Prolog

228 Words
Gadis itu berlari menuju kamar kakaknya yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Di tangannya ada sebuah buku dan juga pena sebelum ia meneriakkan kata-kata permohonan yang membuat kakak laki-lakinya itu menoleh. "Kakak! Ajarin Viola PR!" Bintang Alvaro menoleh, mengangkat tangan kirinya untuk melirik jam tangan sebelum menghadap adiknya dengan senyum. "Maaf ya sayang, kakak ada janji sama temen nih sekarang. Kamu belajar sendiri aja dulu, nanti malam belajar sama kakak." Setelah mengatakan itu dia pergi, meninggalkan Viola yang hanya bisa menatap punggung kakaknya dan juga buku di tangannya secara bergantian. "Nggak bisa ya?" Baiklah, aku akan menunggumu, Kak! Namun sewaktu Bintang pulang, kakaknya tidak menjawab sapaannya sama sekali dan melenggang pergi begitu saja. Viola hanya bisa melihat, ia tidak berani bertanya alasan apa yang membuat kakaknya jadi seperti ini. Hingga beberapa hari kemudian. Bintang pulang dengan seragam basah dan dipenuhi darah. Viola hanya sanggup melihatnya dari kejauhan, karena ia takut melihat keredupan di wajah kakaknya yang terbiasa tersenyum kepadanya. Kakaknya hari itu tampak suram dan menakutkan. Viola takut. Bintang terlihat berbeda hari itu. Dia takut dan tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya, karena ia hanya sanggup melihat Bintang dalam diam. Mengagumi Bintang yang selalu tersenyum padanya, dan menyukainya karena selama ini Bintang selalu baik kepadanya. Dalam pekatnya malam, ruangan gelap di dalam kamar. Ia mengeluarkan air mata dan isakan lirih untuk kakaknya yang telah berubah. "Tuhan! Tolong kembalikan kakakku kembali seperti dulu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD