Zoya berjalan dengan langkah lesu di koridor rumah sakit, tatapannya kosong memandang ke depan. Sebagai dokter, ia telah melihat banyak pasien dengan cerita hidup yang berbeda-beda, tapi tidak ada yang lebih menyedihkan daripada hidupnya sendiri. Sebentar lagi, ia akan menikah dengan Matthias, Ayahnya telah memutuskan, dan Zoya terjebak dalam pusaran emosi yang menghancurkan. Cinta dan kesetiaan kepada Enzo bertabrakan dengan rasa takut dan hormat kepada Ayahnya. Ia tidak ingin menjadi anak yang tidak tahu diri, tapi hati kecilnya berteriak untuk melawan. Zoya merasa seperti kapal yang terjebak di tengah badai, tidak tahu ke mana harus berlabuh. Ia hanya bisa diam, menahan pil pahit yang tidak ingin ia telan, sambil berharap bahwa suatu hari nanti, ia bisa menemukan jalan keluar dari di