Chapter 7

1725 Words
Satu jam kemudian, Ryan dan Lauren telah tiba di sebuah restoran. Restoran yang sering Lauren kunjungi. Bedanya, kali ini ia tak memesan sebuah private room.    “Kau sering datang ke sini?” Tanya Lauren begitu mereka duduk di sebuah kursi. “Lumayan. Aku datang ke sini karena banyak klien yang sering meminta untuk bertemu di sini. Dan ya, makanan di sini juga enak-enak” Jawab Ryan.    Tak lama kemudian, seorang pelayan datang menanyakan pesanan mereka. Setelah memesan makanan, pelayan tersebut pun pergi. “Sudah berapa lama kau berprofesi menjadi wartawan?” Tanya Lauren. “Tiga tahun?” Jawab Ryan sedikit ragu. “Cukup lama. Apa kau tidak bosan?” Tanya Lauren. “Ini adalah pekerjaan yang kuimpikan sejak dulu jadi aku sama sekali tidak pernah merasa seperti itu” Jawab Ryan. “Bagaimana denganmu? Kau sudah menekuni karirmu sebagai fashion designer hampir sepuluh tahun. Apa kau tidak bosan?” Tanyanya.    “Kalau kau bertanya seperti itu maka jawabannya adalah ya. Aku selalu menjalani kegiatan yang sama setiap harinya. Tapi aku sangat bangga dengan diriku karena bisa bertahan selama ini” Jawab Lauren membuat Ryan terkekeh. Saat Ryan hendak mengatakan sesuatu, seseorang tiba-tiba datang menghampiri mereka.    “Oh, hai Romi” Sapa Lauren seraya tersenyum. “Malam ini Anda tidak bersama teman-teman Anda, Miss? Saya terkejut melihat Anda berada di sini bukannya di ruangan seperti biasa” Tanya Romi.    “Tidak. Malam ini mereka sibuk. Aku datang bersama teman baruku” Jawab Lauren. Romi lantas tersenyum sopan pada Ryan.    “Baiklah. Kalau begitu selamat menikmati malam Anda. Saya permisi” Pamit Romi kemudian pergi dari sana setelah mendapat izin dari Lauren.    “Kau juga sering datang ke sini? Kalian berdua tampak sangat akrab” Tanya Ryan. “Ya. Aku dan teman-temanku sering datang ke sini” Jawab Lauren. “Dan kalian biasa memakai private room?” Tanya Ryan lagi. “Ya. Karena kau tidak akan bisa membayangkan jika kami berada di ruangan umum seperti ini. Mereka semua sangat heboh. Bisa-bisa kami diusir dari sini karena terlalu ribut” Ucap Lauren membuat Ryan lagi-lagi terkekeh.    Suara seseorang yang memanggil Romi mengalihkan perhatian Lauren. Senyumannya lantas terbit saat melihat siapa yang bersama orang tersebut. Ya, pria itu adalah pria yang menjadi incarannya bersama wanita yang kemarin ia lihat duduk tak jauh dari mejanya. Byll dan Bianca. Ternyata tidak sia-sia ia menerima tawaran Ryan.    “Lauren” Panggilan itu mengalihkan tatapan Lauren. “Kau tidak apa-apa?” Tanyanya. “Tidak, aku tidak apa-apa. Mmm... Aku permisi ke toilet sebentar” Pamitnya. “Baiklah” Ucap Ryan. Setelahnya Lauren bangun dari duduknya seraya membawa tasnya lalu berjalan menuju toilet melewati meja Byll.    Di sisi lain, Byll dan Bianca yang merasakan kehadiran Lauren saat melewati keduanya hanya mengabaikan hal tersebut dan melanjutkan perbincangan mereka. Lagi pula mereka juga tidak mengenal Lauren.    “Kenapa kau tidak mau makan di ruanganku saja?” Tanya Bianca. “Aku lebih suka di sini” Jawab Byll. “Padahal sama saja” Gumam Bianca. “Oh iya, besok Lavina akan datang. Temani aku jemput dia di bandara, ya?” Tanyanya.    “Suruh dia naik taksi saja” Pintah Byll. “Dasar jahat” Ucap Bianca. “Dia sudah besar. Jadi bisa mengurus dirinya sendiri jadi tidak perlu bantuanku” Ujar Byll. “Jadi maksudmu aku masih kecil karena tidak bisa mengurus diriku sendiri dan terus meminta bantuanmu?” Tanya Bianca.    “Kenyataannya memang seperti itu” Ucap Byll. “Aku hanya satu tahun lebih muda darimu” Dengus Bianca. “Tapi sikapmu menunjukkan seperti itu” Ucap Byll. “Terserahlah. Pokoknya kau harus menemaniku menjemput Lavina di bandara” Putus Bianca kesal. Sementara itu, Lauren yang baru saja keluar dari toilet segera menahan Romi saat pria itu lewat di hadapannya.    “Romi” Panggil Lauren. “Apa Anda membutuhkan sesuatu, Miss?” Tanya Romi. “Tidak. Aku ingin bertanya sesuatu” Jawab Lauren. “Silakan, Miss” Ucap Romi. “Siapa wanita yang bersama pria itu?” Tanya Lauren seraya menunjuk ke arah Byll dan Bianca. “Dia adalah putri dari pemilik restoran ini, Miss” Jawab Romi. “Namanya?” Tanya Lauren. “Miss Bianca Agustin” Jawab Romi. “Apa hubungan mereka berdua?” Tanya Lauren lagi. “Miss Agustin adalah sepupu Mr. Carbert, Miss” Jawab Romi walau ia sedikit bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang Lauren tanyakan. Sementara Lauren tersenyum puas mendengar hal itu.    “Baiklah. Terima kasih, Romi. Aku sangat menyayangimu” Ucap Lauren kemudian beranjak dari sana meninggalkan Romi yang masih bingung.    Dengan langkah pastinya, Lauren berjalan menuju Byll dan Bianca dengan tatapan yang tak pernah lepas dari Byll. Senyum miringnya pun mulai terbit seiring dengan langkahnya yang mendekati meja pria itu.    Setelah sampai di samping meja Byll, ia pun dengan sengaja menjegal kakinya sendiri dan menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Byll. Sebenarnya ia bukan orang yang akan memakai cara seperti ini. Tapi karena targetnya kali ini bukan pria sembarangan, jadi ia terpaksa memakai cara murahan seperti ini.    Sementara Byll yang melihat Lauren jatuh menimpanya pun segera menahan pinggang wanita itu agar tak terjatuh. Sedangkan kedua tangan Lauren memeluk leher Byll. Untuk sejenak, keduanya saling menatap hingga deheman Bianca terdengar membuat Lauren menyumpahi wanita itu dalam hatinya karena mengganggu aksinya.    “Lauren, kau tidak apa-apa?” Tanya Ryan yang tiba-tiba saja datang, terlihat jelas kalau pria itu sedang khawatir. Lauren lantas segera bangun dari posisinya seraya tersenyum.    “Aku tidak apa-apa” Jawab Lauren. “Maaf. Kakiku tidak sengaja tersandung” Lanjutnya pada Byll. “Tidak apa-apa” Sahut Bianca saat Byll tak kunjung membalas ucapan Lauren. “Oh, astaga. Bajumu jadi kotor karena aku” Seru Lauren yang berpura-pura terkejut saat melihat celana Byll yang kotor karena terkena makanan pria itu.    Saat Lauren hendak menyeka kotoran tersebut menggunakan serbet yang berada di atas meja, Byll lantas menahan lengan Lauren yang membuatnya menatap pria itu.    “Perhatikan tanganmu” Ucap Byll dingin. Bianca lantas menatap celana Byll yang kotor dan baru menyadari kalau kotoran tersebut tepat berada di adik pria itu. Hampir saja ia tertawa jika ia tak ingat misinya.    “Ah, maaf, aku benar-benar tidak memperhatikannya” Ujar Lauren kemudian menarik tangannya kembali setelah Byll melepasnya. “Begini saja, berikan aku nomormu. Aku akan membayar biaya laundry-nya” Tawarnya.    “Tidak perlu” Tolak Byll mentah-mentah. “Tidak, aku merasa bersalah karena telah mengotori celanamu dan aku ingin membalasnya dengan membayar biaya laundry-nya” Paksa Lauren.    “Tidak per...”                  “Kau bisa membayar biaya laundry-nya padaku” Potong Bianca. “Sebagai gantinya, kau bisa memberikan aku nomormu dan aku akan menghubungimu saat biaya laundry-nya sudah keluar” Lanjutnya yang membuat Byll menatap tajam padanya.    “Oh, baiklah kalau kau bersedia” Ucap Lauren kemudian membuka tasnya lalu mengeluarkan kartu namanya dari sana dan memberikan kartu tersebut pada Bianca. “Ini kartu namaku. Tolong segera hubungi aku jika biaya laundry-nya telah keluar” Lanjutnya.    “Tentu” Ujar Bianca. Lauren lalu tersenyum kemudian beranjak dari sana bersama Ryan menuju mereka berdua.    “Kau yakin tidak apa-apa?” Tanya Ryan setelah mereka duduk di kursi masing-masing. “Ya. Aku benar-benar tidak apa-apa. Kau tenang saja” Jawab Lauren seraya tersenyum penuh arti. Walau ia tak bisa mendapatkan pria itu hari ini, tapi setidaknya dia telah mendapatkan sepupunya. Dan hal itu pun membuatnya semakin tertarik dengan pria itu. Ini pun kali pertama baginya merasa sepenasaran itu dengan targetnya.    Di sisi lain, Byll harus menerima ceramah dari Bianca akibat kejadian tadi. Hal sering ia terima dari wanita berusia dua puluh dua tahun tersebut saat ada wanita yang berusaha mendekatinya.    “Ramahlah sedikit pada wanita. Mau sampai kapan kau bersikap seperti itu?” Tanya Bianca. “Kau sendiri? Apa maksudmu tadi?” Tanya Byll. “Apa? Aku tidak melakukan apa-apa” Jawab Bianca polos. “Tidak melakukan apa-apa tapi membiarkan dia mengganti biaya laundry-nya padamu?” Tanya Byll. “Dia memang harus menggantinya” Ucap Bianca. “Kau tahu aku tidak perlu itu” Ujar Byll. “Memang apa salahnya menerima ganti rugi itu? Dia hanya berniat baik ingin membayar biaya laundry bajumu” Ucap Bianca.    “Dia tidak baik. Wanita tadi terlalu murahan” Ucap Byll membela dirinya. “Semua wanita juga kau anggap murahan” Ujar Bianca seraya memutar bola matanya. “Tapi kalau kau menilai semua wanita seperti itu, lalu wanita seperti apa yang kau sukai? Apa kau tidak ingin menikah seumur hidupmu?” Tanyanya.    “Wanita seperti Ibuku” Ucap Byll. “Sampai kiamat pun kau tidak akan mendapat wanita sesempurna Aunty Macy” Dengus Bianca. “Mungkin saja akan ada keajaiban” Ucap Byll. “Bermimpilah” Ujar Bianca. “Selalu” Balas Byll.        “Berhenti membalas ucapanku. Suaramu membuat nafsu makanku hilang” Kesal Bianca.    “Kau sedang datang bulan?” Tanya Byll. “Diam” Ketus Bianca membuat Byll lantas mengatupkan bibirnya dan tak berniat mengeluarkan suaranya kembali sementara hatinya membetulkan bahwa wanita itu memang tengah datang bulan.    -------                          Desahan demi desahan keluar mulut Lauren seiring desakan yang memenuhi tubuhnya. Kedua tangannya meremas punggung pria yang saat ini berada di atasnya. Dan pria itu adalah Ryan.    Setelah pergi dari restoran tadi, keduanya lantas langsung memulai kegiatan mereka di dalam mobil sesuai dugaan Lauren saat Ryan menawarkannya makan malam. Namun karena Lauren merasa tak nyaman melakukannya di mobil, alhasil di sinilah mereka berada, di dalam sebuah kamar hotel untuk melanjutkan aksi mereka.    Ryan semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta meremas kuat d**a Lauren saat merasa puncak kenikmatan akan menghampirinya. Dan tak lama kemudian, desahan nikmat keluar dari mulut Lauren saat puncak kenikmatan itu memenuhi mereka.    Setelahnya, Ryan pun mengeluarkan adiknya dari tubuh Lauren lalu melepas pengaman yang terpasang di sana kemudian melemparnya ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempat tidur. Setelah itu, ia membaringkan tubuhnya di samping Lauren dengan nafas tersenggal-senggal, begitu pula dengan Lauren. “Aku tak menyangka kau sekuat itu” Ucap Lauren membuat Ryan terkekeh. Lauren lantas bangun dari posisinya setelah merasa cukup tenang.    “Kau mau ke mana?” Tanya Ryan. “Membersihkan tubuhku” Jawab Lauren seraya berjalan menuju kamar mandi. “Kau tidak ingin melanjutkannya?” Tanya Ryan. “Tidak. Aku lelah” Jawab Lauren kemudian menutup pintu kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya.    -------                          Di sisi lain, Byll yang baru sampai di penthouse-nya setelah menemani Bianca berjalan-jalan segera membersihkan dirinya yang sudah terasa lengket. Tubuhnya pun terasa sangat lelah karena berjalan sepanjang hari karena paksaan sepupunya itu.    Ia bahkan tak tahu kenapa ia bisa sebaik ini pada semua wanita di keluarganya. Mungkin karena mereka jarang bertemu jadi jiwa malaikatnya telah melewati batas sampai-sampai setan dalam dirinya menyerah. Setelah membersihkan tubuhnya, Byll segera mengeringkan tubuhnya lalu memakai celana boxer-nya kemudian membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur seraya menutup matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah terlalu lelah.    Namun, baru saja matanya tertutup, ia harus membukanya kembali saat bayangan menyeramkan tiba-tiba muncul di kepalanya. Bayangan saat tadi Lauren jatuh ke dekapannya. Tanpa berpikir panjang, Byll lantas berdoa agar ia tak pernah dipertemukan dengan wanita itu lagi.    Ia sangat tak menyukai tatapan Lauren yang menatapnya nakal seperti tadi. Walau ia tak mengenal Lauren, tapi jelas kalau wanita itu adalah wanita yang sangat murahan.    Setelah menyelesaikan doanya, Byll kembali menutup matanya dengan tenang hingga ia terlelap ke alam mimpi dengan harapan penuh terhadap Tuhan agar Lauren benar-benar dijauhkan darinya.    Tapi pernahkah kalian mendengar bahwa semakin kalian berharap untuk dijauhkan dari orang yang kalian benci, maka Tuhan akan membuat orang itu semakin dekat denganmu. :)    -------                            Love you guys~           
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD