Salah Sangka

1070 Words
Ponsel Axel berdering, ada panggilan dari mamanya, segera dia menerima panggilan tersebut. "Assalamualaikum, Ma. Mama di mana?" "Wa'alaykumussalam. Mama masih di dalam gedung, masih ngobrol sama temen. Kamu pulang duluan aja, anter Alina ke rumahnya. Biar Mama pulang sama supir. Kasihan kalau sampai Alina pulangnya kemalaman," teriak Bu Gina di dalam gedung dan masih terdengar suara musik. "Ok. Aku udah di luar. Tadinya mau nungguin Mama. Tapi kalau Mama masih lama, Axel anter Alina dulu ke rumahnya. Kalau supir enggak datang, telepon Axel aja, Ma. Nanti dijemput," kata Axel karena mungkin saja supir mamanya tidak bisa menjemput. "Iya. Hati-hati di jalan, jangan ngebut, tolong jagain calon mantu Mama, jangan sampai dia kenapa-kenapa," ucap Bu Gina mengkhawatirkan Alina. "Mama enggak khawatir sama anaknya sendiri, malah khawatir sama anak orang." "Udah jangan protes, pokoknya inget pesen Mama." "Iya, iya, Mama Sayang." "Mama mau lanjut ngerumpi sama temen lagi. Salam buat Alin. Assalamualaikum." "Wa'alaikumsalam." Axel menyimpan ponselnya lagi dalam saku. "Tante bilang apa, Bos?" tanya Alina penasaran. "Katanya kita disuruh pulang duluan. Aku harus nganterin calon mantu Mama dengan selamat sampai ke rumahnya, Mama nitip salam buat kamu." "Hah? Calon mantu? Siapa? Aku?" tanya Alina merasa bingung dengan kata-kata calon mantu. "Iya kamu, masa kucing tetangga. Udah ayo masuk. Tapi makan dulu ya. Aku laper, kan di dalem kita enggak jadi makan," ucap Axel sambil mengelus perutnya. Belum sempat Alina menjawab ajalah Axel, ada suara teriakan dari sahabatnya, Calista. "Aliiiiin, eh, bener kan kamu Alin? Aku pangling lihat kamu cantik begini. Kamu ngapain ke sini?" tanya Callista menghambur ke pelukan sahabatnya. Alin tidak menyangka akan bertemu Calista di sini. Tetapi dipikir-pikir pasti Callista datang, karena teman Bu Gina pasti teman orang tua Calista juga. "Aku nemenin Tante Gina kondangan. Kamu datang sama siapa?" jawab Alin yang mebuat Calista bingung setelah mendengarnya. "Eh, ada Axel juga. Aku baru sadar. Kamu nemenin Tante Gina? Hmm ... mencurigakan ini? Jangan-jangan ...." Calista menangkap Alina merahasiakan sesuatu padanya. "Jangan-jangan apa? Aku sama Bos Axel kan enggak ada hubungan apa-apa," jawab Alina santai. "Tapi, kok Tante Gina sampe minta ditemani kondangan? Kamu yakin enggak pacaran sama anaknya? Bos kamu itu bukan siapa-siapa? Aku enggak percaya. Kamu kok enggak cerita apa-apa sih?" ucap Calista tidak percaya dengan ucapan sahabatnya. "Pacaran? Enggak, cuma pura-pura pacaran aja." "Sama Axel? Pura-pura pacaran? Nanti jadi pacaran beneran lho. Kamu enggak takut?" "Enggak mungkinlah Bos Axel suka sama aku. Iya kan, Bos?" tanya Alina meminta persetujuan bosnya. "Iya. Enggak mungkin kok. Kami enggak ada hubungan apa-apa," jawab Axel meyakinkan Callista. "Sekarang sih belum, besok kan enggak tau. Udah ya, Lin. Aku ditunggu Papa. Kamu utang cerita sama aku. Nanti aku tagih. Bye, Alin." Calista meninggalkan Alina dan Axel karena dia harus pulang bersama orang tuanya ke rumah membawa rasa penasaran pada Alina dan Axel. "Yuk, kita pulang juga, biar kamu enggak kemalaman sampai rumah," ajak Axel pada Alina untuk masuk mobil. Axel mengemudikan mobilnya setelah Alina selesai memakai safety belt. Mobil meluncur ke jalan ke arah rumah Alina. "Kita makan di restoran yang ada di pinggir jalan ke arah rumah kamu, ya," kata Axel sambil menyetir. Alina mengangguk. Dia memandangi jalanan dari kaca di sebelah kiri. Jalan masih ramai. Sementara di luar sana orang tengah berbahagia karena bisa menghabiskan waktu dengan orang tersayang, sedangkan dia baru saja mengalami hal buruk karena bertemu Shania. Dari dulu memang hubungannya dengan Shania tidak pernah baik, dan dia sangat menyangkan itu. Mengapa dengan saudara sendiri hubungannya tidak pernah akur. "Alin, kamu melamun? Ayo turun. Sudah sampai di restoran ini," kata Axel menyolek pundak Alina sebelum melepas safety belt yang dia terpasang padanya. "Eh, udah sampai, Bos? Ya udah kita turun, ini restoran apa ya, Bos?" ucap Alina baru sadar dari lamunannya. "Enggak tahu, kayaknya restoran fine dinning gitu. Kita masuk dulu aja." Alina melepas safety belt, membuka pintu mobil lalu keluar. Dia berjalan mengikuti Axel masuk ke restoran. Axel mencari tempat meja yang kosong. Dia melihat di pojokan ada meja kosong dengan dua kursi. Cukup untuk dia dan Alina. Axel mengajak Alina ke meja itu, dan menyuruhnya duduk. Pelayan restoran datang memberikan buku menu. "Saya pesen makanan yang sama dengan Bos aja. Saya enggak tahu mana makanan yang enak," ucap Alina yang malas membaca buku menu satu persatu. "Ok, tapi kamu harus habiskan semua." Axel memesan dua macam menu yang sama untuknya dan Alina. Pelayan restoran pamit untuk membuatkan pesanan. Malam itu Alina makan tetapi tidak berselera karena masih teringat kejadian di acara resesi pernikahan tadi. Rasa kesalnya sampai ke ubun-ubun sehingga dia kelepasan menampar saudara sepupunya sendiri. Alina menyesali perbuatan tadi. Selesai makan dan membayar, Axel mengajak Alina masuk lagi ke mobil. Axel lanjut menyetir mobil ke rumah Alina. Tidak lama setelah meninggalkan restoran Alina tertidur. Dia merasa lelah karena seharian di luar. Rasa kantuk dan sejuk pendingin mobil membuatnya tidak bisa menahan rasa kantuk. Axel menoleh pada Alina yang tertidur, lalu kembali fokus menyetir. Tiba di dekat rumah Alina, Axel memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Melihat Alina masih tertidur pulas, dia membiarkan perempuan itu tidur. Dia tidak mematikan mesin mobil. Lama-lama dia juga mengantuk dan ikut tertidur di mobil. Jam 11 malam seorang perempuan paruh baya mengetuk-ngetuk pintu mobil Axel. Perempuan itu mematikan jika yang sedang tidur di dalam mobil adalah anaknya, Alina. Alina terbangun mendengar suara ketukan di kaca mobil Axel. Dia terkejut melihat perempuan yang mengetuk kaca mobil adalah ibunya. Alina membuka pintu dan keluar dari mobil. Ibunya memukul lengan Alina dengan tangannya berkali-kali karena merasa kesal dengan pikirkan buruknya sendiri. "Kamu dari mana aja, pulang larut sama laki-laki. Dapat dari mana kamu baju ini? Alin, Ibu tahu kita punya utang, tapi enggak begini caranya mencari uang," ucap ibunya Alina masih memukuli anaknya. Alina bingung melihat ibunya yang terus memukul lengan Alina."Jangan-jangan Ibu pikir aku habis melacur," batin Alina memandang pakaian yang dia kenakan lalu memegang wajahnya yang memakai riasan. Axel keluar dari mobil untuk mencari tahu apa yang sebenernya terjadi. "Ibu, Ibu kenapa? Alin salah apa sampai Ibu pukuli terus?" tanya Axel penasaran. "Laki-laki b******n, teganya kamu sama anak saya. Dia itu anak baik. Tega kamu merusak anak saya," ucap ibunya Alina mendekati Axel lalu memukul lengan Axel. "Ibu ini salah paham. Ayo kita pulang dulu. Biar saya jelaskan di rumah. Enggak enak malam-malam begini ribut di jalan," kata Axel menenangkan ibunya Alina. Dia mengajak Alina dan ibunya jalan ke rumah. Mereka masuk ke rumah, duduk di dalam. Axel mulai menjelaskan pada ibunya Alina tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD