Tidak pernah terbayangkan oleh Antika bahwa ia akan kembali ke Indonesiam lebih tepatnya, kembali ke rumah tiga lantai itu. Rumah yang dulu menjadi titik awal segalanya, saat ia tiba dari London sebagai murid baru yang dijaga pamannya, rumah yang menjadi saksi bisu bagaimana ia dan Nagara terjerat dalam hasrat yang seharusnya terlarang, dan rumah yang kemudian menyimpan luka-luka yang membentuk seluruh hidupnya.
Mobil berhenti di halaman. Antika menatap fasad rumah itu lama sekali. Cat abu-abu tua yang dingin, jendela-jendela besar yang dulu membuatnya merasa diawasi, dan halaman yang selalu terasa asing di matanya. Nagara turun dari mobil sambil menggendong Khairel yang tertidur nyenyak. Ia mendekat, merangkul pinggang istrinya, memberi tekanan lembut yang seperti berkata, saya di sini,
