104 - Teror Mematikan

1416 Words

Adzan subuh berkumandang dari masjid dekat rumah mendiang hakim ketua. Suara sang muadzin begitu lantang hingga sanggup menembus tebalnya dinding rumah mewah itu. Membangunkan istri hakim ketua yang terlelap di balik selimut tebal dan piyama mahalnya. Wanita itu menggeliat, kedua kelopak matanya membuka perlahan. Satu menit setelah adzan berakhir, wanita itu baru bangkit dari tidurnya. Duduk di ujung ranjang, melirik ponsel yang ia letakkan di meja kecil samping tempat tidur. Ia mendesah, menyentuh bantal di sebelahnya. Dingin dan kosong. Sama seperti hatinya yang telah ditinggal pemiliknya beberapa waktu lalu. Meski begitu, kenangan puluhan tahun mereka bersama masih membekas di memori terindah di dalam otaknya. Suaminya itu mungkin dikenal orang lain sebagai orang yang b***t karena tel

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD