tes, memasukannya ke dalam box dan mengangkutnya hingga ke ruang pengawasan yang berada di ujung lorong.
Drrt... Drrt...
From : Sehun
Kenapa kau sombong sekali tidak membalas pesanku?!
Aeji yang membaca pesan Sehun tertawa geli. Sejak pesannya lusa, ia belum membalasnya hingga sekarang. Tidak penting juga kalau di pikir-pikir
From : Me
Aeji membalas pesan Sehun
From Sehun
Sial -_- . Chimaek? (Ayam dan beer)
Aeji menimang-nimang ajakan Sehun. Bukankah itu ide yang menarik? Dia belum makan juga. Kyuhyun sedang sibuk di luar kota. Kesempatan emas.
From : Me
Kau yang traktir
From : Sehun
Okay. Call! (Setuju)
Aeji tersenyum bahagiah dan langsung menentukan tempat dan jam untuk makan bersama Sehun. Setidaknya uangnya akan selamat kali ini, bukankah begitu? Penuh semangat Aeji kembali mengemasi barang-barang yang akan di persiapkan untuk acara besok. Box yang digunakan cukup banyak, ada sekitar 10 dan ukurannya cukup besar. Kantor sudah sepi. Apa boleh buat, Aeji akhirnya memindah box tersebut satu per satu sendirian.
"Semangat Aeji, kurang sebagian lagi," seru Aeji dalam hati. Dengan penuh keringat gadis itu memindahkan barang-barang tersebut ke ruangan penyimpanan. Seandainya Pak Jang tidak mengajaknya untuk meeting bersama klien sore ini, pasti ia sudah menyiapkan semua barang-barang yang dibutuhkan. Dan tentunya tidak berakhir ditinggalkan oleh teman kantornya sendiri disini.
"Sial," gumam Aeji yang kembali mengemasi beberapa barang yang terjatuh.
Setengah jam sudah telampaui. Aeji menatap rak penyimpanan dengan teliti, memastikan tidak ada barang yang tertinggal karena acara besok cukup penting. Setidaknya keberhasilan acara besok, mungkin dapat mempromosikannya menjadi manager di divisinya. Entahlah.
Aeji melihat ada box pada rak ketiga yang seperti hampir terjatuh. Aeji berjinjit berusaha mendorong box itu agar berada rapi di dalam raknya. Tubuhnya yang tidak tinggi sehingga membutuhkan usaha keras untuk melakukannya.
Slip!
Aeji tersenyum melihat box itu berhasil masuk lebih ke dalam rak. Namun matanya terbelalak saat melihat box yang berada di rak ke empat tampak bergoyang seolah akan terjatuh. Aeji berusaha untuk menggapainya agar barang itu tidak terjatih.
Ia berpegangan pada ganggang rak agar tak terjatuh dan kakinya mulai berjinjit untuk menggapainya. Sialnya, tidak sampai. Tanpa Aeji sadari, kebodohan yang dilakukan justru membuat box itu kini melayang jatuh mengarah padanya.
Aeji yang panik langsung menjerit dan melindungi diri sambil berjongkok.
Tapi. Kenapa tidak sakit? Aeji melihat ke atas dan box itu tepat berhenti hampir mengenai kepalanya. Aeji merasakan seseorang tengah berada di belakangnya. Benar0benar beruntung, ada seseorang yang membantunya.
Sambil berusaha berdiri dan merapikan pakaiannya, Aeji berbalik dan mendapati sosok itu berjalan keluar dari ruangan.
"T-tuan tunggu," ujar Aeji yang sedikit berlari menyusulnya. Tentu saja ia tak lupa sopan santun untuk mengucapkan terimakasih.
Saat sampai di luar ruangan. Gadis itu mengerutkan dahinya.
"Hm? Dimana laki-laki itut?" Aeji yakin sosok pria yang menyelamatkannya tadi baru saja keluar dari ruangan yang sama dengannya. Tentu saja tidak mungkin menghilang secepat ini.
Aeji terdiam dan matanya terus menelisik sekitarnya. Memastikan benar-benar tidak ada suara maupun bayangan sosok itu.
Tiba-tiba suara Minho masuk begitu saja pada ingatannya. Iya, waktu itu yang di pantry.
"Ini tidak mungkin," gumam Aeji.
Bulu kuduk gadis itu mulai berdiri. Rasanya merinding. Hanya perasaannya saja atau tidak, tapi ia benar-benar merasa di awasi sekarang. Setelah banyak kejadian yang menimpanya semua ini semakin terasa nyata. Dan baru saja, apa sosok itu sedang menunjukan wujudnya? Pria tampan, seperti kata Minho. Aeji mengingat kilasan beberapa menit yang lalu. Seorang pria berambut cepak nan tinggi dengan kemeja hitamnya. Apakah ia yang dimaksud dengan Minho?
Dengan gontai, Aeji berjalan menuju mejanya. Ia masih merasa tak nyaman sekarang. Tubuhnya merinding. Lebih tepatnya ia merasa takut sekarang. Sebaiknya ia segera pergi darisini.
Ketika tengah mengemasi barang bawaannya. Mata Aeji tiba-tiba tertuju pada kertas kecil yang menempel pada komputernya. Penuh takut, Aeji menelan ludahnya melihat setiap kalimat di sana, yang tertulis...
"Jangan Takut. Aku akan bersamamu setiap hari sampai akhir"
Ya Tuhan