Chapter 6

1935 Words
Selama berada di dalam lift, Lauren terus menatap pria itu melalui pintu lift yang memantulkan tubuh mereka. Pria yang ia lihat saat berada di acara Paris Fashion Week. Pria incarannya yang tak lain adalah Byll. Dan Lauren menganggap hal itu sebagai pertanda bahwa ia tak boleh mencari pria incaran lain karena Byll adalah mainan baru yang tepat untuknya.    Suasana dalam lift tersebut pun sangat hening tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Bahkan hingga mereka sampai di lantai dasar, tak ada mengeluarkan suara sedikit pun.    Sebenarnya ia ingin memulai aksinya untuk menggoda Byll. Hanya saja ada orang lain yang berada di lift tersebut selain mereka. Jadi ia harus menahan dirinya agar image baiknya tidak rusak.    “Wah~ Karisma pria itu memang sangat luar biasa” Puji Avani setelah mereka keluar dari dalam lift seraya menatap punggung Byll yang berjalan menjauh.    “Memang kau mengenalnya?” Tanya Lauren. “Kau tidak mengenalnya?” Tanya Anastasia balik. “Tidak” Jawab Lauren. “Astaga, sepertinya duniamu benar-benar hanya seputar fashion” Ucap Masha.    “Memangnya dia siapa?” Tanya Lauren. “Dia putra Will Carbert, pengusaha dari Indonesia. Dan pria itu memegang perusahaan cabang Ayahnya yang berada di sini” Jawab Anastasia.    “Oh~ Hanya perusahaan cabang” Gumam Lauren. “Dan kau tak tahu berapa yang bisa perusahaan cabang itu hasilkan” Ucap Avani.    “Aku tidak melihat pria dari harta mereka” Ujar Lauren. “Ya, kau memang tidak melihat mereka dari harta. Aku ingat saat kau bermain dengan mahasiswa yang akhirnya malah menghabiskan semua uangmu” Sahut Alaia hingga mengundang tawa yang lainnya.    “Ya, ya, kau benar. Kau ingat saat dia bermain dengan pelayan restoran yang kasusnya hampir sama?” Timbrung Avani    “Ya. Pria itu benar-benar tidak bisa membuat Lauren hidup tenang selama dua bulan karena setelah mengambil dompet Lauren, pria itu pergi begitu saja” Sambung Masha yang membuat mereka semakin tertawa. Sementara Lauren mendengus kesal.    “Tapi keberuntungan memihaknya saat dia bertemu dengan Mark” Ucap Alaia.    “Oh ya, bagaimana dengan pria itu? Apa dia masih menghubungimu? Bukankah terakhir kali dia bilang akan kembali?” Tanya Anastasia.    “Jangan tanyakan itu. Kemarin malam dia datang ke penthouse-ku dan menginap di sana” Ucap Lauren yang membuat semuanya terkejut tentu saja.    “Benarkah? Astaga, pria itu benar-benar nekat” Seru Avani. “Mungkin dia benar-benar cinta mati padamu” Sahut Anastasia. “Ya, kau bisa melihat kenekatannya itu setelah kau menyuruhnya menjauh dari hidupmu karena bosan. Kupikir dia akan marah atau kecewa setelah mendengarnya, ternyata aku salah” Timbrung Masha.    “Tapi sepertinya dia pria yang baik. Masa depannya juga terjamin. Bagaimana kalau kau terima dia saja?” Sambung Alaia.    “Ya. Kami pasti akan merestuimu kalau kau memilih bersamanya” Ujar Masha.    “Apa kalian pernah melihatku bermain dengan pria yang sama dua kali?” Tanya Lauren. “Lagi pula jarak usia kami sangat jauh. Makanya aku tidak pernah menganggap mereka semua sebagai suatu hal yang serius” Lanjutnya.    “Tapi beberapa dari mereka justru menganggap bahwa hubungan kalian sangat serius. Kau ingat salah satu mainanmu yang bahkan sampai melamarmu di menara eiffel?” Tanya Alaia.    “Dan dia menolak pria itu begitu saja tanpa berpikir lebih dulu” Sambung Anastasia.    “Itu salah mereka yang menganggapnya terlalu serius. Aku bahkan tidak menuntut suatu hubungan yang pasti pada mereka. Jadi aku sama sekali tak bersalah dalam hal itu” Ucap Lauren membela dirinya. “Sudahlah, berhenti membahas itu. Aku bosan membahas hal seperti ini” Lanjutnya.    “Kau selalu saja melarikan diri dari fakta” Ucap Masha. “Dari pada itu, siapa wanita yang berada di sampingnya tadi?” Tanya Lauren.    “Di samping siapa?” Tanya Avani. “Itu, pria yang kau bilang memiliki karisma yang luar biasa” Jawab Lauren. “Namanya Byll. Dan aku bukan pengasuhnya sampai harus tahu setiap wanita yang bersamanya” Ucap Avani.    “Kenapa? Kau ingin menjadikannya mainan barumu?” Tebak Alaia yang hanya dibalas senyuman penuh arti oleh Lauren.    “Tapi sepertinya kau akan kesulitan jika ingin mengincarnya” Sahut Anastasia membuat Lauren menatapnya. “Pria itu terkenal dingin dan tak tersentuh. Kudengar dia juga tak gampang menyukai seseorang” Lanjutnya.    “Justru karena itu aku menyukai pria itu. Terlihat dingin, tampan, dan... Seksi. Sangat pas menjadi mainan baruku” Ucap Lauren.    “Hati-hati karena kau bisa saja termakan ucapanmu sendiri dan malah kau yang jatuh cinta pada pria itu” Ujar Alaia.    “Aku tidak pernah percaya dengan mitos” Ucap Lauren seraya memasang senyum miringnya.    -------                            “Astaga, sudah lama sekali aku tidak pergi ke tempat ini” Gumam Bianca dengan senyum cerianya seraya merentangkan kedua tangannya begitu memasuki Carrousel du Louvre, salah satu pusat perbelanjaan di Paris.    “Hentikan. Kau sangat memalukan” Pintah Byll. “Biarkan saja” Ucap Bianca. “Aku sangat merindukan mall ini setelah satu bulan tidak datang kemari” Lanjutnya membuat Byll menggeleng-gelengkan kepalanya.    “Ayo naik ke atas” Ajak Bianca seraya menggandeng lengan Byll kemudian mengajak pria itu untuk naik ke lantai dua. Setelah sampai di lantai tujuan mereka, Bianca terus mengajak Byll berjalan mencari sesuatu.    “Sebenarnya kita mau ke mana? Aku lelah mengikutimu sejak tadi” Keluh Byll.    “Kau baru berjalan lima menit, jadi jangan mengeluh” Ucap Bianca. “Ah! Itu dia. Ayo” Serunya kemudian berjalan menuju sebuah toko dengan yang bertuliskan ‘Lar de Michelle’ di atasnya.    “Astaga, lihat baju-baju cantik ini. Katanya ini adalah keluaran terbaru mereka bulan ini” Ujar Bianca seraya mengambil sebuah dress. Sementara Byll hanya mendengar ucapan Bianca tanpa berniat membalasnya.    “Selamat datang” Sapa salah satu pegawai toko tersebut. “Apa kau memiliki warna merah dari dress ini?” Tanya Bianca pada pegawai tersebut. “Ada, Miss. Tolong tunggu sebentar, akan saya ambilkan” Ucap pegawai tersebut kemudian berlalu dari sana.    “Lihat, dress ini sangat cantik ‘kan?” Tanya Bianca seraya menunjukkan dress berwarna putih tersebut pada Byll yang hanya dijawab anggukan oleh pria itu karena ia tak tahu harus mengatakan apa.    Tak lama kemudian, pegawai tadi pun datang sembari membawa dress yang sama seperti yang Bianca pegang dengan warna yang berbeda. Pegawai tersebut lantas memberikan dress tersebut pada Bianca.    “Ini, Miss” Ucap pegawai tersebut. “Ayo, temani aku mencobanya” Ajak Bianca kemudian menarik tangan Byll menuju ruang ganti. Tapi tenang saja, karena Byll hanya menunggunya di depan ruang ganti dimana terdapat sebuah sofa di sana jadi Byll dapat beristirahat sejenak.    Selagi Bianca mengganti pakaiannya, Byll mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mengecek semua e-mail yang masuk ke ponselnya kemudian membalasnya satu per satu.    “Bagaimana menurutmu?” Tanya Bianca begitu keluar dari ruang ganti dan berdiri tepat di hadapan Byll. “Bagus” Jawab Byll singkat, padat, dan jelas bahkan tanpa meneliti penampilan Bianca terlebih dahulu. “Kau selalu memberikan komentar yang tidak ikhlas” Dengus Bianca. “Memang apa lagi yang harus kukatakan? Dress itu memang bagus saat kau pakai” Ucap Byll. “Baiklah kalau kau memujiku sampai seperti itu” Ujar Bianca dengan senyum puasnya membuat Byll menggelengkan kepalanya. Sepertinya tamu bulanan Bianca juga datang jadi mood wanita itu berubah-ubah setiap saat.    “Kalau begitu aku akan ambil yang ini” Gumam Bianca yang kemudian langsung berseru saat melihat sebuah dress lain yang sangat indah di matanya. “Oh, astaga. Lihat, kenapa dress ini sangat cantik?” Lanjutnya.    “Itu adalah produksi terakhir dari koleksi terbatas kami, Miss” Sahut sang pegawai. “Benarkah?” Tanya Bianca. “Iya, Miss” Jawab sang pegawai. “Baiklah, kalau begitu aku akan ambil yang ini juga” Putus Bianca kemudian memberikan dress tersebut pada sang pegawai.    “Kau tidak mencobanya dulu?” Tanya Byll. “Untuk apa? Lagi pula apapun itu akan terlihat bagus saat kupakai” Jawab Bianca dengan penuh percaya diri membuat Byll lagi-lagi menggelengkan kepalanya.    -------                            “Selamat datang, Miss Michelle” Sapa Ryan pada Lauren yang sore ini datang ke studionya seperti janji mereka kemarin.    “Panggil aku Lauren saja” Pintah Lauren. “Baiklah” Ucap Ryan. “Kalau begitu ayo masuk. Kami telah menyiapkan semuanya untukmu” Lanjutnya kemudian membawa Lauren memasuki sebuah ruangan di mana ruangan tersebut telah ditata seindah mungkin dan telah dipenuhi oleh berbagai peralatan untuk wawancara mereka sore ini.    “Ayo” Ajak Ryan menuju tempat yang akan menjadi lokasi mereka melakukan wawancara. “Alice” Panggilnya pada seorang wanita berkacamata yang segera menghampiri mereka.    “Ada apa?” Tanya Alice. “Kenalkan dia Lauren Michelle, desainer yang akan kita wawancarai hari ini” Ucap Ryan membuat Alice sedikit terkejut.    “Astaga. Ternyata kau sangat cantik” Seru Alice yang mengundang perhatian dari beberapa orang yang juga berada di sana. “Senang bertemu denganmu” Lanjutnya.    “Aku juga” Balas Lauren seraya tersenyum. “Ah, Alice. Tolong pasangkan mic padanya” Pintah Ryan. “Baik” Ucap Alice. “Ayo, ikut aku” Lanjutnya seraya memandu Lauren ke ruangan lain dimana ruangan tersebut adalah ruangan rias. Dan tanpa berkata apapun, Alice langsung memasangkan mini mic pada kemeja Lauren.    “Apa kau sudah lama bekerja di sini?” Tanya Lauren. “Lumayan lama. Aku mulai bekerja di sini sejak dua tahun yang lalu” Jawab Alice seraya tersenyum. “Ayo” Ajaknya setelah selesai memasang mini mic tersebut.    Mereka berdua pun keluar dari ruangan tersebut dan Lauren mendapati Ryan telah siap di tempatnya. Ia lantas berjalan menghampiri pria itu.    “Sudah selesai?” Tanya Ryan yang hanya dijawab anggukan oleh Lauren. “Silakan duduk” Pintahnya yang langsung dituruti oleh Lauren.    “Ini pertanyaan yang akan aku tanyakan hari ini” Ucap Ryan seraya memberikan selembar kertas pada Lauren.    “Tidak perlu. Simpan saja dan kau boleh tanyakan aku apapun itu” Tolak Lauren. “Kau yakin?” Tanya Ryan. “Ya” Jawab Lauren seraya tersenyum. “Baiklah” Ucap Ryan kemudian menyimpan kembali kertas tersebut. “Oh ya, apa aku sudah memberitahumu kalau kami akan melakukan photoshoot padamu?” Tanyanya.    “Ini bukan pertama kalinya aku melakukan wawancara seperti ini” Ujar Lauren. “Ya, kau benar. Aku sampai melupakan hal itu” Ucap Ryan kemudian terkekeh. Beberapa saat kemudian, wawancara pun di mulai setelah semua persiapan mereka siap dengan dua kamera yang masing-masing menyorot Ryan dan Lauren.    “Bagaimana perasaan Anda setelah mengikuti Paris Fashion Week kemarin?” Tanya Ryan. “Tentu saja aku sangat bahagia karena itu merupakan suatu kebanggaan untukku bisa memamerkan karya terbaikku kepada dunia” Jawab Lauren.    “Tapi bukankah Anda telah mengikuti acara bergengsi tersebut setiap tahun sejak karya pertama Anda di luncurkan?” Tanya Ryan.    “Ya, kau benar. Dan tidak semua desainer memiliki kesempatan tersebut. Maka dari itu aku merasa sangat beruntung bisa berpartisipasi dalam ajang bergengsi tersebut selama sembilan tahun terakhir” Jawab Lauren.    “Sembilan tahun? Wow~ Itu adalah waktu yang cukup lama sebagai seorang desainer” Ucap Ryan. “Dan aku sangat menyukai apa yang aku lakukan saat ini” Ujar Lauren. “Lalu apa arti fashion bagi Anda?” Tanya Ryan. “Mmm... Bagiku fashion adalah sesuatu yang kita lihat setiap hari dimana seseorang bisa mengekspresikan diri mereka melalui potongan-potongan kain yang terbentuk menjadi sebuah karya untuk menyesuaikan gaya hidup mereka. Setiap orang pastinya memiliki gaya mereka tersendiri, jadi tak mudah bagi mereka untuk memilih apa yang harus mereka kenakan setiap harinya. Maka dari itu, saya selalu memberikan karya terbaik saya agar mereka dapat tampil menarik dan bisa mengekspresikan diri mereka lebih luas” Jelas Lauren.    “Sangat mengesankan. Saya sendiri pun sangat menyukai semua karya-karya, Anda” Ucap Ryan. “Terima kasih. Aku senang mendengarnya” Ujar Lauren. “Tapi dari mana Anda mendapatkan inspirasi untuk mendesain semua karya yang Anda desain?” Tanya Ryan.    “Tidak ada yang spesial dari itu. Saya hanya melihat dan mengamati lebih banyak dari apa yang orang-orang pakai lalu menuangkannya ke dalam sebuah desain” Jawab Lauren. “Ah, satu lagi. Saya juga sering mendapat inspirasi dari mainan-mainan saya” Lanjutnya membuat Ryan bingung.    “Mainan?” Tanya Ryan. “Ya, mainan. Kau tahu, seperti anak kecil yang menyukai mainan” Ucap Lauren. “Ah~ begitu. saya tidak menyangka kalau Anda adalah orang yang juga suka bermain” Ujar Ryan yang hanya dibalas senyuman penuh arti oleh Lauren.    Pertanyaan demi pertanyaan dari Ryan pun mengalir begitu saja hingga setengah jam berlalu dan akhirnya sesi wawancara selesai yang langsung dilanjutkan oleh sesi pemotretan atas permintaan Lauren karena ia ingin langsung pulang untuk beristirahat setelah ini.    Beberapa saat kemudian, sesi pemotretan pun selesai dan semua kru mulai membereskan peralatan-peralatan mereka.    “Terima kasih karena sudah mau meluangkan waktu untuk wawancara hari ini” Ucap Ryan. “Tidak masalah” Ujar Lauren. “Bagaimana kalau aku traktir makan malam?” Tawar Ryan. “Tidak perlu. Aku bisa makan di rumah” Tolak Lauren. “Ayolah, ini sebagai ucapan terima kasihku” Bujuk Ryan. “Baiklah kalau kau memaksa” Putus Lauren seraya tersenyum saat mengerti maksud dari pria itu. Walau malam ini ia harus merelakan rencananya untuk beristirahat.    -------                                Love you guys~               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD