“Eh!” pekik Nera pelan begitu keluar dari ruang besuk. “Kenapa?” tanya Farhan. “Itu… Fatih sama…” Farhan mengikuti arah telunjuk Nera. Alisnya seketika terangkat melihat putranya sedang mengobrol dengan seorang remaja laki-laki. “Anak itu ‘kan memang gampang memulai obrolan. Paling juga dia salah satu pengunjung lapas,” jawab Farhan santai. Nera tak menjawab. Ia berjalan di belakang Farhan yang sudah mulai melangkah. Tidak, Nera sama sekali tak terkejut dengan pemandangan Fatih yang mengobrol dengan orang yang baru dikenal. Tapi, remaja laki-laki yang duduk di sana. Jika tidak salah ingat, remaja itu adalah orang yang sama dengan yang ia lihat saat membesuk sang ayah beberapa waktu lalu. “Ayo pulang, Tih!” ajak Farhan begitu tiba di dekat putranya. “Oh, sudah?” “Iya.” “Kalau gitu